Monday, September 2, 2013

[Fanfiction] The Promise


Title : The Promise
Author : Minhyuk’s Anae
Length : Oneshoot
Rating : PG-16
Genre : Romance, Friendship
Cast :
-          Wu Yi Fan (Kris)
-          Amber Liu
-          Jung Soo Jung (Krystal)
-          Kim Jonghyun
-          Other Cast
Note : Thank you if you read this. I’m so glad if you want to fill the comment and click the like button. My happiness is when all of you enjoy the story. Re-post : aninjustanin.blogspot.com .  This Fanfiction is belong to Kris-Ber Shipper.

Summary :
Janji membuat setiap orang harus menepatinya.
Cinta membuat setiap orang yang merasakannya mengalami perubahan.
Jika semuanya sudah berubah, masihkah janji itu bisa ditepati?
-***-
Author’s POV
Seoul, 2013
Gadis itu masih memutar-mutar ponselnya gelisah. Duduk di depan kaca riasnya dengan khawatir. Lima menit lalu semuanya tidak seburuk ini sebelum sebuah pesan singkat masuk ke ponselnya.
Liu, kau datang ke acaraku hari ini kan?
Dibacanya kembali kata-kata itu. Pikirannya berkecamuk dan sedikit berdebat dengan apa kata hatinya. Apakah dia harus membalas pesan itu dan mengatakan bahwa dia tidak bisa datang dengan alibi bahwa dia sedang sakit? Toh, senyatanya dia memang sedang sakit sekarang. Tapi, tubuhnya berkehendak lain dan bergerak meninggalkan kursi tadi ke arah lemari pakaiannya dan mengambil sebuah gaun yang lama disimpannya.
Aku harus pergi, mungkin.
Kata-kata dalam hatinya membuatnya yakin bahwa dia memang harus pergi.
Kini dia berdiri sendirian di sebuah taman yang sudah dirombak menjadi sebuah pesta dengan hiasan-hiasan bunga lily di sekitarnya.
Wu, aku lebih suka mawar dibanding lily.
Orang-orang sibuk berlalu lalang di hadapannya dengan beberapa kudapan di tangan mereka. Satu pun diantara kudapan itu tak menarik perhatiannya padahal di sana ada beberapa makanan kesukaannya.
Juga kesukaan Wu Yifan, tentu saja.
Matanya tetap melirik ke arah sebuah panggung yang sudah diubah menjadi altar kosong yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Mungkin sekitar 10 menit lagi hidupnya akan berubah.
Dia tak peduli dengan lingkungan sekitarnya—siapa saja orang yang ada di sana, apakah ada salah satu temannya diantara kerumunan ini, atau apapun yang berkaitan dengan orang lain di sekitarnya. Yang ia pedulikan hanya dirinya sendiri yang apakah masih sanggup bertahan hidup untuk sepuluh menit ke depan juga kini ia merutuki keputusannya sendiri yang berubah mendadak untuk tetap datang ke acara ini.
Sebuah lonceng peringatan berbunyi dan dengan seketika tempat ini menjadi sunyi. Jantungnya semakin berdetak kencang begitu seseorang yang ia tunggu berjalan di atas altar lalu menyambut sebuah tangan wanita—yang tentu saja bukan miliknya. Kemudian semuanya terasa buram dengan linangan air mata yang jatuh tepat di kedua pipinya. Seorang laki-laki kecil di sampingnya menoleh,
“ Noona, mengapa kau menangis?”
Kemudian semua yang ada di kepalanya serasa berputar seperti roll film yang baru saja diputar.
“ Noona, mengapa kau menangis?”
“ Hei, aku bukan Noona-mu!” Ujarku ketus begitu seorang laki-laki menghampiriku sembari menarik gaunku.
“ Namaku Wu Yi Fan. Kau siapa?” Tanyanya tak takut dengan ucapan ketusku.
 “ Aku Amber Liu.”
 “ Lalu…bolehkah aku tahu mengapa kau menangis?” Lanjut laki-laki bernama Wu Yi Fan itu pelan, mungkin takut aku marah lagi.
“ Aku selalu terharu dengan acara pernikahan. Eommaku bilang ia menangis ketika ia menikah.”
“ Memangnya apa rasanya menikah?” Tanya Yi Fan bingung.
“ Aku sendiri tidak tahu bagaimana rasanya.” Jawabku pelan.
“ Bagaimana kalau sudah besar nanti kita menikah?” Ujar Yi Fan asal.
“ Memangnya menikah semudah itu?”
“ Mungkin. Ngomong-ngomong berapa usiamu Nyonya Liu?”
“ Usiaku 5 tahun.” Jawabku.
“ Kita seusia! Kalau begitu, kita tunggu 20 tahun lagi dan aku akan membuatmu merasakan apa rasanya menikah hehehehe.” Ucap Yi Fan disambut tawaku lepas.
Dia mengusap air matanya lalu tersenyum menatap laki-laki kecil itu.
“ Aku tidak apa-apa, sayang. Aku hanya terharu dengan pernikahan.” Jawabnya pelan sambil berjongkok untuk menjajarkan posisinya dengan laki-laki kecil itu.
“ Siapa namamu?” Tanya gadis itu sambil tersenyum menyentuh pipi kecil itu dengan gemas.
“ Wu Fan.” Jawabnya manis.
Wu Fan?
“ Ah, tidak!” Seru laki-laki kecil itu menutup matanya membuat gadis itu menoleh ke arah altar lagi. Laki-laki itu mencium pasangannya tepat di bibirnya. Tenggorokan gadis itu rasanya tercekat dan linangan air mata itu mengalir lagi di pipinya. Laki-laki itu menatap hadirin yang hadir di pernikahannya kemudian menangkap sepasang mata yang ia kenal. Dia tersenyum pada gadis itu sebentar.
Apakah dia masih terharu dengan pernikahan?
Pikir laki-laki itu dibenaknya.
Alih-alih membalas senyumnya, gadis itu justru pergi meninggalkan taman itu dengan tergesa-gesa.
Meninggalkan seluruh perasaan yang seharusnya ia tinggalkan. Meninggalkan kenangan yang memang seharusnya terlupakan.
Hidupnya sudah berubah sekarang.
-***-
“ Liu!”
Aku menoleh ke arah panggilan itu berasal. Seorang laki-laki yang sudah ku kenal berlari dengan tergesa-gesa ke arahku.
“ Aku punya hadiah untukmu!” Lanjutnya masih dengan nafas terengah. Aku mengernyit memandangnya.
Dikeluarkannya sebuah flowercrown yang terbuat dari  rumput ilalang yang indah dan rapi.
“ Ini apa?” Tanyaku masih bingung.
“ Tunggu! Aku punya satu lagi.” Dia membuka tasnya lagi dan merogoh—entah apa. Lalu dikeluarkannya sebuah lingkaran kecil yang sama-sama terbuat dari rumput ilalang.
“ Semoga cocok dengan jarimu.” Ujarnya sambil menarik jemariku dan cincin kecil buatannya pas dengan jari manisku.
Senyum manisnya terpancarkan dan aku sendiri masih tidak mengerti apa yang dia maksud.
“ Kita sudah menikah sekarang.”Ujarnya bahagia.
“ Hei, Wu! Menikah?”
“ Ya, seperti janji kita tahun lalu. Aku akan menikahimu hehehehe.” Jawabnya.
“ Aku masih kecil, Wu. Usiaku masih 6 tahun!”
“ Baiklah, anggap saja ini janjiku untuk 19 tahun lagi.”
“ Benarkah? Lalu apa yang harus aku perbuat?” Tanyaku tak kalah bersemangat.
“ Kau harus berjanji bahwa kau akan menyimpan cincin ini sampai 19 tahun lagi.” Ujarnya.
“ Baiklah. Aku akan menyimpannya.”Ucapku girang disambut riang tawanya.
Sebuah tangan mencengkeram pergelangan tangan gadis itu dan menahannya untuk tidak pergi.
Hyung? Bisakah kau lepaskan tanganku?” Pinta gadis itu sembari berusaha melepas tangan dari cengkeraman tangan Jonghyun.
“ Untuk apa? Untuk membiarkanmu lari dan menangisi Yi Fan karena dia sudah menikah? Amber, hidupmu bukan hanya karena Yi Fan!” Ujar Jonghyun keras membuat gadis itu terdiam.
Jonghyun menarik Amber ke pelukannya.
“ Aku….bukan menggantungkan hidupku terhadap Yi Fan. Tapi hidupku menggantungkan harapannya terhadap janjinya.”
“ Janji? Astaga…Amber. Kalian masih terlalu kecil waktu itu, mengapa kau anggap semuanya serius?”
“ Liu, mengapa kau selalu memotong rambutmu?”
“ Aku tidak suka berambut panjang. Itu merepotkan.”
“ Tapi seorang gadis lebih cantik jika berambut panjang.”
“ Memangnya tidak ada ya seorang gadis berambut pendek yang cantik?”
Yi Fan diam memandangku dan memikirkan pertanyaanku. Sejujurnya aku benci diberi pertanyaan seperti ini. Aku memang suka rambut cepak, itu lebih simple dibanding aku harus memanjangkan rambutku yang terlalu ribet untuk ku urus.
“ Kau tidak ingin menjawab pertanyaanku?”
“ Tentu saja ada. Kau selalu cantik walaupun berambut pendek.” Jawab Yi Fan membuat pipiku serasa panas.
“ Liu, kenapa wajahmu memerah?” Tunjuk Yi Fan tepat di kedua pipiku.
“ Benarkah?Mungkin karena panas.” Jawabku asal dan Yi Fan mengernyit,
“ Hei, cuaca sedang dingin, Liu. Kau malu ya aku bilang cantik?”
“ Tidak! Aku biasa saja, Yi Fan! Sungguh!” Sergahku kemudian berlari menjauh dari Yi Fan. Aku malu.
Tak lama kemudian Yi Fan mengejarku dan menangkapku membuat kami terjatuh ke padang ilalang sekitar rumah kami. Kami tertawa begitu bahagia.
Amber membuka lemari esnya dan mengambil sekotak jus jeruk dan menuangkannya di sebuah gelas dalam genggamannya. Ia menghabiskan minuman itu dalam satu teguk saja. Dirasakannya peluhnya masih menetes akibat terlalu lelah setelah membereskan segala barang-barangnya ke dalam koper.
“ Apa masih ada yang tertinggal?” Tanya Jonghyun membawa seperangkat alat pel dan menaruhnya di samping meja makan. Amber mengangkat bahunya,
“ Entahlah. Ku rasa tidak.” Jawabnya masih dengan nada kelelahan.
“ Benar-benar harus pergi?” Kini Jonghyun menarik kursi untuk duduk di sebelah Amber.
“ Keputusan ini sudah ku pikirkan semenjak lima bulan lalu, hyung. Lagipula aku sudah menandatangani kontrak kerjaku di sana.”
“ Berhenti memanggilku hyung, Amber. Kau ini wanita.” Protes Jonghyun yang disambut dengan tatapan sinis dari Amber.
“ Kau tahu terlalu aneh memanggil seseorang dengan sebutan oppa. Itu menjijikkan.” Ujar Amber.
“ Bagaimana seorang laki-laki akan suka padamu jika kau masih terus seperti ini?” Tanya Jonghyun.
Amber diam dan bergegas pergi, merasa tidak suka dengan topic pembicaraannya sekarang.
Sorry, I don’t mind to make you sad.” Tahan Jonghyun.
Jonghyun mengambil sebuah gelas dan membuka lemari es milik Amber dan menemukan sebuah kotak kecil yang tersimpan di ujung lemari esnya.
“ Ini apa?” Tanya Jonghyun. Amber segera mengambilnya.
“ Bukan apa-apa.” Jawabnya cepat dan bergegas menuju kopernya sebelum ia lupa lagi bahwa ia telah meninggalkan kotak itu.
Miss Liu, mau kemana?”
“ Aku baru ingat ada suatu barang yang belum aku masukkan ke koper.” Jawab Amber.
Ok. By the way, aku baru sadar kau memakai gaun untuk pertama kalinya kemarin.” Ucap Jonghyun yang tidak ditanggapi oleh Amber.
Aku tak boleh meninggalkan cincin itu. Walaupun keadaannya sudah tidak sama lagi.
Suara bising bandara memekakkan telinganya dan lalu lalang orang-orang membuat kepalanya sedikit pusing. Amber duduk menunggu Jonghyun yang mungkin sebentar lagi akan datang. Dihadapkannya tubuhnya ke arah jendela yang memantulkan bayangan dirinya dan ia baru sadar ada beberapa perubahan yang ia miliki sekarang. Setidaknya ia lebih ‘perempuan’ dengan rambutnya yang hampir menyentuh bahu walaupun dari segi pakaiannya tidak ada tanda-tanda bahwa ia seorang perempuan.
Kecuali hari itu, tentu saja.
“ Amber, aku sudah menyuruh orang untuk mengecek apartementmu di sana dan mereka bilang barang-barangmu sudah siap. Jadi kau hanya perlu berangkat dan sampai sana…nikmati hidupmu yang baru!”
“ Terima kasih, hyung. Aku sudah terlalu banyak merepotkanmu.”
“ Tak masalah. Hanya jika kau sudah sampai di sana, segera hubungi aku. Mungkin jika aku sedang free aku akan menyempatkan main ke sana.”
Panggilan penumpang sudah terdengar untuk kedua kalinya dan Amber mengambil beberapa tasnya—yang hanya berisi makanan dan gadget kesayangannya lalu berpamitan ke arah Jonghyun.
“ Aku pergi dulu, hyung. Aku akan merindukan tempat ini. Tolong jaga Eomma dan Appa-ku.”
“ Tenang saja. Ahjumma pasti bisa melepasmu dengan baik. Kau sukses ya di sana.”
“ Terima kasih, hyung. Juga jika dia menanyakan di mana keberadaanku, ku mohon jangan beri tahu.” Jonghyun mengangguk.
“ Aku pergi dulu, hyung. Sampai jumpa.”
-***-
Aku bersiap-siap di depan ring basket saat Yi Fan masih men-dribble bolanya dan menatapku seolah aku adalah mangsanya. Aku bahkan tidak takut meski di usia kami yang ke 16 ini tingginya sudah menjulang bahkan hampir mendekati tinggi ring basket, toh walaupun kini ia adalah kapten tim basket sekolah kami, aku selalu bisa mengalahkan permainannya.
Bukk.
Sebuah hantaman keras mengenai kepala seorang siswi dan aku segera berlari menghampiri siswi tersebut.
“ Kau tidak apa-apa?” Tanyaku khawatir. Yi Fan justru tenang-tenang saja di sampingku padahal sudah jelas lemparan bola itu adalah akibat lemparannya.
Gadis itu mengangguk.
“ Aku tidak apa-apa, Oppa.” Jawabnya pelan.
Hei, aku tidak salah dengar kan?
“ Astaga, apakah dia benar-benar terlihat seperti seorang Oppa?” Tanya Yi Fan menunjuk wajahku. Gadis itu mengangguk.
Tawa lepas Yi Fan memekak dan gadis yang ada di hadapanku ini justru hanya diam saja dengan wajah bingungnya dan sesekali ia meraba-raba kepalanya yang mungkin masih sakit.
“ Kenapa oppadeul tertawa?” Tanya gadis itu dan lagi-lagi tawa Yi Fan memekakkan telingaku.
“ Dia ini perempuan, nona.” Ujar Yi Fan di sela-sela tawanya dan gadis itu membungkuk di hadapanku beberapa kali untuk meminta maaf.
“ Tenang saja, kau bukan orang pertama yang mengira aku adalah laki-laki.” Jawabku cuek dan mencubit keras perut Yi Fan.
“ Aww!” Jerit Yi Fan.
“ Joeseonghamnida.” Ucap gadis itu lagi.
“ Siapa namamu?” Tanyaku.
“ Kim Min Ji. Aku siswi dari 1.5” Jawabnya.
“ Baiklah, akan ku catat kau…”
“ Sebagai orang kesebelas yang mengatakan bahwa Amber Liu tidak terlihat seperti seorang wanita hahahahahaha.” Ledek Yi Fan memotong kata-kataku.
Aku kembali mencubit perut Yi Fan tanpa ampun sampai gadis itu berpamitan kepada kami.
“ Hei, lihat! Kulitku jadi iritasi karena cubitanmu!” Omel Yi Fan sambil menaikkan kaosnya dan menunjukkan bekas merah akibat cubitanku.
“ Turunkan kaosmu, Yi Fan. Aku risih. Lagipula suruh siapa kau tertawa seperti itu.” Ujarku.
“ Risih kenapa Liu? Kau kan laki-laki dan… aww!” Jerit Yi Fan lagi begitu aku mencubit perutnya lagi.
“ Ampun atau aku akan membuat kulitmu berdarah?” Tanyaku galak.
“ Baiklah, aku minta ampun, Liu.” Jawab Yi Fan kesakitan.
“ Amber Liu sekarang sudah dewasa. Sudah mulai merasa risih padahal aku hanya mengangkat kaosku sedikit. Padahal dulu aku sering topless di hadapannya.”
Aku hanya diam pura-pura tak mendengar kata-katanya.
“ Amber Liu sekarang sudah dewasa. Apa dia sudah pernah jatuh cinta, ya?” Tanya Yi Fan dan seketika botol plastik bekas air mineralku ku lemparkan ke tubuhnya.
“ Wah….Amber Liu sudah jatuh cinta?”
“ Wu Yi Fan! Kau bisa menutup mulutmu, kan?!”
“ Wah…kira-kira siapa ya yang bisa mengambil hati seorang Amber Liu?”
“ Wu Yi Fan!!!!!”
-***-
Amber menatap ramainya lalu lintas dari apartementnya. Suasana Shanghai tidak terlalu berbeda dengan Seoul, tetap ramai. Sudah setahun semenjak kepergiannya menuju Shanghai dan itu cukup membuatnya merindukan Seoul.
Ditatapnya desain pakaian yang baru saja ia buat dan kembali me-revisi beberapa kesalahannya. Semenjak pindah ke Shanghai, Amber bekerja sebagai seorang designer pakaian dari merk ternama di Asia.
Matanya menangkap kotak yang tersimpan di meja kerjanya. Kotak yang dulu selalu tersimpan rapi di lemari es dengan alasan agar tidak ada satupun orang yang bisa merusak isinya. Sekarang bukan tanpa pertimbangan ia menaruh kotak itu asal saja, tapi ia sudah tidak begitu peduli dengan kondisi isinya.
Perasaan naifnya yang kadang-kadang muncul membuatnya membuka kotak itu dan mengambil isinya perlahan-lahan. Ia sudah berpikir tak mau peduli dengan kondisinya, tapi toh senyatanya ia masih begitu menjaga agar barang ini tidak rusak sebelum kontraknya jatuh tempo.
Diambilnya perlahan-lahan dan ia mencoba memakaikannya di jari manisnya yang ternyata sudah bertambah besar semenjak 18 tahun yang lalu. Cincin itu bahkan hanya muat jika ditaruh di kelingkingnya.
Meski temponya akan habis dua tahun lagi, tapi apakah segala janji dan harapan yang ia pegang masih berlaku sampai jatuh tempo?
Hidupnya sudah berubah tapi apakah janji itu juga sudah berubah?
Ponselnya berdering dan menunjukkan suatu nama. Ujung bibirnya mengulas senyum menatap nama itu,
“ Ada apa, hyung?”
“ Aku sudah di depan pintu apartementmu.” Ucap suara Jonghyun dari seberang telepon.
“ Kau ada di Shanghai?”
“ Tentu saja. Kau berpikir aku ada dimana? Perancis?”
Amber segera berlari menuju pintu apartementnya dan….
Hyung! Bogoshippeoyo!” Pekiknya sambil memeluk lelaki yang ada di hadapannya.
“ Amber? Benarkah kau Amber Liu? Astaga, Shanghai sudah merubah seorang Amber Liu!” Ujar Jonghyun kaget.
“ Wu, kau suka perempuan yang seperti apa?”
“ Aku suka perempuan yang cantik, bertubuh proporsional, berambut panjang…”
“ Berambut panjang?”
“ Ya. Dan feminine.” Tambah Yi Fan sambil tersenyum-senyum.
Berambut panjang dan feminine?
“ Kenapa memangnya, Liu?”
Aku hanya menggeleng pelan.
Tapi dulu Yi Fan bilang, aku tetap cantik meski aku berambut pendek.
“ Apa gadis berambut pendek tidak cantik?” Pertanyaan itu ku lontarkan secara spontan.
“ Mereka tetap cantik tapi yang berambut panjang jauh lebih cantik.” Jawab Yi Fan santai dan meneruskan memakan pasta kesukaannya.
Aku hanya mengaduk-aduk pastaku tidak bersemangat. Terkadang aku merutuki beberapa kesalahan yang aku perbuat hanya karena aku penasaran.
Apa janii itu benar-benar tidak ada?
“ Wu.”
“ Hmm?”
Jika aku mencintaimu, walaupun aku tomboy dan berambut pendek…apa kau bisa mencintaiku?
“ Tidak jadi.” Ucapku menahan pertanyaanku.
“ Liu, kau kenal gadis itu?”Tunjuk Yi Fan ke arah belakang kantin.
“ Dia Jung Soo Jung. Mahasiswi dari fakultas musik. Dia adik tingkat kita. Kenapa?”
“ Dia adalah tipe wanita kesukaanku.”
-***-
“ Kau…sejak kapan berubah? Astaga, aku benar-benar tidak salah melihat kan?”
“ Berhenti berbicara seperti itu, hyung. Aku tetap Amber Liu.” Ujar Amber sedikit kesal karena Jonghyun lagi-lagi mempertanyakan perubahan penampilannya.
Black hair, long hair, skirt, pink, dan oh, astaga, aku baru sadar kalau kau secantik ini, Liu.” Ucap Jonghyun.
Ada rasa yang tidak enak menurut Amber begitu Jonghyun memanggilnya dengan sebutan Liu. Hanya ada satu orang yang terbiasa memanggilnya Liu. Orang yang ia harap bisa memujinya selayaknya Jonghyun.
Tapi orang itu sudah tidak ada dalam hidupnya lagi.
“ Kau berubah…karena Yi…”
“ Bukan karena dia.” Jawab Amber memangkas perkataan Jonghyun—tidak mau mendengar nama laki-laki itu lagi.
Sejujurnya Amber terlalu lelah membohongi dirinya sendiri dengan alibi yang tidak masuk akal jika ia ditanya siapa penyebab penampilannya berubah.
“ Kau benar-benar tak mau mendengar kabar tentangnya?”
“ Tidak. Sama sekali.” Jawab Amber ketus.
Hyung, kalau topik pembicaraan kita membahas sosoknya, mungkin aku lebih baik pergi.”
“ Jonghyun hyung!”
“ Amber, berhenti memanggilku hyung. Kau tampak seperti laki-laki jika seperti itu.” Omel Jonghyun.
“ Dia memang laki-laki, hyung.” Sahut Yi Fan.
“ Dasar, kalian menyebalkan. Aku benci menyebut orang lain dengan sebutan Oppa. Itu seperti mengingatkan aku betapa banyaknya wanita menyebutku Oppa, cih.” Ucapku kesal.
Dia Kim Jonghyun. Ketua himpunan mahasiswa kampusku dan dia cukup dekat denganku dan Yi Fan.
“ Hyung, berminat ikut makan siang dengan kami?” Ajakku.
“ Yi Fan hari ini ulang tahun, jadi ingin mentraktir kita makan.” Tambahku.
“ Eum, maaf sekali Yi Fan dan Amber. Hari ini aku ada rapat dengan dekan sehingga aku tidak bisa ikut ke acara kalian.”
“ Yah, sayang sekali, Hyung.” Tambah Yi Fan.
“ Lain kali, kalian bisa mengajakku lagi. Ngomong-ngomong selamat ulang tahun ya Yi Fan.”
“ Terima kasih, hyung. Yasudah kami permisi dahulu.” Ucap Yi Fan dan membawaku pergi.
Kami pergi ke restoran pasta kesukaan kami.
“ Yi Fan, kau mengajakku ke sini bukan untuk sekedar menemanimu bermain ponsel kan?” Ucapku kesal karena sedari tadi Yi Fan hanya sibuk dengan ponselnya.
“ Sudah pergi cuma berdua, dikacangin pula.” Gerutuku.
“ Siapa yang bilang kita hanya berdua?”
“ Oppa!” Teriak seorang gadis ke arah kami.
“ Kau terlambat 15 menit, Soo Jung.” Ucap Yi Fan dan kini gadis itu duduk menempati kursi kosong di sebelah Yi Fan.
“ Annyeong, Eonni.” Sapa Soo Jung kepadaku. Aku hanya membalasnya senyum tak enak.
Satu jam kemudian, aku tetap duduk di hadapan Yi Fan dan Soo Jung yang sedari tadi seolah tak menganggapku ada. Cukup kesalnya akhirnya aku berkata pada Yi Fan,
“ Yi Fan, aku harus pergi duluan. Ada urusan penting. Terima kasih traktiran pastanya.” Ucapku buru-buru pergi tanpa menunggu keduanya membalas perkataanku.
Aku duduk di pinggir lapangan basket rumahku sambil sesekali memukul-mukul bolanya ke arah tanah. Biasanya moodku akan kembali baik jika sudah bermain basket tapi…
“ Kau cemburu Yi Fan dekat dengan Soo Jung?” Sebuah suara mengagetkanku dan tanpa disangka Jonghyun Hyung datang dan membawakanku segelas teh hijau dingin.
“ Apa yang hyung pikirkan?” Jawabku sambil terkekeh untuk menutupi perasaanku.
“ Aku tahu kalian sudah dekat dari dulu. Tapi, bukan berarti itu harus membuatmu egois untuk tidak membiarkan Yi Fan untuk dekat dengan gadis lain kan, Amber?” Ucap Jonghyun hyung mengambil alih bola basketku.
“ Aku tidak pernah merasa begitu. Yi Fan berteman dengan siapa saja itu bukan masalah untukku.” Jawabku yang kini sudah berdiri bersiap mengambil bola yang ada di genggaman Jonghyun.
“ Ya, kalau itu bukan Jung Soo Jung, kan?”Ucap Jonghyun mencoba mengalihkan konsentrasiku.
“ Tidak.” Jawabku singkat.
“ Amber, walaupun kau terlihat seperti laki-laki tapi insting perempuanmu tetap saja melekat.” Ucap Jonghyun hyung yang tidak ku pedulikan. Yang ku pedulikan adalah mencetak poin atas permainan basket yang telah kami mulai.
“ Kau begitu terlihat menyukai Wu Yi Fan. Jelas sekali.” Ucap Jonghyun membuatku berhenti men-dribble bola basketku. Aku diam menatap Jonghyun hyung.
“ Aku tahu kau menyukainya, mencintainya, atau apapun namanya itu.” Kini Jonghyun membalas tatapan mataku.
Sejelas itukah?
“ Walaupun hanya beberapa orang yang bisa membaca gerak-gerikmu, Amber. Bukan semua orang.” Ucap Jonghyun seolah bisa membaca pikiranku.
“ Kau bisa membaca pikiran orang?” Tanyaku kaget.
“ Sedikit. Sedang ku pelajari lebih tepatnya.”
“ Dan aku adalah alat uji cobamu?”
“ Bukan alat uji coba,lebih tepatnya kau dengan mudah ku baca pikirannya.” Jawab Jonghyun hyung.
Aku melempar bola basketku asal dan kembali duduk di pinggir lapangan. Suasana sempat hening sebelum Jonghyun hyung berkata,
“ Tenang saja. Rahasia ini tidak akan ku sampaikan kepada siapapun. Kau bisa memercayaiku.” Jawab Jonghyun memegang pundakku.
“ Janji?”
“ Janji adalah janji, Amber. Dan aku akan menepatinya.” Ucap Jonghyun.
Pada dasarnya, semua wanita pasti punya suatu ciri yang sama. Entah mereka berbeda fisik dan sifatnya, tapi ciri sama itu pasti muncul juga jika sudah jatuh cinta.
-***-
“ Aku akan tinggal di Shanghai untuk beberapa hari ke depan. Setidaknya sampai pekerjaanku tuntas.”
“ Kau akan tinggal di mana?”
“ Tidak jauh dari apartementmu.” Jawab Jonghyun.
“ Oh ya, Eomma dan Appa baik-baik saja kan?”
“ Tentu. Aku mengunjungi mereka tiap minggu. Jika aku sudah kembali ke Seoul lagi, sepertinya berita bagus tentang perubahanmu akan menjadi topik pembicaraan kami.”
Cih, kau menyebalkan.” Jonghyun terkekeh dan mengacak-acak rambut Amber.
“ Yak, berhenti, hyung! Nanti rambutku berantakan!” Protes Amber. Jonghyun tertawa,
“ Kau memang sudah berubah.”
Amber hanya tersenyum-senyum.
“ Tapi perasaanmu belum berubah, kan?” Tanya Jonghyun. Amber menatapnya bingung.
“ Sudah ku bilang jangan bahas itu.” Jawab Amber.
“ Kau lupa ya kalau aku bisa membaca pikiranmu?”
“ Kau lupa ya kalau aku tidak mau membahas tentangnya lagi?”
Kini keduanya diam.
“ Amber.”
“ Ya?”
“ Bagaimana jika aku mencintaimu?”
“ Liu, kenapa akhir-akhir ini kau menjauh dariku?”
“ Bukan aku. Tapi kau yang menjauh dariku.” Jawabku sedikit ketus.
“ Benarkah?” Tanya Yi Fan bingung.
“ Liu, mau makan siang denganku?”
“ Makan apa?”
“ Pasta.”
“ Aku sedang tidak berminat makan pasta.”
“ Yasudah, kita makan ice cream saja.”
“ Kita? Aku dan kamu atau ada yang lain?”
“ Aku dan kamu lah. Apa yang kau pikirkan?”
“ Tidak.” Jawabku.
Dasar Wu Yi Fan bodoh dan tidak peka. Tuhan, mengapa laki-laki dilahjrkan dengan tingkat kepekaan yang sangat tinggi?
“ Ah, aku benar-benar merindukanmu. Mengapa kau sibuk sekali sampai tidak menyempatkan pergi denganku?” Tanya Yi Fan sambil melahap ice cream-nya.
“ Aku hanya sedang malas pergi lagipula kau juga sedang sibuk dengan teman barumu, kan?” Ucapku sambil sedikit menekan bagian ‘teman barumu’.
Andai saja Wu Yi Fan itu Jonghyun hyung, pasti dia sudah mengerti apa yang ku maksud.
“ Hei, selalu saja berantakan!” Protes Yi Fan padaku saat mengetahui ada bekas ice cream di pipiku. Dengan cekatan ia mengambil tissue dan membersihkannya.
Aku canggung.
Padahal dulu aku biasa saja jika dia melakukan hal yang sama.
“ Liu, kau tidak apa-apa kan?” Tanya Yi Fan. Aku menggeleng.
Yi Fan kembali meneruskan menghabiskan ice creamnya.
“ Mau antarkan aku ke toko bunga dulu gak?” Tanya Yi Fan.
“ Toko bunga?”
“ Iya, aku ingin membeli bunga.” Jawabnya.
Kami berhenti di salah satu toko bunga yang memiliki stok bunga yang paling lengkap di jalan ini. Aku sibuk melihat-lihat mawar dan …
“ Bagus yang mana, Liu?” Tanya Yi Fan sambil menggenggam dua bouqette bunga lily.
“ Wu, aku lebih suka mawar dibandingkan lily.” Jawabku sambil menunjuk bunga mawar berwarna merah muda yang sangat cantik di hadapanku.
“ Hei, siapa juga yang akan membelikannya untukmu? Ini untuk Soo Jung. Dia sangat suka lily. Lagipula kau lebih cocok membeli mobil-mobilan dibanding mawar.” Ucap Yi Fan kemudian pergi ke ahjumma pemilik toko untuk meminta sarannya.
Untuk Soo Jung?
“ Liu! Amber Liu! Tebak apa yang terjadi dengan sahabatmu yang paling tampan ini!” Teriak Wu Yi Fan begitu aku sedang menulis sebagian skripsiku untuk kelulusanku lima bulan lagi.
Aku hanya menatapnya bingung. Memberi tatapan—seolah-olah aku penasaran padanya padahal tidak sama sekali.
“ Soo Jung menerimaku sebagai kekasihnya!”
Aku berhenti menulis dan menatapnya.
“ Kekasih?” Tanyaku sedikit tidak percaya.
“ Selamat jika seperti itu.” Ucapku dengan wajah datar seperti biasanya lalu kembali menulis sedangkan Yi Fan sibuk bercerita sebuah cerita yang tidak ingin ku dengar.
Ponselku berbunyi,
Dari : Jonghyun Hyung
Aku sudah memerkirakan kau akan segera tahu tentang kejadian itu.
Aku menaruh ponselku dan tidak menghiraukan apa-apa selain skripsiku.
Amber menatap hyung-nya dengan bingung begitu sebuah kalimat terucap dari laki-laki yang terpaut umur setahun lebih tua darinya itu. Bingung harus berkata bagaimana karena senyatanya ia cukup menganggap laki-laki itu seperti kakaknya sendiri.
“ Aku tidak menuntutmu untuk menjawabnya. Berani mengatakan padamu saja itu sudah lebih cukup dari segalanya.” Tambah Jonghyun.
“ Sejak kapan hyung?” Tanya Amber hati-hati.
“ Sejak aku memberimu segelas teh hijau dingin.” Jawab Jonghyun masih dengan senyumnya yang berkharisma.
“ Maaf hyung…”
“ Aku tidak akan memaafkanmu, Amber. Tolonglah, penampilanmu sudah berubah dan jangan panggil aku hyung lagi.”
Amber menggerutu kesal.
“ Bagaimana?” Tanya Jonghyun.
“ Baiklah, maafkan aku Oppa.” Ucap Amber kaku. Jonghyun terkekeh.
“ Kau benar-benar bukan seperti Amber yang ku kenal hahaha, kau sangat lucu!” Ujar Jonghyun mencubit kedua pipi Amber.
Amber sempat bergidik tidak suka.
“ Maafkan aku, aku akan memikirkan jawabannya.” Ucap Amber.
“ Jangan terlalu dipikirkan, aku tidak menuntutmu untuk itu.”
“ Tapi, aku pasti akan menjawabnya.” Jawab Amber.
-***-
Shanghai, 2015
Seorang gadis sibuk berputar menghampiri para model yang sudah siap untuk tampil dan sesekali ia membenahi beberapa aksesoris yang model itu pakai agar terlihat lebih eye-catchy.
“ Nona Liu, sepertinya kau terlihat sibuk sekali.” Sahut seorang laki-laki dengan wajah familiar yang disambut pelukan oleh gadis itu.
Oppa, aku begitu tegang. Tentu saja aku harus sibuk untuk mempersiapkan fashion show pertamaku.”
“ Dalam waktu sibukmu itu…apa kau merindukanku?”
“ Tentu saja!” Sahut gadis itu bersemangat. Lalu lelaki itu memberikan seikat bunga mawar merah pada gadisnya.
Miss Liu, is he your boyfriend?” Tanya seorang penata rambut.
He is my fiancĂ©.” Jawab Amber bahagia.
I’m Kino Matsuko.
I’m Kim Jonghyun.” Jawab laki-laki itu.
“ Acara ini pasti berjalan lancar.” Bisik Jonghyun pada gadis yang sudah resmi menjadi tunangannya semenjak 5 bulan yang lalu.
Amber menggenggam tangan Jonghyun erat.
Sorak-sorai hadirin memenuhi sebuah ballroom yang disulap menjadi acara fashion show yang sangat mewah.
“ Selamat, Nona Liu. Acaramu sangat sukses.” Ucap para tamu undangan dan Amber tersenyum bahagia.
Setelah acaranya selesai, Amber bergegas menuju mobil untuk mengantar Jonghyun kembali ke Seoul.
“ Sayang, maaf sekali aku harus pulang pada hari ini juga.”
“ Tidak apa-apa, Oppa. Kau bisa hadir di acaraku saja itu sudah sangat mengesankan bagiku. Terima kasih sudah menyempatkan untuk datang.” Ujar Amber.
Panggilan untuk penumpang pesawat sudah berbunyi untuk ketiga kalinya dan Jonghyun benar-benar harus pergi. Ia mengecup kening Amber sebentar dan berlalu.
Setelah memastikan pesawat yang ditumpangi Jonghyun benar-benar sudah pergi, Amber bergegas kembali menuju parkiran mobilnya. Tapi sebuah suara familiar dari seseorang di hadapannya menghentikan langkahnya.
“ Amber Liu, kau kah itu?”
“ Oppa, aku sudah memutuskan untuk menjawab pertanyaanmu itu.” Ucapku pada hari terakhir Jonghyun Oppa di Shanghai.
“Aku menerimamu, Oppa.”
“ Kau…tidak terpaksa, bukan?”
“ Aku tidak pernah merasa terpaksa. Hanya saja, aku butuh perubahan pada beberapa bagian dalam hidupku dan aku ingin kau yang menjadi saksi bagaimana aku mengalami perubahan pada rasa cinta.” Ucapku.
“ Aku ingin belajar mencintaimu, Oppa. Kau mau kan mengajariku?”
“ Tentu saja. Terima kasih, Amber.” Ucap Jonghyun Oppa memelukku.
Meski apa yang aku rasakan belum terlalu bisa ku terima, tapi pada tahun terakhir sebelum janji itu jatuh tempo aku melepas semuanya.
Hidupku memang sudah berubah.
Amber duduk menatap lelaki di hadapannya dengan canggung. Tidak banyak yang mereka lontarkan sepanjang perjalanan sampai ke café sekitar bandara. Bahkan hanya menanyakan kabar dan karir masing-masing. Tak sedikitpun Yi Fan membahas perubahan penampilan Amber.
Yi Fan kini bekerja di sebuah perusahaan advertisement dan menjadi kepala cabang di Gangnam. Amber tidak ingin membahas kisah Yi Fan dengan Soo Jung, sama sekali. Kini yang Amber lakukan hanyalah mengaduk-aduk gelas cappucinno-nya dan berusaha menutupi bagaimana ia ingin memeluk laki-laki yang kini ada di hadapannya itu.
“ Kau berubah sekarang.” Ucap Yi Fan membuka percakapan lagi. Hal pertama yang ia lontarkan mengenai perubahan.
“ Tentu saja. Manusia perlu berubah.” Jawab Amber masih menunjukkan sifat dinginnya.
“ Tapi kau tetap dingin.” Tambah Yi Fan sambil tersenyum lalu menyesap espresso-nya.
Yi Fan tetap tampan. Semakin tampan. Tetap pecinta espresso.
“ Bagaimana berpikiran untuk memanjangkan rambutmu?” Tanya Yi Fan.
Amber hanya diam, memikirkan beberapa alibi yang biasa dia buat.
“ Aku sudah bosan dengan rambut pendek.” Jawabnya dan tentu saja dia berbohong.
“ Juga berambut panjang tidak seburuk yang aku pikirkan.” Tambahnya.
“ Sejak kapan kau pindah ke Shanghai?”
“ Semenjak dua tahun lalu.”
“ Bahkan ketika pesta pernikahanku kau masih sempat datang, kan?” Amber tidak menjawab pertanyaan terakhir Yi Fan.
Terlalu sakit jika ia mengingat semua hal yang sudah berusaha ia lupakan. Kalau sudah seperti ini, apa artinya dia mati-matian menahan sakit waktu itu? Rasanya segala upayanya percuma karena pada ujungnya dia selalu merasa tidak berdaya jika sudah berhadapan pada Wu Yi Fan secara langsung.
Tak ada percakapan lagi setelah itu tapi tidak membuat keduanya berminat untuk berpisah. Hanya saling diam dan sibuk dengan urusan masing-masing.
“ Apa kabar kau dengan Soo Jung?” Amber mulai memberanikan diri dengan pertanyaannya barusan. Berusaha sadar diri bahwa lelaki yang terlalu dicintainya ini sudah milik orang lain dan dia sendiri dua bulan ke depan sudah akan menjadi milik Jonghyun.
Segala resiko akan dia tanggung atas pertanyaan buru-buru dan tanpa pertimbangan itu yang mungkin saja akan membuatnya sakit hati selama bertahun-tahun ke depan.
“ Kami sudah bercerai.” Amber menatap Yi Fan kaget.
“ Tepat dua bulan setelah pernikahan kami. Aku terlalu sibuk dengan sebuah penyesalan sehingga dia marah padaku dan kami memutuskan untuk bercerai.” Jelas Yi Fan dengan nadanya yang santai seakan tak terjadi apa-apa.
“ Penyesalan?”
Aku menyesal untuk memutus segala aksesku untuk mengetahui segala berita tentangmu, Wu.
Hyung!” Seru Yi Fan begitu sebuah tangan menyentuh pundak Amber pelan. Amber menoleh dan rasanya jantungnya hampir lepas dari tempat asalnya begitu menyadari tangan siapa.
Tentu saja Amber mengenal tangan itu. Apalagi sebuah perhiasan yang tersemat di salah satu jarinya adalah perhiasan yang sama yang melekat di jari manis tangan kanannya.
“ Aku tidak jadi pergi begitu melihat Yi Fan, Amber.” Ucap Jonghyun seakan membaca bagaimana Oppa bisa ada di sini.
 “ Ada yang perlu aku selesaikan hari ini juga. Antara janji.” Tambah Jonghyun masih dengan gaya bicaranya yang selalu bijaksana.
Jonghyun duduk di sebelah Amber lalu menyentuh tangan Amber. Menggenggamnya lalu melepas cincin yang tersemat di jarinya.
“ Aku tahu kau sudah belajar tapi aku juga tahu aku bukan pengajar handal.” Ucap Jonghyun menatap Amber.
Amber tidak menangis, tentu saja dia gadis yang kuat dan tidak mudah menangis. Hanya saja otaknya bekerja terlalu lama untuk memahami apa yang terjadi sekarang ini.
Yi Fan yang tidak mengerti juga hanya menatap keduanya bingung. Menyelaraskan segala yang terjadi dan berdoa semoga ia bisa menemukan titik terang dari kata-kata yang terlontar dari dua orang di hadapannya ini.
“ Aku dan Amber bertunangan, Yi Fan.” Ucap Jonghyun menatap Yi Fan dengan tatapan tenangnya.
Ekspresi Yi Fan terasa kaku seketika, berusaha menahan amarah dan sedihnya yang muncul secara bersamaan.
“ Tapi hari ini, aku melepasnya. Amber harus bertemu dengan seseorang yang sudah seharusnya menjadi takdirnya.” Lanjut Jonghyun.
Oppa.” Panggil Amber lirih.
“ Amber, maafkan aku. Aku sudah menjadi pemegang janji yang buruk karena sekarang aku harus mengatakan yang sejujurnya kepada Yi Fan bahwa kau mencintai Yi Fan.”
“ Juga Yi Fan, maafkan aku. Aku harus mengatakan pada Amber bahwa penyebab kau bercerai dengan Soo Jung adalah kau menyesal karena yang sesungguhnya kau cintai adalah Amber Liu.” Tutur Jonghyun sambil tetap memancarkan senyumnya.
Kemudian ketiganya diam.
Jonghyun berdiri masih dengan tangannya memegang tangan Amber menuju Yi Fan dan menyatukan tangan Amber dan Yi Fan.
“ Bersatulah kembali seperti apa yang sudah kalian janjikan 20 tahun yang lalu.” Ujar Jonghyun.
“  Meski janji itu hanyalah sebatas janji anak kecil, tapi aku tahu ada maksud tersembunyi dari Tuhan ketika kalian mengucapkan janji itu.”
-***-
“ Noona, mengapa kau menangis?”
“ Aku bukan Noonamu.”
“ Baiklah, maukah kau menikah denganku?”
“ Tentu saja kau harus menikah denganku. Kau sudah berjanji seperti itu 20 tahun yang lalu. Janji adalah janji dan kau harus menepatinya.” Jawab Amber disambut tawa para tamu undangan pernikahannya.
20 menit lalu dia baru saja melangsungkan pernikahan dengan seseorang yang sudah berjanji akan menikahinya. Dan mereka menikah di sebuah taman ilalang dengan nuansa bunga mawar seperti apa yang Amber impikan.
“ Liu, mengapa kau menangis lagi?” Bisik Yi Fan.
“ Kau tahu kan bahwa aku selalu terharu dengan pernikahan?”
“ Baiklah. Janjiku yang kedua sudah ku tepati, aku sudah berhasil membuatmu merasakan apa rasanya menikah, kan?” Amber mengangguk mantap.
“ Liu.”
“ Ya?”
“ Aku mencintaimu.”
-***-

Sorry for unperfect story juga maaf bagi yang susah membayangkan bagaimana Amber menjadi perempuan beneran (?) Karena author sendiri masih agak susah bayanginnya hehehe. Hope you like it! Thanks for reading!

0 comments:

Post a Comment