Friday, August 3, 2012

My Fifth FanFiction : Too Late



Title : Too Late
Author : Minhyuk’s Anae
Length : Oneshoot
Genre : Sad Romance
Rating : T, AU
Main Cast :
-          Kang Min Hyuk
-          Choi Jun Hee (Juniel)
Other Cast :
-          Oh Yeon Seo
-          Other Cast
Disclaimer : Semua cast milik Tuhan dan orang tua mereka hihi tapi plot milik saya ^^ Kesamaan atau kemiripan dengan cerita lain terjadi karena ketidak sengajaan
Note : Annyeong! Minhyuk’s Anae kembali dengan ff alur bolak-balik (ini pertama kalinya aku coba buat plot alur bolak-balik, readers hehehehe) Don’t forget RCL hehe, jeongmal mianhae kalo ada typo atau ceritanya kurang bagus dan No BASH. Happy Reading ^^ *bow*
FF ini juga di post di WP author : minhyukanaefanfic.wordpress.com
------------------------------------------**************------------------------------------------------------
Minhyuk’s POV
Hujan mengiringi pemakamannya. Sahabat tercintaku.  
Air mataku jatuh bercampur dengan rintikkan air hujan.
“ Minhyuk-ah.” Panggil seorang wanita menyentuh pundakku. Aku mengusap air mataku sebentar dan menoleh,
“ Ne, ahjumma. Waeyo?” Tanyaku.
“ Sebelum Jun hee pergi, ia menitipkan ini untukmu. Dia bilang tolong jaga ini baik-baik.” Ujar Choi Ahjumma dengan suara tenangnya menyerahkan sebuah buku—mungkin buku harian berwarna putih padaku. Aku yang agak bingung hanya mengambil dan menatap buku itu dengan bingung.
***
Aku terus menatap buku itu dengan bingung. Haruskah ku buka? Sejujurnya sedari tadi memang aku sudah penasaran dengan isinya dan penasaran kenapa Jun Hee menitipkan ini untukku.
Perlahan aku mulai membuka halaman pertamanya. Terpampang sebuah foto dimana seorang namja kecil sedang merangkul yeoja yang seumuran dengannya dan mereka tertawa bersama. Lalu aku menemukan sebuah tulisan di bawah foto itu dan aku sangat mengenal tulisan tangan itu.
It’s Story About Me and My Lovely Bestfriend.
Tess. Air mataku jatuh lagi. Ok, mungkin dalam ukuran namja aku memang namja melankolis. Siapa yang tidak melankolis ditinggal pergi dengan sahabatnya yang sudah sangat dekat dari kecil.
Aku kembali membaca buku itu.
***
Annyeong, Hyukkie! Apa kabarmu? Maaf jika membuatmu bingung dengan buku ini. Yang pasti, dari buku ini kau akan tahu sebuah rahasia terbesar dalam hidupku. Hei, buku ini hanya rahasia antara kau, aku, dan Tuhan yang Maha Tahu. Walaupun jika kau baca buku ini aku mungkin sudah tidak ada tapi ku mohon, kau harus membaca buku ini. Yaaa setidaknya 1 lembar per harinya. Disini juga tertulis beberapa permintaan terakhirku. Jebal, baca buku ini. Arasseo? J
***
Jun Hee’s POV
White Book, Page 2 “ Perkenalan”
“ Aku ingin kau selalu ingat cerita bagaimana kita bisa bertemu hingga dekat, Hyukkie. Ku mohon, jangan pernah lupakan ini”
 Aku masih ingat hari itu adalah hari ulang tahunku ke 2 tahun. Eomma memanggil seluruh sahabatnya. Aneh bukan? Aku yang ulang tahun malah teman Eomma yang datang. Salah satu dari mereka, Kang Ahjumma datang dengan anaknya. Seorang namja. Namanya Kang Minhyuk. Kami seumuran. Aku berkenalan dengannya dan semakin dekat setelah 1 tahun kemudian keluarga Kang memutuskan untuk pindah rumah di sebelah rumahku. Dia adalah sahabat pertamaku.
Kedua orang tua kami bahkan menyebutkan bahwa kami susah untuk di pisahkan. Karena itu dari SD, SMP, dan SMU kami selalu bersama.
Tapi itu bukanlah alasan untuk bosan bertemu dengan Minhyuk. Justru aku akan sedih jika satu hari ia tak masuk hihihi. Aneh bukan? Memang persahabatan kami aneh.
***
White Book, Page 3 “ Bi (Hujan)”
“ Aku ingin menjadi hujan. Menyejukkan. Aku juga ingin kau mengingat bahwa aku selalu menyukai hujan. Kau ingat itu? Hari dimana kau pertama tahu bahwa aku menyukai hujan. Walaupun kau bukan penyuka hujan sepertiku, ketika aku sudah tak ada nanti, ku harap hujan akan membuatmu selalu mengingat aku.”
Aku memandang hujan turun dengan bahagia. Kalian tahu? Aku sangat menyukai hujan. Karena ketika hujan, aku dapat mencium baunya yang menyejukkan. Aku menoleh menatap Minhyuk, kulihat mulutnya berkomat-kamit tak jelas.
“ Kau kenapa, Hyukkie?” Tanyaku.
“ Aaah, aniyo. Aku hanya sebal kenapa hujan harus turun hari ini. Jadi kita berdua terjebak di sekolah. Eh gak berdua juga, banyak orang kok ya-__- aaaah kenapa harus hujan.” Jawab Minhyuk kesal.
“ Kita bisa menunggunya dan kurasa hujan sebentar lagi reda.” Ujarku menatap langit.
“ Kau kenapa keliatannya tenang-tenang aja? Gak dingin?” Tanya Minhyuk. Aku menggeleng.
“ Aku justru senang kalau hujan turun.” Jawabku.
“ Wae?”
“ Karena hujan dapat menyejukkan hatiku.”
“ Apa kau suka hujan juga?” Tanyaku dan Minhyuk menggeleng.
“ Tidak. Aku tak suka hujan. Hujan itu membuat langit gelap. Hujan itu seperti melambangkan sebuah kesedihan.”
“ Hyukkie, kau tahu? Aku selalu ingin suatu saat nanti, orang yang ku cintai dan mencintaiku akan selalu mengingatku ketika hujan turun. Karena ia tahu aku menyukai hujan. Walaupun pada saat itu, aku mungkin sudah tak ada disampingnya lagi.” Ujarku.
“ Kenapa harus begitu?” Tanya Minhyuk.
“ Karena jika ia selalu mengingatku ketika hujan turun, ia tak akan melupakanku. Karena hujan akan selalu ada, entah sebulan sekali, atau mungkin setahun sekali. Jika ia mengingat hujan maka ia akan mengingat aku lalu aku akan sulit untuk dilupakan hehehe.” Jawabku.
“ Permintaan yang cukup aneh dan menyulitkan, Jun Hee-ya. Bagaimana jika orang itu tak suka hujan?” Tanya Minhyuk.
“ Yaaa, pokoknya orang itu harus menyukai hujan.” Jawabku.
“ Itu namanya pemaksaan hahahaha. Yasudah hujannya sudah reda tuh, ayo kita pulang!” Ujar Minhyuk sambil mengacak-acak rambutku.
***
White Book, Page 4 “Feeling”
“ Hyukkie, aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku merasa ada yang aneh dari diriku. Hyukkie, kenapa hatiku selalu berdebar kencang? Kenapa kau membuatku aneh seperti itu? Bisakah kau bilang itu pertanda apa?”
Aku berlari agak tergesa-gesa menuju kelas. Hampir saja aku terlambat. Semua gara-gara tugas yang menumpuk itu. Gila! Baru saja aku masuk kelas 10 selama 1 bulan dan tugas sudah bertumpuk dimana-mana. Apalagi jalanan tadi cukup macet. Beruntungnya, ketika aku masuk kelas belum ada guru yang masuk.
“ Kau kenapa? Tumben kesiangan.” Ucap Minhyuk menatapku bingung.
“ Aku tidur terlalu malam karena banyak tugas dan tadi jalanan macet.” Jawabku.
“ Mana besok banyak tugas juga lagi. ku rasa besok aku akan bangun kesiangan lagi.” Lanjutku mengingat bahwa besok ada tugas kimia, matematika, dan geografi.
“ Bagaimana jika pulang sekolah kita kerja bersama? Juga besok kau berangkat denganku saja! aku kan bawa sepeda jadi kemungkinan untuk macet sedikit. Eotteohkae?” Tawar Minhyuk.
Aku berfikir sejenak tapi itu ide yang cukup bagus. Lagipula, Minhyuk cukup pintar dalam urusan matematika hihi. Aku mengangguk.
“ Baiklah.” Jawabku dengan senang hati.
*
Aku memegang ujung baju Minhyuk untuk berpegangan. Ia melajukan sepedanya cukup kencang dan membuatku takut.
Minhyuk menarik tanganku untuk membiarkanku memeluknya. Hei? Kenapa jantungku berdetak kencang sekali?
Aku kembali merasakan hal yang sama di hari-hari berikutnya. Ketika kami berangkat bersama, pulang bersama, bahkan ketika kami berbincang-bincang. Entahlah ku rasa aku kini agak sedikit canggung untuk bicara lebih blak-blakan dengan Minhyuk. Aku juga tak tahu kenapa.
Aku menyadari sesuatu…apa mungkin….
***
White Book, Page 5 “ Pernyataan”
“ Hyukkie, aku jatuh cinta padamu.”
Aku memang benar-benar menyadari akan apa yang ku rasakan saat ini. Aku benar-benar jatuh cinta. Mungkin benar cinta itu indah. Indah apalagi orang yang kau cintai selalu ada buatmu. Seperti Minhyuk yang selalu ada untukku. Walaupun dalam hatiku tersirat penyesalan mengapa bisa aku mencintainya. Walaupun dalam hatiku bertanya apakah dia mencintaiku juga atau tidak. Yang pasti, aku mencintainya karena terbiasa. Terbiasa dekat dengannya.
***
White Book, Page 6 “ Jealous”
“ Hyukkie, aku cemburu setiap mendengar kau menyebut nama Yeon Seo dihadapanku. Apakah aku wajar? Mungkin aku wajar jika mengingat aku mencintaimu. Tapi aku juga bisa dibilang tak wajar jika mengingat aku bukanlah siapa-siapa. Aku hanya sahabatmu. Tapi aku menyayangimu lebih dari seorang sahabat. Jadi, wajarkah aku cemburu? Wajarkah aku, Hyukkie?”
“ Jun Hee-ya!!!!” Teriak Minhyuk setengah berlari ke arahku. Menganggu kegiatanku yang sedang menyirami tanaman di pekarangan rumahku.
“ Wae? Kenapa harus berteriak seperti itu-___-.” Tanyaku.
“ Hehehehe. Gapapa siih. Kau tahu Oh Yeon Seo?” Tanyanya dengan penuh semangat begitu menyebut nama “Oh Yeon Seo”
“ Oh Yeon Seo? Anak kelas X.5?” Tanyaku mencoba mengingat-ingat nama tersebut.
“ Ya! Anak X.5 hehehehe. Kau kenal?” Tanya Minhyuk. Aku menggeleng. Bisa ku lihat raut wajah Minhyuk agak murung.
“ Memangnya kenapa, Hyukkie?”
“ Gapapa hehehehe. Jun Hee-ya, aku jatuh cinta pada Yeon Seo.” Jawab Minhyuk.
Deg.
Saat itu juga hatiku terasa sakit. Sakit sekali. Rasanya seperti ada monster yang mencabik-cabik perasaanku.
*
Semenjak hari itu, setiap Minhyuk menyebut nama Yeon Seo hatiku selalu sakit. Apakah ini wajar?
***
Minhyuk’s POV
Ini sudah hari kelima kepergian Jun Hee. Seperti permintaannya, aku selalu membaca buku yang ia berikan itu.
Hyukkie, aku jatuh cinta padamu.”
Aku tertegun membacanya. Aku benar-benar tak percaya. Jun Hee. Choi Jun Hee. Sahabat kecilku. Jatuh cinta padaku. Aku yang semakin penasaran mencoba membuka halaman selanjutnya  yang lagi-lagi membuatku tercekat. Ia mengatakan bahwa ia cemburu pada Yeon Seo. Entah kenapa hatiku ikut sakit membacanya.
Tak pernah terlintas di benakku bahwa ia jatuh cinta padaku. Aku semakin penasaran untuk membuka tapi ku tahan untuk membukanya besok. Mungkin sekarang aku mulai mengerti dengan ‘rahasia terbesar dalam hidup Jun Hee’ dan itu membuatku semakin penasaran untuk mengetahuinya.
***
Jun Hee’s POV
White Book, Page 7 “ Janji”
“ Hyukkie, apakah kau ingat apa yang pernah kau janjikan padaku? dulu, kau bilang bahwa kau akan selalu membenci orang yang membuatku menangis. Tapi Hyukkie, hari ini aku menangis. Aku menangis karenamu. Aku menangis karena mengetahui bahwa kau mencintai yeoja lain dan bukan aku. Bukan hanya itu juga, tapi karena aku mengetahui sekarang kau milik yeoja itu, Oh Yeon Seo.”
“ Jun Hee-ya, aku jadian dengan Yeon Seo.” Ujar Minhyuk dengan wajah yang sumringah. Deg. Aku mencoba menahan sakitnya perasaanku.
“ Ah, jinjjayo Hyukkie? Chukkae!!!” Ujarku berusaha ceria.
“ Gomawo, Jun Hee-ya.” Ucap Minhyuk mengacak-acak rambutku.
“ Hyukkie, permisi aku mau ke toilet sebentar.” Ucapku meninggalkan Minhyuk yang masih duduk di meja kantin.
Aku menangis. Aku benar-benar tak kuat. Entahlah mungkin aku terlalu cengeng. Jujur saja, aku memang tak seharusnya menangis. Bukankah ketika orang yang kita cintai bahagia kita juga seharusnya ikut bahagia?
Untuk pertama kalinya Minhyuk membuatku menangis. Aku masih ingat kejadian beberapa tahun lalu ketika ada seseorang membuatku menangis lalu dia berjanji padaku, “ Jun Hee-ya. Uljima. Mulai dari sekarang aku berjanji akan selalu melindungimu. Aku tak akan membiarkan orang membuatmu menangis. Siapapun. Aku mungkin akan selalu membenci orang yang membuatmu menangis. Uljima.” Dan kini ia sendiri yang membuatku menangis. Hyukkie, jika kau tahu aku menangis sekarang karenamu, apakah kau akan membenci dirimu sendiri?
Hyukkie, maafkan aku jika aku merusak persahabatan kita dengan perasaan konyol ini. Tapi aku tak bisa menolaknya. Aku tak bisa menolak untuk mencintaimu. Aku sudah jatuh padamu. Walaupun kini kau sudah menjadi milik Yeon Seo. Walaupun aku tahu kau tak akan mencintaiku. Karena aku bukan tipe yeoja seperti Yeon Seo yang terlalu popular dengan segala yang dia punya. Aku bukan dia. Aku hanya Choi Jun Hee. Yeoja yang terlalu biasa jika dibandingkan Oh Yeon Seo. Yang mungkin bukan tipe yeoja yang kau sukai.
***
White Book, Page 8 “ Hate”
“ Hyukkie, mianhae bahwa aku membenci Yeon Seo. Mungkin aku bodoh untuk berfikir bahwa Yeon Seo merebutmu dariku. Tapi semenjak kau dekat dengan Yeon Seo terlebih setelah kalian berpacaran, kurasa kau sedikit melupakanku. Sekali lagi, Mianata. Mian karena aku sudah membenci yeoja yang kau cintai. Mianhae bahwa mungkin setelah kau membaca ini kau akan membenciku. Mianhae karena aku berfikiran bahwa suatu saat kau akan mencintaiku. Kini aku sadar, kau tak akan mencintaiku. Karena tipemu adalah yeoja seperti Yeon Seo, yang popular dan punya segalanya. Dan aku hanyalah yeoja yang terlalu biasa jika dibandingkan dengan Oh Yeon Seo. Jadi maafkan aku sudah membenci Yeon Seo. Maaf. Maaf. Maaf.”
***
White Book, Page 9 “ Sick”
“ Hyukkie, aku sakit. Aku tadi pergi ke dokter bersama Eomma dan dokter bilang penyakit jantung keturunanku dari haraboji bertambah parah. Hyukkie, dokter bilang umurku mungkin sudah tidak akan lebih dari 2 bulan lagi. hyukkie, aku ingin menangis. Hyukkie, dokter bilang penyakitku terlalu berat apalagi ini adalah penyakit keturunan. Hyukkie…aku bahkan tak pernah menyangka bahwa umurku mungkin hanya bertahan sampai 17 tahun. Hyukkie, aku ingin tumbuh menjadi lebih dewasa. Bersamamu. Serta bersama orang-orang yang ku cintai. Hyukkie, aku belum siap untuk meninggal. Aku masih ingin mengejar cita-citaku untuk menjadi seorang dokter yang aku impi-impikan sejak aku kecil. Hyukkie, kenapa penyakit haraboji harus tertular padaku? kenapa Tuhan tak membiarkanku untuk hidup lebih lama lagi? hyukkie…aku butuh kamu. Hyukkie, aku juga tak tega melihat eomma dan appa. Bahkan aku belum bisa membanggakan mereka berdua. Hyukkie, aku belum siap untuk pergi meninggalkan eomma, appa, eonni, kau, dan semua orang yang aku cintai dan mencintaiku. Hyukkie, katakan padaku bahwa ini hanya mimpi. Hyukkie, aku belum siap untuk benar-benar pergi.”
***
White Book, Page 10 “Bogoshipeo”
“Hyukkie, aku ingin bercerita denganmu. Tapi sekarang kau sedang sibuk dengan Yeon  Seo ya? Aku hanya bisa mencurahkan perasaanku kepada buku ini. Hyukkie, neomu bogoshipeoyo…aku merindukanmu yang dulu, yang selalu ada disaat aku membutuhkanmu. Tapi kini kau beda, Hyukkie. Kau lebih perhatian dengan yeojachingumu. Kutahu ini wajar. Tapi aku juga membutuhkanmu. Maafkan aku yang terlalu bergantung padamu. Bahkan disaat-saat terakhir dalam hidupku aku masih sangat bergantung padamu. Hyukkie, neomu neomu neomu bogoshipeoyo…aku rindu untuk selalu bercerita apa yang terjadi padaku. tapi kau kini seakan tak peduli. Meski kau tau bahwa penyakitku bertambah parah. Walau kau belum tahu bahwa hidupku katanya tak lebih dari 1 bulan lagi. hyukkie… aku ingin kau kembali seperti kau yang dulu, seperti 15 tahun yang lalu, seperti Kang Minhyuk yang selalu ku kenal, Kang Minhyuk sahabatku, Kang Minhyuk yang selalu perhatian padaku, Kang Minhyuk yang selalu ada untukku. Hyukkie, aku membutuhkanmu.”
***
White Book, Last Page, “The Last”
“ Hyukkie, ini adalah halaman terakhir dari buku ini. Setelah ini aku sudah tak menulis lagi. terima kasih sudah menyempatkan membaca buku ini. Kau sudah tahu apa rahasiaku? Sepertinya tak usah ku jelaskan lagi. tolong turuti permintaanku, Hyukkie. Hanya itu yang kuminta darimu. Terima kasih sudah menjadi sahabatku yang paling baik, terima kasih karena kau selalu mendengarkan ceritaku, terima kasih karena kau selalu ada untukku selama 15 tahun ini, aku mencintaimu, Hyukkie. Walau aku tak akan pernah menuntutmu untuk mencintaiku kembali. Maafkan semua kesalahanku, Hyukkie. Maaf karena selama ini aku tak pernah menyatakan perasaanku yang sebenarnya. Kututup buku ini. Hyukkie, yeongwonhi saranghaeyo J Oh ya, ada permintaan satu kali lagi, kumohon dengan amat sangat, jangan pernah melupakanku sebagai sahabatmu.”
***
Minhyuk’s POV
Aku menutup buku putih itu. Entah sudah berapa tetes air mata yang menetes membasahi buku itu.
Aku mengutuk diriku sendiri untuk membiarkan Jun Hee menangis karenaku. Aku juga mengutuk diriku sendiri untuk membiarkan Jun Hee sakit sendirian. Aku juga membenci diriku sendiri untuk membiarkan sahabatku yang sedang sakit dan membutuhkanku, aku malah pergi meninggalkannya. Aku akui, aku memang salah. Bahkan aku lebih memilih Yeon Hee dibanding Jun Hee yang sakit dan butuh aku untuk ada disampingnya. Aku bahkan merasa bahwa cinta 2 bulanku itu menghancurkan hubungan persahabatan 15 tahunku. Aku bahkan menyesal sangat menyesal menyadari bahwa aku tak ada di samping Jun Hee ketika ia menutup mata untuk terakhir kalinya.
Jun Hee, maafkan aku untuk terlambat mengetahui bahwa kau mencintaiku. Jun Hee, maafkan aku untuk terlambat mengetahui bahwa aku menyakitimu. Jun Hee, maafkan aku bahwa aku bukanlah seorang sahabat yang baik.
Jun Hee, kau perlu tahu bahwa aku tak akan pernah melupakanmu. Walaupun sedetik aku tak akan pernah. Jun Hee, meski kau tak ada disampingku, tapi kau akan selalu ada dan selalu hidup di hatiku. Aku akan selalu mengingatmu dan mencintaimu, meski aku tahu ini sudah terlambat. Jun Hee, aku akan mengingatmu ketika hujan turun. Jun Hee, aku juga menyayangimu meski ini sudah tak ada artinya lagi.
***  

0 comments:

Post a Comment