Sunday, September 30, 2012

He is Like A Star

I'm not strong as the previously of me.
Yes, I'm too weak. I'm too easily cry because a boy.
Oh God, I hate this situation.t
I feel like, I'm moving on the wrong person hahahaha. The person who had taken, who has a girlfriend hahaha. It's more sick when (again) I realized that we (i-him) don't know each other and i can't control my emotion. Now, I never feel happy when I meet him, but I always sad. Oh, once again. I feel I'm moving on the wrong person.
I wanna move again, with other boy. With someone that knows me, near me, and can makes me smile, not cry anymore haha.

He is like a star. Too far and Too difficult to be reached :)

Saturday, September 15, 2012

More Than This

I’m broken, do you hear me?
I’m blinded, ‘cause you are everything I see,
I’m dancin’ alone, I’m praying,
That your heart will just turn around,


And as I walk up to your door,
My head turns to face the floor,
‘Cause I can’t look you in the eyes and say,


When he   she opens his her arms and holds you close tonight,
It just won’t feel right,
‘Cause I can love you more than this, yeah,

When he lays you down,
I might just die inside,
It just don’t feel right,
‘Cause I can love you more than this,
Can love you more than this


If I’m louder, would you see me?
Would you lay down
In my arms and rescue me?
‘Cause we are the same
You save me,
When you leave it’s gone again,

And when I see you on the street,
In his her arms, I get weak,
My body fails, I’m on my knees,
Prayin’,


When he she opens his her arms and holds you close tonight,
It just won’t feel right,
‘Cause I can love you more than this, yeah,

When he lays you down,
I might just die inside,
It just don’t feel right,
‘Cause I can love you more than this, yeah,

I’ve never had the words to say,
But now I’m askin’ you to stay
For a little while inside my arms,

And as you close your eyes tonight,
I pray that you will see the light,
That’s shining from the stars above,

(And I say)

When he she opens his her arms and holds you close tonight,
It just won’t feel right,
‘Cause I can love you more than this,

‘Cause I can love you more than this, yeah


When he lays you down,
I might just die inside,
It just don’t feel right,
‘Cause I can love you more than this, yeah,
When he she opens his her arms and holds you close tonight,
It just won’t feel right,
‘Cause I can love you more than this, yeah,

When he lays you down,
I might just die inside,
It just don’t feel right,
‘Cause I can love you more than this, yeah, 
Can love you more than this

My Fanfiction : If Life Was A FanFiction


Title : If Life Was A Fanfiction
Author : Minhyuk’s Anae
Length : Oneshoot
Genre : Romance
Rating : PG-15
Casts :
-          Park Seo Hee (OCs)
-          Kang Min Hyuk
-          Park Jae In (OCs)
-          Other Cast
Disclaimer : My Own Plot, kesamaan cerita terjadi karena ketidaksengajaan.
Note : Sorry for Typos and Unperfect Story. Don’t forget Read, Comment, Like. This Fanfiction was published in my account wordpress : minhyukanaefanfic.wordpress.com jangan lupa sekali-sekali mampir ya mihihi *sekalian promo*. Happy Reading! Hope you like it!
---------------------------------------------------------*****----------------------------------------------------
SEO HEE’s SIDE ( Author’s POV)
Aku ingin kisah cintaku seperti ending fanfiction kebanyakan.
Bahagia. Menyenangkan. Selamanya.
Aku ingin hidupku seperti ending fanfiction kebanyakan.
Aku ingin hidupku bukan hanya sekedar berharap.
Berharap pada cinta yang tak pasti dan penuh kesemuan.
Aku ingin dia menyadari semuanya.
Tentang cintaku, perasaanku, ketulusanku.
Aku ingin dia tahu aku mencintainya.
Meski dalam diam dan kesunyian.
Entah mengapa, cinta dalam diam memiliki arti tersendiri bagiku.
Cinta dalam diam membuatku bertahan meski sakit.
Cinta dalam diam terasa seperti candu untukku
Candu untuk mencintainya
Meski hanya cinta diam-diam
( Park Seo Hee )
***
Seo Hee tersenyum kecil sembari menuliskan beberapa baris kata-kata kesukaannya di dalam buku hariannya. Meski tetes demi tetes kini mulai jatuh dan membasahi sebagian kertas yang ada di tangannya. Kepalanya mendongak ke atas, lalu ia usap air matanya.
Bodoh. Ucapnya dalam hati.
Seo Hee merutuki dirinya sendiri karena lagi-lagi ia menangis. Semua karena sore ini pikirannya kembali melayang kepada seorang laki-laki yang ia kenal sekitar 4 bulan lalu. Laki-laki yang membuatnya merasakan suatu perasaan aneh. Perasaan yang terkadang menyenangkan meski lebih sering membuatnya menangis seperti sekarang.
‘Orang bilang cinta itu indah. Tapi tidak untukku, tidak untuk seseorang yang hanya bisa mencintai lawan jenisnya dari belakang. Sembunyi-sembunyi untuk bisa melihatnya. Sembunyi-sembunyi untuk bisa memperhatiannya. Cih, ini seperti kisah cinta jaman dahulu saja. diam. Tanpa ada pernyataan. Tapi inilah aku, Park Seo Hee yang berpegang teguh pada ucapan wanita tak boleh menyatakan perasaannya duluan. Tapi inilah aku, yang meski tau ini sakit sekali tapi tetap saja bertahan. Salahku sendiri, tapi justru aku menikmatinya. Meski aku tak tahu apa ending kisah ini. Meski aku tak tahu harus bagaimana ke depannya. Meski mungkin kecil harapanku untuk bahagia. Namun aku selalu memilih cinta dalam diam.’ Ucap Seo Hee dalam hati.
Seo Hee bangkit dari bangku pinggir lapangan basket dan memastikan keadaan sekolah memang benar-benar sudah sepi. Sudah saatnya pulang. Seo Hee memang suka menyendiri ketika jam pulang sekolah, hanya untuk menulis beberapa bait puisi di buku harian kesayangannya. Hanya untuk koleksi pribadi dan terkadang di baca sendiri dan menyadari betapa miris kisah cintanya.
Handphonenya bordering.
Park Jae In
“ Yeoboseyo, Jae-ya.” Ucapnya mengangkat panggilan dari sahabatnya, Jae In.
“ Eodiseo?” Tanya Jae In dari seberang.
“ Masih di sekolah, wae?”
“ Baguslah, aku ada di depan sekolah habis latihan taekwondo. Kita pulang bareng eo?”
“ Ne.”
“ Ok, baiklah. Aku tunggu diluar. Biippp.” Jae In menutup panggilannya duluan.
Seo Hee yang tidak melihat ada apa di depannya langsung terjatuh,
Bukk
“ Jeoseonghamnida.” Ujar laki-laki yang menabraknya dan mengulurkan tangannya membantu Seo Hee bangun. Speechless. Minhyuk. Laki-laki itu.
“ Gwaenchanhayo?” Tanyanya sambil memperhatikan Seo Hee.
“ Gwaenchanda.” Jawab Seo Hee yang dan bergegas meninggalkan Minhyuk. Takut tak bisa menyembunyikan mukanya yang memerah karena salah tingkah.
Akhirnya. Untuk pertama kalinya mereka berbicara. Hati Seo Hee ingin meloncat keluar.
“ Sekali lagi, maaf untuk tadi, Park Seo Hee!” Teriak Minhyuk membuat langkah Seo Hee terhenti. Ia menoleh ke belakang dan mendapatkan Minhyuk sudah kembali bergabung dengan tim basketnya. Yang terlihat hanyalah tulisan belakang jerseynya, 제임스 6 ( James 6 ).
Minhyuk tahu namaku?
“ Kau kenapa, Seo Hee?” Tanya Jae In memperhatikan raut wajah sahabatnya yang sangat berubah. Sedikit memerah, tersungging senyuman tanpa henti, serta melamun.
“ Minhyuk tahu namaku.” Seo Hee menggigit ujung bibirnya menahan senangnya yang membuncah.
***
“ Darimana ia tahu namaku? Apakah dia seorang stalker sepertiku? Atau jangan-jangan dia tahu aku suka menguntitnya? Aish aku bahkan sedang tak butuh alasan itu. Yang pasti hari ini aku bahagia.”
***
Seo Hee’s POV
Aku melongok kecil ke arah pintu kelas X.1—kelas Jae In dan juga Minhyuk. Oh ya, Jae In dan Minhyuk memang sekelas dan cukup dekat, entah mengapa yang pasti Jae In tak pernah mengenalkan atau berusaha mencomblangkan aku dengan Minhyuk meski terkadang aku berharap dia mau.
“ Park Jae In, ada?” Tanyaku pada seorang laki-laki yang sedang membuang sampah.
“ Ada, masuk aja.” Ujarnya yang kembali masuk ke kelas dan aku mengikutinya dari belakang.
Mataku langsung tertuju jelas pada depan papan tulis dimana Minhyuk dan Jae In sedang berbicara bersama. Ini bukan pertama kalinya aku melihat mereka seperti itu tapi kenapa hatiku tiba-tiba merasakan sakit? Ah, sudahlah aku tak mau berburuk sangka. Aku sendiri baru sadar mungkin Minhyuk tahu namaku dari Jae In, Jae In kan suka teriak-teriak kalau memanggil namaku.
“ Jae-ya!” Panggilku dan Jae In menoleh.
“ Seo Hee-ya! Kita pulang bareng kan? Tunggu tunggu aku sedang bicara sama Minhyuk dulu. Kau duduk saja dulu ya.” Ujarnya yang kembali berbicara dengan Minhyuk dan aku sendiri tidak tahu mereka membicarakan apa. Aku mengambil tempat duduk dan melirik ke arah Minhyuk sebentar. Mengapa kini aku merasa iri dengan Jae In? Jae dekat dengan Minhyuk sedangkan aku? Minhyuk mengenalku pun tidak. Bukankah hanya mengetahui nama itu biasa saja?
Aku bahkan baru sadar bahwa aku terlalu berlebihan dalam menanggapi sesuatu. Cuma dipanggil dan langsung senang gitu aja. Cinta memang membuatku menjadi berlebihan. Terlebih menanggapi seseorang yang aku cintai. Terlalu berharap ia juga mengerti apa yang aku rasa padahal nyatanya tidak sama sekali.
Lagi-lagi pikiranku tertuju pada suatu hal yang buruk dan tidak seharusnya aku pikirkan. Aku berpikir bagaimana jika Minhyuk dan Jae In ternyata saling menyukai? Lalu Jae In mengambil Minhyuk dan aku? Aku dibiarkan terluka begitu saja…aish pikiran berlebihan lagi.
“ Yuk, kita pulang!” Ujar Jae In dan menarikku pulang. Mata kami bertemu—mataku dan mata Minhyuk.
***
“ Kau kenapa?” Tanya Jae In yang mungkin menyadari perbedaan wajahku.
“ Gapapa.” Jawabku singkat.  Moodku benar-benar buruk sekarang. Setelah pikiran macam-macamku tadi, selama perjalanan pulang Jae In juga terus-terusan menceritakan kedekatannya dengan Minhyuk. Membuat si pikiran macam-macam itu muncul lagi dalam benakku.
Mataku lebih terfokus pada jalanan dibanding mendengarkan Jae In cerita. Membuat hatiku sakit saja. lagi-lagi Jae In bertanya aku kenapa, kenapa dia tidak peka sih? Dia mengenalku sudah lebih dari 3 tahun dan tetap saja tidak peka dengan kondisi-kondisiku.
“ Gapapa.” Jawabku lagi dengan sedikit menaikkan suara.
Tiba-tiba pikiran macam-macam itu berpikir lagi.
Mengapa aku harus marah dengan Jae In? apa yang salah dengan kedekatannya dengan Minhyuk? Hei, aku bahkan sama sekali tidak berhak untuk ini. Untuk marah. Bahkan kalau sampai prasangkaku benar, memangnya kenapa? Bukankah setiap orang punya hak untuk mencintai? Memang itu sakit. Sangat sakit ku perkirakan. Tapi, sekali lagi bukankah orang punya hak untuk mencintai orang lain? Dan aku tak punya hak untuk melarang siapapun, termasuk orang yang kucintai. Jae In dan Minhyuk adalah 2 orang yang berarti di hidupku. Jae In terutama. Ia lebih dari seorang sahabat. Seharusnya aku tak pernah berburuk sangka seperti ini.’
Entah mengapa karena pikiran itu air mataku menetes sendiri. Aku cepat-cepat menghapusnya agar Jae In tak menyadari ini. Aku menepis perasaan itu dan berusaha untuk tidak berpikir bahwa Minhyuk dan Jae In…
“ Iya, jadi tadi tuh Minhyuk bercanda gitu sama aku, Seo-ya. Tapi tenang aja kok, aku sama Minhyuk Cuma temenan.” Ujar Jae In yang aku baru menyadari bahwa ceritanya daritadi belum selesai.
“ Ah? Iya hahaha.” Jawabku sedikit tidak nyambung.
***
Aku mulai mengguratkan tinta penaku pada buku harian abu-abuku lagi. Jae In bilang semoga kejadian sore itu bisa membuatku menuliskan kata-kata bahagia. Nyatanya tidak sama sekali, hanya satu lembar dan lembar lainnya masih penuh dengan sesak.
Aku benci berpikir seperti ini.
Berpikir sahabatku mengambil orang yang ku cintai.
Aku benci berpikir seperti ini.
Berpikir sahabatku akan meninggalkanku dan mengambilnya.
Aku benci berpikir seperti ini.
Berpikir sahabatku diam-diam menusukku dari belakang.
Aku benci berpikir seperti ini. Benci.
Ku pejamkan mataku sejenak dan mulai menuliskan apa isi hatiku lagi.
Setidaknya hanya hal itu yang bisa membuat bebanku lepas sementara.
Tapi nyatanya pikiranku masih sesak dengan kejadian tadi.
Aku benci menganggap sahabatku menyakitiku.
Aku benci karena aku sendiri takut persahabatanku hancur.
Aku benci pikiran ini ada dan hinggap dalam hatiku.
Ku tepis. Ku tepis. Ku buang.
Berpikir jernih semoga sahabatku bukan manusia macam itu
Aku tak mau memikirkan hal ini lagi
Karena sekali lagi,
Aku tak mau persahabatanku hancur karena praduga yang mungkin salah sasaran.
***
Perasaanku benar-benar seperti diujung kesakitan. Aku bahkan kini terlalu sensitive jika mendengar Jae in menceritakan Minhyuk. Tak seperti hari-hari sebelumnya, aku selalu antusias tapi tidak untuk sekarang. Sakit. Pedih. Perih. Aku benar-benar bingung harus ku kemanakan perasaan ini agar pergi jauh dari hatiku.
“ Jae-ya.” Panggilku. Jae In menoleh sambil memakan kentang goreng yang ada ditangannya.
“ Kau tahu? Aku iri padamu.” Ujarku dengan senyum sinis. Kupikir dengan menyatakan perasaanku, perasaan buruk ini bisa hilang.
“ Iri? Iri kenapa?” Tanya Jae In bingung dan berhenti makan.
“ Iri bahwa kamu bisa dekat dengan Minhyuk hahahaha.”
“ Jadi kamu curiga aku sama Minhyuk ada apa-apanya? Yaelah, Seo Hee…Minhyuk bahkan bukan tipeku sama sekali. Tenang aja, aku bukan orang yang suka tmt-in orang kok hahahaha.” Aku hanya tersenyum kecil.
“ Tapi, aku serius, Jae. Aku bener-bener iri. Iri karna aku gak bisa jadi kamu. Aku gak bisa deket sama Minhyuk. Boro-boro Minhyuk bisa deket sama aku, saling kenal aja enggak kan?”
“ Kamu marah sama aku?” Tanya Jae In intens.
“ Enggak, aku gak marah. Tenang aja hehe.”
“ Maaf, Seo Hee…aku gak punya maksud apa-apa untuk ngedeketin Minhyuk. Hanya sebatas teman.”
“ Aku tahu dan aku gak marah sama sekali. Nyantai aja.” Jawabku. Fyuh, rasanya 75% sesak dalam dadaku berkurang. Lega.
Apakah ini suatu tanda bahwa menyimpan perasaan terlalu dalam itu tidak baik? Emm maksudku seharusnya diungkapkan. Apa aku harus bilang begini juga sama Minhyuk? Aish itu jayus, Seo Hee. Masa gak kenal tapi tiba-tiba deketin dan bilang suka. Gak lucu banget.
***
Siang ini Jae In bilang ada kerja kelompok kelas dan tak mungkin pulang bersamaku. Kerja kelompok sama Minhyuk-kah dia? Hahahaha pikiran burukku kini sudah tak terlalu menghinggapi lagi. aku bahkan sudah tak peduli seberapa Jae In dan Minhyuk dekat. Lagipula aku tahu dan percaya bahwa Jae In adalah sahabat yang baik jadi dia tak mungkin menyakitiku kan?
Aku memberhentikan langkahku begitu menemukan Jae in dan Minhyuk sedang berduaan dekat pintu keluar. Mataku terbelalak begitu menemukan tangan mereka saling berpegangan. Hatiku mencelos. Praduga buruk itu muncul lagi.
Aku ingin berbalik arah dan tak mau melihat mereka tapi sayangnya satu-satunya pintu keluar sekolah ya disitu dan aku terpaksa harus melewati mereka berdua.
“ Saranghae. Will you be my girlfriend?” Langkahku terhenti mendengarnya. Jadi…jae In dan Minhyuk?
***
Hatiku. Yang kurasa akan kuat seperti baja nyatanya tidak. Baja yang terkenal kuatpun ternyata bisa hancur. Kini, kondisi hatiku sama seperti baja yang tersiram hujan asam. Hancur, lebur, musnah.
***
MINHYUK’s SIDE (Minhyuk’s POV)
Gadis itu membuatku tertarik. Gadis yang tiap pulang sekolah suka keluar-masuk kelasku untuk menghampiri Jae In. sesekali mata kami bertemu tapi dia buru-buru membuang muka. Aku juga sering melihatnya duduk dipinggir lapangan basket sambil membawa buku berwarna abu-abu. Aku perkirakan itu buku hariannya. Ck, dasar wanita.
Aku tak tahu namanya. Tak tahu cara mendekatinya. Juga masih bingung apakah aku benar-benar mencintainya. Apa aku harus mendekati Jae In dan mencari tahu tentang gadis itu? Ah, tidak. Aku tahu sifat wanita, terlalu susah memegang rahasia.
Setiap latihan basket hatiku selalu berharap gadis itu akan duduk di pinggir lapangan basket. Jadi, aku bisa sesekali mencuri pandang ke arahnya. Hanya itu yang bisa ku lakukan. Sekali lagi, aku belum tahu cara yang tepat untuk mendekatinya. Termasuk hari ini.
Ku langkahkan kakiku agak cepat karena jam latihan sudah mulai sekitar 10 menit yang lalu. Aku terlambat.
Buukkk
Bodoh. Aku menabrak seseorang hingga ia terjatuh.
“ Jeoseonghamnida.” Ujarku dan berusaha membangunkannya. Ku baca name tag yang ada di seragamnya. Park Seo Hee. Ketika aku melihat wajahnya, aigoo! Jadi gadis itu…
“ Gwaenchanhayo?” Tanyaku sambil memperhatikan gadis itu. Mencoba menyadarkanku bahwa gadis di hadapanku yang ku tabrak benar-benar gadis itu. Si gadis buku abu-abu.
“ Gwaenchanda.” Jawabnya dan segera berlalu meninggalkanku.
 “ Sekali lagi, maaf untuk tadi, Park Seo Hee!” teriakku memanggil namanya. Park Seo Hee. Ya, hari ini aku mengetahui namanya. Aku melirik jam tanganku dan bodoh! Aku sudah benar-benar terlambat latihan!
***
Aku memejamkan mataku. Latihan basket memang menyita tenagaku. Tapi sebenarnya ada yang lebih menyita tenaga dan pikiranku, dia Park Seo Hee. Menggelikan sebenarnya memikirkan hal itu hahahaha tapi nyatanya memang seperti itu.
Park Seo Hee. Park Seo Hee. Park Seo Hee.
Aku mengucapkan itu berulang kali. Terlalu bergembira untuk mengetahui namanya. Park Seo Hee. Nama yang cantik sama seperti yang punya hahaha astaga Minhyuk, sejak kapan kau jadi gombal seperti ini? Semenjak bertemu Park Seo Hee~
Tapi yang kupikirkan adalah mengapa mata Park Seo Hee selalu menghindari mataku? Seperti tadi contohnya. Ia buru-buru pergi. Apakah ia tahu bahwa aku suka memperhatikannya diam-diam? Lalu ia jadi takut padaku. Seo Hee, kau memang yeoja paling beruntung di dunia karena aku, Kang Minhyuk, namja paling unyu bisa jatuh hati padamu. Dan kau Seo Hee, kau adalah yeoja paling aneh sedunia, karena bisa membuatku, Kang Minhyuk yang biasanya waras jadi tidak waras seperti ini.
Apakah cinta bisa membuat seseorang gila? Sepertinya iya. Lihat saja aku.
“ Yak, Jae In bodoh! Tugas begini saja tidak bisa. Ayo kerjakan! Kalau tidak aku tidak akan membiarkanmu pulang.” Omelku pada Jae In karena dia salah mengerjakan tugas kerja kelompok.
“ Hyaaa, Minhyuk jelek! Kau Cuma bisa meledek orang! Ini juga sedang aku kerjakan tahu!!” Omelnya tak kalah nyolot dariku.
“ Jae-ya!!” Panggil seseorang memanggil Jae In membuatku menoleh. Hwaaaa!! Yeoja itu!
Tak lama setelah Jae In selesai dengan tugasnya, ia pulang bersama Seo Hee. Sayang sekali hari ini dia terlalu sebentar di kelasku.
***
“ Jae In babo!” Panggilku dan Jae In menatapku sinis.
“ Aku mau minta tolong padamu, mau tidak?” Tanyaku.
“ Shirreo! Kau sudah memanggilku babo! Shirreo!” Tolaknya keras.
“ Mian…baiklah, Jae In yang pintar, yang cantik, neomu neomu neomu yeppeo bahkan mengalahkan Song Hye Kyo, mau tidak membantuku?” Pujiku dengan terpaksa sebenarnya.
“ Ok, Hyuk-ah. Karena aku baik, aku mau. Apa?” Aku tersenyum menerima jawabannya.
“ Kau kenal Park Seo Hee?”
“ Seo Hee? Kenal lah! Dia sahabatku. Wae?”
“ Dia yeoja yang seperti apa?”
“ Seperti apa ya? Kasih tau gak ya?”
“ Jaeeeeeee…”
“ Arra, Arra. Seo hee itu yeoja yang baik, penyabar, bijaksana. Wae?”
“ Mau gak kamu deketin aku sama dia?”
“ Shirreo!”
“ Jaeeeeee….!!!!”
“ Shirreoyo! Deketin aja sendiri.”
“ Aku gak tahu gimana caranya.”
“ Tembak aja sana.”
“ Langsung tembak gitu?”
“ Ya kan biar lo tahu perasaan dia sama lo, Minhyuk.”
“ Yatapi kan aku sama dia gak kenal?”
“ Ya apa kek. Aduuuuuhhhh…kenapa lo babo sih? Tinggal bilang aja lo udah lama nunggu dia Cuma bingung deketinnya gimana. Ah babo.”
“ Lo kok bisa tau? Gue emang udah lama nunggu dia.”
“ Ya makanya bilang. Cinta itu gak bisa Cuma didiemin. Nantinya gak kesampean. Kan kasian.”
“ Bantuin gue.”
“ Ok, pulang sekolah gue bakal bantu lo gimana ngungkapin perasaan ke cewek.”
Aku tersenyum senang. Jae In memang baik mihihihi.
***
“ Coba! Gue mau liat gimana caranya lo nyatain perasaan lo!”
Gue coba megang tangan Jae In, sebenernya ngebayangin kalo itu Seo Hee.
“ Saranghae. Would you be my girlfriend?”
***
Author’s POV
“ Saranghae. Would you be my girlfriend?”
Jae In dan Minhyuk menyadari suara langkah seseorang yang terhenti di dekat mereka. Seo Hee.
“ Seo Hee…” Panggil Jae In lirih. Menyadari bahwa sahabatnya pasti salah menyangka. Minhyuk melepaskan genggamannya pada Jae In.
“ Permisi, aku mau lewat. Maaf ganggu.” Ujar Seo Hee pergi melewati mereka berdua. Jae In mengejarnya.
“ Seo Hee…ini bukan seperti apa yang kamu kira. Ini salah sangka!!” Teriaknya tapi terlambar Seo Hee sudah berlari menuju mobilnya dan beranjak pergi meninggalkan sekolah, sahabat yang begitu dipercayainya, dan seseorang yang dicintainya.
Jae In tertunduk. Air matanya mengucur. Minhyuk hanya diam terpatung bingung harus berbuat apa.
“ Aku bodoh, Minhyuk. Seharusnya aku tak membiarkan kita ada diluar ruangan. Seo Hee akan marah padaku. persahabatanku hancur begitu saja.”
“ Maaf.” Ujar Minhyuk merasa bersalah. Bersalah kenapa dia harus meminta Jae In mengajarkannya cara menyatakan perasaan.
“ Ini bukan salahmu, Hyuk-ah. Disini tidak ada yang salah. Semuanya hanya salah sangka.”
“ Uljima, Jae. Apa sekarang kita menyusul Seo Hee saja dan menjelaskan apa yang terjadi?”
“ Jangan sekarang. Seo Hee justru akan bertambah marah pada kita. Biar aku nanti yang tanggung jawab.” Ujar Jae In pergi meninggalkan Minhyuk.
“ Gagal.” Bisik Minhyuk pada dirinya sendiri.
***
Seo Hee duduk berlutut. Wajahnya dibiarkan diterpa angin yang cukup kuat menatap hamparan padang rumput yang luas. Air matanya masih jelas mengucur deras. Aku tak mungkin pulang ke rumah dengan kondisi kacau seperti ini.
Hatinya berkecamuk. Antara percaya dan tidak. Sahabatnya dengan berani menyakitinya. Ini seperti sebuah mimpi buruk. Bahkan hati kecil Seo Hee belum percaya betul dengan kejadian tadi.
Aku mungkin bukan orang yang tepat untuk Minhyuk. Mungkin Jae In memang lebih tepat dan pantas. Aku menangis bukan karena aku melarang Jae In untuk mencintai Minhyuk atau sebaliknya. Melainkan pelampiasan rasa sesak dalam dadaku yang minta dikeluarkan. Aku sakit. Tentunya. Jadi rasanya seperti ini di-teman makan teman-kan? Sakit sekali. Tapi aku juga tidak boleh egois. Aku akan merelakan semuanya. Cintaku demi sebuah persahabatan. Aku rela sakit asal persahabatanku tetap utuh. Terlalu lucu persahabatan yang sudah kupupuk sekian lama hancur hanya seorang laki-laki. Bukankah setiap orang memiliki hak untuk mencintai orang lain? Jae in berhak mencintai Minhyuk. Minhyuk berhak mencintai Jae in. aku pun berhak mencintai Minhyuk. Hanya saja cintaku bertepuk sebelah tangan. Kosong. Tanpa suara. Tak akan bersatu. Aku harus bisa melupakan Minhyuk. Mungkin ini takdirku untuk tidak bersama Minhyuk. Aku akan melepasnya, dan suatu saat nanti akan ada laki-laki lain yang harus kupertahankan. Bukankah masih banyak laki-laki di dunia ini selain Minhyuk? Aku mencintai Minhyuk namun aku lebih mencintai sahabatku, Park Jae In.
Jae In diam menatap punggung seseorang yang bergetar karena tangisan. Ia tak menyangka Seo Hee ada di tempat ini. Ia bahkan baru ingat keduanya akan sama-sama kesini jika ada masalah. Jae In ingin segera berlari memeluk sahabatnya itu, menceritakan kisah sebenarnya bahwa semuanya hanya kesalahpahaman. Tapi, ia takut Seo Hee melepas pelukannya. Jae In hanya diam mematung. Punggungnya juga bergetar, air matanya juga mengalir, namun tangannya ia bekapkan ke mulutnya, menahan agar tak ada suara tangisan yang muncul.
Menyadari ada orang lain, Seo Hee segera mengambil tasnya dan berbalik menuju mobil. Tanpa disangka orang itu justru Jae In. mereka diam. Seo Hee mulai mendekati Jae In dan tersenyum,
“ Bagaimana? Kau terima Minhyuk? Chukkae…ku harap kalian bisa lama.” Ujar Seo Hee tenang meski air matanya masih mengalir sambil menepuk pundak sahabatnya. Jae In menggeleng.
“ Kau babo, Park Seo Hee.” Jae In tersenyum sinis.
“ Memang. Aku babo untuk menangis karenamu. Sudah kubilang setiap orang punya hak untuk suka dengan orang lain dan aku bodoh melarang hakmu untuk mencintai Minhyuk hanya karena aku.” Jawab Seo Hee. Hatinya kini benar-benar rela. Mati rasa. Sakitnya sudah menumpuk sehingga tak ada rasa sama sekali.
“ Bukan itu. Kau babo karena mengira Minhyuk mencintaiku dan aku mencintai Minhyuk.” Seo Hee mengerutkan keningnya.
“ Kau babo karena pergi duluan saat aku panggil. Kau babo tak mau mendengarkan penjelasan sahabatmu. Kau babo menjadikan sahabatmu seperti seorang paling bersalah di dunia ini. Aku bukan tipe orang yang bisa mencintai orang yang sahabatku suka. Dan namja kesayanganmu itupun tidak mencintaiku sama sekali. Oh ya sebelum cerita, aku minta izin dulu untuk menjelaskan semuanya. Boleh?” Seo Hee mengangguk. Keduanya kini duduk di hamparan rumput.
Jae In menceritakan semuanya bahwa kejadian itu dikarenakan Minhyuk mau mengungkapkan perasaannya pada Seo Hee. Masa bodoh Minhyuk akan marah karena nanti jika ia nembak ulang Seo Hee sudah tahu semuanya. Yang penting persahabatannya selamat.
“ Jadi? Minhyuk? Menyukaiku?” Tanya Seo Hee bengong mendengar penjelasan Jae In. Jae In mengangguk cepat.
“ Ya. Awalnya dia memintaku untuk bisa mendekatkan kalian sayangnya aku tidak mau. Kenapa aku tidak mau? Karena kalau begitu cowok itu gak punya usaha untuk deket sama kamu kan? Makanya dia mau langsung nembak kamu. Sayangnya saat latian kamu liat dan jadi salah sangka.”
“ Aku bodoh ya, Jae.”
“ Memang.”
“ Aku jadi harus bagaimana sekarang?”
“ Molla.”
“ Jaeeee….aku harus bagaimana?”
“ Lihat saja besok.”
***
Minhyuk menatap Seo Hee dari belakang. Lama-lama ia duduk di sebelahnya. Seo Hee menoleh meski sempat kaget.
“ Park Seo Hee.” Panggil Minhyuk. Seo Hee menoleh,
“ Maaf sudah sempat membuatmu dan Jae In salah sangka.”
“ Maaf juga sudah menabrakmu dulu.”
“ Maaf juga…. Sudah membuatmu sempat menangis.” Seo Hee mengerutkan dahinya. Minhyuk mengambil tasnya dan mengambil buku abu-abu itu.
“ Kemarin terjatuh saat kamu pergi. Oh ya, maaf sudah lancang membacanya. Memang benar, cinta yang diam-diam itu seperti candu. Sayangnya, cinta tidak bisa dibiarkan diam. Cinta harus diutarakan. kalau tidak dan tidak kesampaian akan sakit disini.” Ujar Minhyuk menunjuk dadanya.
“ Aku juga berharap sama sepertimu. Berharap ending hidupku seperti sebuah fanfiction. Fiction. Khayalan. Indah. Tapi susah dicapai karena itu khayalan. Tapi hidup itu bukan sebuah fanfiction, yang kita hanya bisa berharap dan berharap untuk ending yang bahagia. Untuk mencapai endingnya, kita yang harus menulis sendiri jalan ceritanya dan Tuhan memberi kita arah untuk bagaimana kita menentukan si jalan ceritanya.” Minhyuk diam.
“ Lalu?” Tanya Seo Hee berharap Minhyuk melanjutkan percakapan itu.
“ Lalu, aku harap akan ada sebuah fanfiction tentang kita.” Ujar Minhyuk.
“ Maksudnya?”
“ Apa kamu mau nulis bareng fanfiction tentang kita? Nanti kita saling tuker pikiran biar ending fanfiction kita bagus.” Seo Hee mengernyit berusaha mengerti apa kata-kata Minhyuk barusan.
“ Terlalu gombal lo, Hyuk! Bilang aja mau gak jadi pacar gue? Pake acara bahas fanfiction segala.” Ujar Jae In yang tiba-tiba dateng. Seo Hee tertawa kecil.
“ Jadi gimana?” Tanya Minhyuk sambil menatap Seo Hee.
“ Gimana apanya?” Seo Hee nanya balik.
“ Jawabannya.” Jawab Minhyuk.
“ Yaudah kita jadi author bareng-bareng yuk!” Jawab Seo Hee tersenyum melambangkan pernyataan cinta Minhyuk yang sebenernya dibilang aneh itu diterima. Minhyuk tersenyum.
“ Aku gimana, Seo Hee? Aku nanti ada di fanfiction kalian gak? Eh maksudnya cerita hidup kalian gak? ” Tanya Jae In.
“ Ada kok, Jae. Nanti aku jadiin kamu support cast ya hahahaha.” Tawa Seo Hee disambut tawa Minhyuk dan Jae In.
***
Aku senang ending penungguanku seperti ini.
Membahas fanfiction lagi.
Tidak, aku tak akan membuat sebuah fanfiction atau karangan lain.
Aku akan berusaha menjadi author yang baik untuk kisah hidupku sendiri.
Bersama orang-orang yang aku cintai tentunya. Orang tua, sahabat, dan namjachingu.
Namjachingu? Aku bahkan tak pernah sadar betul bahwa kini aku punya namjachingu.
Kisah yang unik menurutku.
Namjachingu yang bahkan belum terlalu aku kenal.
Namun lama-lama kami akan saling mengenal satu sama lain.
Serta berharap bisa jadi author yang baik bagi masing-masing kisah hidup kami yang berharap akan bisa menjadi sebuah cerita yang menyatu, bersatu, selamanya.
*End*
Mianhae Readers kalau kurang bagus ^^ jangan lupa RCL! Gomawo for read this story :) 

Monday, September 10, 2012

I'm in Love with Someone Who Never Know Me

Ini lucu sebenernya kalo gue cerita tentang dia. cowok itu, cowok yang gue suka sekarang, cowok yang gue pernah ceritain di post sebelumnya. cowok yang ngebuat gue rajin nongkrong deket lapangan basket --eh, kelas gue emang deket lapangan basket ding-_-
Ok, jadi sebenernya gue pengen cerita tentang keanehan perasaan gue kali ini. Dia bukan cowok pertama yang ngebuat gue dag dig dug, sebelumnya udah ada sekitar 3 orang yang ngebuat gue kaya gini. Tapi anehnya adalah cowok yang satu ini...sebut aja 'salaman' gue gak kenal dia sama sekali. Inget ya, ngobrol aja tuh gak pernah, kenalan aja tuh gak pernah, satu satunya hal yang gue pernah lakuin ke dia tuh cuma liatin diem diem. Beda banget dengan perasaan gue sebelumnya yang kalo suka sama cowok, si cowok itu harus kenal gue dulu.
Nih ya ngarepin si salaman itu cuma punya kesempatan mungkin kurang dari 25%. Kenapa? Karena satu kali lagi halangan gue adalah dia gak tau gueee, gimana kita bisa deket? gimana gue bisa ngembangin perasaan gue? Yamasa gue terus terusan suka dalam diam begini gitu.
Nih ya ngarepin si salaman itu bagaikan gue ngarepin Minhyuk. Ngarepin orang yang gak tau kita siapa, ngarepin orang yang gak kenal kita siapa. ( Sebenernya gue jauh lebih milih ngarepin Minhyuk. Yaiyalah Minhyuk kan lebih ganteng )
Tapi kenapa gue tetep bertahan? Gue tetep aja suka sama salaman walaupun sekali lagi gue tau gue bakal susah deket sama dia. Tapi....gak tau deh, liat nanti aja. Gue sendiri gak tau ujung cerita ini gimana, mengenaskan seperti yang dulu atau membahagiakan seperti fanfiction yang gue bikin. I don't know, We never know, Only Allah who Knows it.

Tuesday, September 4, 2012

My Ninth FanFiction : " I'm Stuck On My Ex "

Title : I’m Stuck on My Ex
Author : Minhyuk’s Anae
Length : Ficlet
Genre : Romance
Rating : PG-14
Casts :
-          Han Hee Ju (OCs)
-          No Min Woo (Boyfriend)
-          Bora ( Sistar )
-          Other Cast
Disclaimer : inspired by My Friend’s Story.
Note : Special Fanfiction for My Bestfriend Nurul Aulia Muthmainnah. Sorry for unperfect story and awkward plot maybe hahahaha but it special for you, Nurul :3
----------------------------------------------------------****-----------------------------------------------------
Hee Ju’s POV
Aku menginjakkan kakiku ke sekolahku yang baru. SMA? Yang benar saja! aku bahkan tak pernah menyangka mulai hari ini aku akan menjadi siswi di Inha High School. Inha High School? Ya, sekolah itu memang sekolah impianku dari dulu tapi sebenarnya ada satu alasan yang membuatku lebih bersemangat untuk bisa sekolah disini. Yaitu…
Namanya No Min Woo. Dia sunbaeku. Usianya terpaut satu tahun diatasku. Dulu kami bersekolah di smp yang sama dan kami dekat. Dekat? Hahahaha sejujurnya dia adalah mantan pacarku. Mantan pacarku yang masih aku harapkan sampai sekarang. Mantan pacarku yang selalu membuatku berharap dia akan mampir ke smpku dan berharap aku bisa bertemu dengannya tiap hari. Sekarang? Kami sudah tidak dekat lagi dan satu hal! Mungkin mulai sekarang aku bisa bertemu dengannya tiap hari hihihi.
Minwoo Oppa. Namja yang membuatku menjadi yeoja gagal move on, gagal move on? Sejujurnya tak sedikitpun aku berusaha untuk move on darinya. Aku bahkan selalu berharap kisah cintaku akan seperti drama-drama korea yang berakhir bahagia. Aku berharap dia masih mencintaiku jadi kami masih saling mencintai dan kami bisa kembali bersama.
Aku cemburu? Ya! Tapi hei, Hee Ju! kau sudah tak ada hak lagi! kau hanya seorang mantan pacarnya. Kutegaskan lagi hanya ‘Mantan’ Pacar. Dia bahkan berhak mencintai orang lain dan orang lain juga sangat berhak mencintai dia. Bahkan aku juga berhak mencintai orang lain tapi sayangnya aku belum bisa.
Dan kalian harus tahu sekarang aku punya hobi baru! Yaitu mengintip plat nomor motor orang dari pagar dekat tempat parkir hahahaha siapa yang ku intip? Tentu saja motor berwarna putih yang berhelm kuning itu. Ani, sesungguhnya aku memata-matai pemiliknya bukan motor dan helmnya.
“ Hee Ju!” Panggil seseorang, Jun Hee—temanku.
“ Oh, hai Jun Hee.”
“ Sedang apa?” Belum kujawab pertanyaannya dan…
“ Oh aku tahu kau sedang apa hahahaha.” Tawa Jun Hee. Ya, Jun Hee tau aku sedang memata-matai motor Minwoo Oppa, aniyo maksudku berharap si pemilik itu datang lalu mengajakku pulang dan…. Aish! Itu mimpi!
“ Ayo pulang, Hee Ju!” Ajak Jun Hee.
“ Chakkaman. Aku masih ingin melihatnya. Kau tahu hari ini aku belum bertemu dengannya….”
“ Ne! tapi ku rasa ayo kita menunggu disana saja.” Usul Jun Hee yang langsung ku setujui. Aku membalikkan tubuhku, dan…
“ Jeosonghamnida.” Ujar namja itu. Aku terbelalak kaget ketika mengetahui siapa namja yang kutabrak itu.
“ Aaaa, Hee Ju! Mianhae, ya. Gwaenchanhayo?” Tanya namja itu.
“ Gwae…gwaenchan..gwaenchanhayo, Op…pa.” Ujarku gugup. Aish! Mengapa aku harus gugup!
“ Hmm, yasudah kalo gak apa-apa. Aku duluan ya.” Pamit Minwoo Oppa dan bergegas menuju parkiran motornya.
Aku melihat Jun Hee yang mukanya sangat terlihat menahan tawa,
“ Wae?!!” Tanyaku keras.
“ Aniyo…hanya saja lucu melihatmu gugup.”
“ Apa kegugupanku begitu kelihatan?” Jun Hee mengangguk-angguk.
“ Sial.” Desisku.
Ah bodo deh! Yang penting hari ini aku bertemu Minwoo Oppa hihihi tapi apa yang harus kulakukan jika bertemu dia besok?
***
Aku membereskan buku-bukuku dan hari ini aku tidak pulang bersama Jun Hee. Sejujurnya aku malas pulang sendirian. Andai Minwoo Oppa datang…Andai Minwoo Oppa mengajakku pulang…Andai….aish! aku mulai berkhayal lagi.
Aku melangkahkan kakiku malas ke luar kelas.
“ Hee Ju! aku sudah menunggumu dari tadi!” Ujar suara berat yang sudah sangat ku kenal itu. Aku? Dia? Dia memanggilku? Menunggu?
“ Oppa?”
Minwoo Oppa berjalan mendekat ke arahku,
“ Kau tahu aku sudah menunggumu selama 20 menit dan ternyata kau baru keluar. Aku kira tadi kau sudah pulang…” Ujarnya cerewet. Yak! Namja babo! Baru menunggu 20 menit saja sudah cerewet sekali, belum tau saja aku menunggunya selama 2 tahun dan tak pernah mengeluh apa-apa.
“ Mianhae, Oppa. Memangnya kenapa oppa menungguku?”
Dia mengetuk-ketukkan jarinya ke helm berwarna kuning di tangannya.
“ Kita pulang bersama, eotte? Sebagai permintaan maafku kemarin sudah menabrakmu. Aku sudah membawakanmu helm, tenang saja!” aku hanya melongo mendengar perkataannya. Pulang bersama? Mimpikah ini?
“ Hei, Hee Ju! ayo cepat! Jangan melamun.” Minwoo Oppa menarik tanganku.
“ Oppa tapi jalan rumah kita berbeda…”
“ Yasudah gak apa-apa. Dulu juga seperti itu kan?” Pikiranku melayang ke 2 tahun lalu, ketika aku dan Minwoo Oppa masih bersama dia selalu mengantarku pulang. Sampai hari terakhir ia mengantarku pulang dan hari ini mimpiku menjadi nyata.
“ Hee Ju, apa kau mau makan ttokbokki dulu bersamaku?”
Lagi-lagi aku diam dan berusaha menyadarkan diriku bahwa ini sama sekali bukan mimpi.
“ Terserah oppa saja.” Jawabku.
***
Minwoo Oppa membawaku ke resto ttokbokki yang pernah kami kunjungi dulu. Hey, ini terasa seperti flashback dan membuat hatiku tak karuan. Senang bisa pergi bersamanya lagi, sedih karena pada kenyataannya tempat-tempat dan memori-memori ini selalu mengharapkanku untuk bisa kembali padanya.
“ Aku senang kau masuk sma yang sama sepertiku.” Ujar Minwoo Oppa memulai percakapan kami.
“ Aku juga senang kau mau pergi bersamaku lagi.”
Aku hanya tersenyum kecil dan bingung untuk berkata apa-apa.
“ Hmm ngomong-ngomong apa kau sudah menemukan penggantiku?” Pertanyaan ini menyogok hatiku sampai-sampai aku tersedak.
“ Ah, mianhae…” Ucap Minwoo Oppa.
Pertanyaan macam apa ini? “ menemukan pengganti”? Ku rasa pertanyaan ini merusak suasana…
“ Mianhae sudah bertanya seperti itu…” Lanjut Minwoo Oppa.
“ Oppa sendiri dengan Bora Eonnie bagaimana?” Tanyaku lantang. Meski belum ada kepastian mutlak hubungan Minwoo-Bora tapi aku memberanikan diri untuk bertanya, sebenarnya semacam kepastian untukku juga hahahaha.
“ Aku? Dengan Bora? Hei Hee Ju…kau percaya gossip itu! Hahahaha.Gotjimal.” Tawa Minwoo Oppa. Gotjimal? Jinjjayo?
“ Oppa, selain karena minta maaf, apa yang membuat oppa mengajakku pergi?” Yap pertanyaan itu yang menghinggap dari tadi di hatiku. Minwoo Oppa hanya diam.
Oppa jawab akuuu!!! Teriakku dari dalam hati.
“ Oppa?” Panggilku lagi.
“ Aah, aku hanya ingin mengajakmu pergi. Memangnya tidak boleh?”
“ Boleh kok.” Jawabku.
Suasana kembali dingin lagi. entahlah, aku benci suasana ini. Aku ingin kabur saja…eh tapi aku juga gak mau ninggalin Minwoo Oppa…
“ Hee Ju-ya.” Panggil Minwoo Oppa. Aku hanya menoleh.
“ Aku tanya sekali lagi, apa kau sudah menemukan penggantiku?” Aiiiish, pertanyaan itu lagi?!!!!!
Apa yang harus kujawab? Jujur? Dimana harga diriku nanti…Bohong? Tapi sudah terlalu lama aku menunggunya dan kurasa ini adalah satu kesempatan untuk kembali menyatakan bahwa aku memang belum bisa melupakannya. Entahlah, aku hanya bisa diam…
“ Maaf sudah bertanya seperti itu yang jelas aku belum sama sekali.” Lanjut Minwoo Oppa sambil tersenyum.
Bisa kupastikan wajahku sekarang aneh, percampuran antara melongo, senang,  terharu, sakit, atau entahlah.
“ Ku harap jika kau belum menemukan penggantiku kita bisa bersama lagi hahahaha tapi ku rasa kau sudah menemukannya ya? Siapa?”
Aku hanya menggeleng,
“ Belum oppa. Belum ada.” Ujarku pelan bahkan terkesan mendesis.
Tess.
Air mataku jatuh.hahaha membuat suasana siang ini semakin aneh.
“ Uljimayo…” Ujar Minwoo Oppa.
“ Oppa, aku hanya aneh mendengarmu bertanya seperti itu. Harusnya kau tahu selama 2 tahun ini aku selalu menunggumu, masih menunggumu, masih mengharapkanmu, harusnya kau sadar itu.” Ucapku di sela air mata bodoh ini yang terus mengalir.
“ Maaf…Maaf aku seharusnya menyadari itu…”
“ Kalau begitu…bagaimana jika kita kembali, Hee Ju?” Tanya Minwoo Oppa dengan senyumannya yang tenang itu. Aku hanya tertawa kecil dan mengangguk serta berusaha menahan air mataku untuk tidak jatuh lagi.
Aku senang bahwa hari ini, hari yang selalu ku impi-impikan bisa menjadi kenyataan. Stuck on ex. Ya, aku memang selalu terjebak pada mantanku yang satu ini. Tidak, dia bukan mantanku lagi, dia sudah kembali kini dan aku…aku sudah tidak perlu untuk menunggunya dengan harapan kosong lagi J
***




My Eighth FanFiction : Birthday Present


Title : Birthday Present
Author : Minhyuk’s Anae
Length : Oneshoot
Genre : Romance
Rating : PG-14
Casts :
-          Cho Kyuhyun
-          Kwon Yuri
-          Im Yoona
-          Choi Sooyoung
-          Other Cast
Note : This fanfiction is special for my bestie annisa nindya kirana ;) and the casts is Annisa Nindya’s Biases :) (I’m sorry Nindy, is not a perfect story but this is special for you)
-----------------------------------------------*****--------------------------------------------------------------
Yuri’s POV
Dia lewat di depanku. Namja itu. Namja yang kutunggu-tunggu sejak 2 tahun lalu. Namanya Cho Kyuhyun. Kyuhyun. Adik kelasku. Sebenarnya ia lahir di tahun yang sama denganku namun ia mungkin telat masuk sekolah atau entahlah kenapa yang pasti dia sekarang adalah adik kelasku.
Aku mengenal Kyuhyun 2 tahun lalu ketika ia masuk sekolah yang sama denganku. Aku kelas 2 smp dan dia kelas 1 smp. Cinta monyet? Yaaa bisa dibilang begitu.
*flashback on*
Cho Kyuhyun. Namja yang membuatku jatuh hati kali ini adalah seorang adik kelas. Lucu menurutku bahwa aku mencintai orang yang lebih muda dariku. Lihat saja tubuh tingginya, kacamatanya, dan ah entahlah aku sendiri susah mendeskripsikan mengapa aku jatuh hati padanya. Toh cinta tak butuh alasan kan?
“ Hyaa, Yuri kau sedang apa?” Sooyoung mengagetkanku yang sedang memperhatikan gerak-gerik Kyuhyun yang sedang bermain sepak bola. Oh ya, Sooyoung adalah sahabatku dari tk—ia adalah salah satu sahabat terbaikku dan salah satu tempatku untuk curhat.
“ Tidak. Aku sedang duduk-duduk saja. sooyoung-ah, kau kenal namja itu?” Tanyaku menunjuk Kyuhyun.
“ Ne, aku cukup mengenalnya. Waeyo?”
“ Kurasa aku menyukainya. Andai saja aku bisa dekat dengannya. Tapi, tolong Sooyoung-ah jangan pernah bilang ke siapa-siapa jika aku menyukainya.”
“ Hahaha arraseo (baiklah), Yuri. Kau tenang saja.”
***
Beberapa hari kemudian,
Aku sedang duduk-duduk di dekat kelas seperti biasanya dan muncullah Kyuhyun. Hahaha, aku sendiri tak menyangka Kyuhyun akan lewat koridor ini. Ku lihat Kyuhyun tersenyum ke arahku jadi aku balas senyumannya. Tapi, kok?
Aku menoleh ke belakang tepatnya pada Sooyoung dan ternyata Aigoo! Senyuman itu bukan untukku melainkan untuk Sooyoung.
Seketika hatiku memanas.
Yuri-ah, berpikirlah positive, mungkin Sooyoung sedang berusaha mendekatkanmu pada Kyuhyun
Tapi tidak. Pikiranku salah ketika,
“ Yuri! Hari ini kau ada acara tidak?”
“ Tidak Sooyoung, wae?”
“ Bisa kau datang ke tempat pizza yang biasa kita datangi sepulang sekolah?”
“ Hmm bisa saja, kenapa memang?”
“ Aku akan mentraktirmu. Aniyo, bukan aku tapi aku dan Kyuhyun. Aku dan Kyuhyun akan memberimu pajak jadian. Kami berpacaran!!!” Ujar Sooyoung bersemangat. Aku mengerutkan dahi,
“ berpacaran?”
“ ne!!” Jawab Sooyoung. “ kau bisa datang kan?”
“ mungkin.” Sooyoung pun pergi.
Hatiku seakan teriris dalam. Sakit, perih, serasa ada monster yang mencabik-cabik hatiku. Sooyoung melupakan perkataanku yang bilang bahwa aku menyukai Kyuhyun dan dengan percaya dirinya dia malah mengajakku makan bersama dia dan Kyu. Astaga! Teman makan teman-kah ini namanya?
“ Noona, kenapa pizzanya gak dimakan? Apakah aku memesan pizza yang tidak kau suka?” Tanya Kyuhyun padaku.
Kyuhyun babo! Bagaimana aku bisa makan jika suasananya seperti ini. Kyuhyun dan Sooyoung saling berpegangan tangan dan arrrgh aku mau muntah saja.
“ Aniyo, Kyuhyunnie, aku hanya sedang tidak nafsu makan.”
“ Ayolah, Yuri! Makan…” Ujar Sooyoung.
Aku bersumpah bahwa aku tak akan pernah mau untuk bercerita apa-apa lagi pada Sooyoung. Dengan amat sangat terpaksa ku makan pizza itu dengan nafsu makan yang sangat amat sedikit.
Semenjak kejadian itu, hubunganku dengan Sooyoung tak sedekat dulu. Entah tak tahu atau pura-pura tak tahu, Sooyoung selalu menceritakan perkembangan hidupnya bersama Kyuhyun dan aku sudah muak mendengarnya.
*flashback off*
Meski kini Sooyoung-Kyuhyun sudah tak berpacaran lagi tapi hubunganku dan Sooyoung tetap renggang. Walau kami masih saling tegur sapa tapi intensitasnya sangat terbatas. Dan aku masih stuck kepada Kyuhyun.
Kini, aku sedang dekat dengan Yoona. Dia adalah teman curhatku yang sekarang. Kuharap ia tak akan pernah men-teman makan teman-kanku lagi seperti Sooyoung.
***
Yoona’s POV
Besok adalah ulang tahun Yuri dan bodohnya aku belum membelikannya kado. Yuri? Yaa dia adalah sahabatku.
“ Hei, Yeonnie! Kau ingat besok ada apa?”
“ Ada apa memangnya Yong?”
“ Jiyeonnie, besok adalah ulang tahun Yuri.”
“ Aigo? Jeongmalhaeyo? Aaa kita bahkan belum membelikannya kado dan kejutan. Eotteohkae?”
Aku berpikir sejenak dan….
“ Ha! Aku punya rencana!”
Kyuhyun bisa menjadi kejutan untuk Yuri hahaha
***
Hari ini adalah ulang tahun Yuri sekaligus ada kegiatan pentas seni di sekolah jadi otomatis sekolah bebas. Pagi-pagi aku datang ke sekolah,
“ Yoona, eotte? Apa kejutannya?”
“ Jiyeon, kau kenal Kyuhyun kan? Bisa bantu aku sebentar? Dan Taylor tolong kau ikut aku ke toko untuk membeli kado untuk Yoona.”
“ Bantu apa, Yong?”
“ Kalian berdua tahu kan kalau Yuri sangat menyukai Kyu. Jadi aku minta tolong untukmu, Yeonnie bantu aku untuk meminta bantuan Kyuhyun untuk membantu rencana kita.”
“ Hmm…baiklah.”
Aku, Jiyeon, dan Taylor berputar mencari Kyuhyun dan taada! Ketemu!
“ Kyu!” Panggil Jiyeon.
“ Ne, noona. Waeyo?”
“ Bisakah kau membantu kami?” Tanyaku.
“ Bantu apa?”
“ Kau tahu Yuri kan? Kwon Yuri. Kakaknya Kwon Jiho ( Kwon Jiho dan Kyuhyun bersahabat ). Hari ini dia berulang tahun, nah bisa bantu kami menyiapkan kejutannya?” Ujarku.
“ Kejutan? Kejutan seperti apa Yoona noona?”
“ Jadi nanti kita akan beli kado lalu kau harus memberi kadonya kepada Yuri. Mengerti?”
“ Kenapa harus aku?” Tanya Kyuhyun. Astaga!! Apa yang harus kubilang?
“ Yong, gimana nih?” Bisik Jiyeon. “ Sebentar.” Bisikku pada Jiyeon.
“ Jadi gini hmm Yuri itu…ngefans sama kamu, Kyu....” Maaf, Yuri…
“ Diem, Kyu! Jangan terlalu ge-er!” Ujar Jiyeon.
“ Jadi kita minta bantuan kamu, Kyu…jebal (mohon)…kau mau kan?”
“ Ayolah, Kyu! Jeballlll.” Pinta Jiyeon.
“ Gimana ya? Hmm….baiklah.” Ujar Kyuhyun yang otomatis membuatku senang.
“ Mana kadonya noona?” Tanya Kyuhyun.
“ Ini baru mau beli Kyuuu.” Ujarku.
“ Oh yasudah, kalau mau bantuanku, noona datang saja ke kelas ya.” Kyuhyun pergi.
“ Aku harus gimana lagi, Yong?” Tanya Jiyeon.
“ Kamu diam di sekolah ya Yeonnie, tolong jaga Yuri dulu jangan sampe dia kemana-mana. Kalau dia tanya aku kemana, jawab saja aku belum datang.”
“ Ok, Yong.” Jawab Jiyeon.
“ Taylor, ayo kita beli kado!”
***
Aku memilih beberapa benda bermotif hello kitty untuk Yuri. Kenapa? Karena Yuri sangat menyukai hello kitty.
Lalu aku dan Taylor kembali ke sekolah dan…
***
Author’s POV
“ Yoona kemana, Yeonnie?” Tanya Yuri.
“ Dia…dia belum datang!”
Yuri melirik jam tangannya,
“ Jam 9? Dan dia belum datang? Tak biasanya dia datang telat.” Ujar Yuri.
***
“ Kyuuuu!!! Ppali (cepat) ! Ppaliwaaa!” Teriak Yoona.
Semuanya sudah beres. Jiyeon sudah membawa Yuri keluar sekolah dan sekarang Kyuhyun berjalan membawa bingkisan kado berwarna pink disusul dengan Yoona dan Taylor.
***
Yuri’s POV
“ Yuri, kau mau temani aku jajan di luar?” Tanya Jiyeon.
“ Kenapa gak beli di bazaar aja?”
“ Aku pengennya diluaaar….” Paksa Jiyeon.
Tunggu kenapa perasaanku gak enak ya?
Setelah berada di halaman luar sekolah, muncullah namja itu. Loh kenapa dia berjalan di arahku?
“ Noona! Saengil chukkaehamnida!” Ujarnya dan memberiku bingkisan kado. Aku diam. Speechless. Apa apaan ini?
Belum lama setelah itu muncul Yoona dan Taylor,
“ Saengil Chukkaeyo, Yuriiiiiii!!!!! Surprise!!!”
Aku masih belum mengerti. Ini apa?
“ Ini surprise untukmu, Yuri. Lihatlah, Kyu memberimu kado.” Bisik Jiyeon.
“ Gomawo ya, Kyu.” Ujarku,
“ Ne, noona.” Kyuhyun pergi.
***
Aneh. Aneh sebenarnya. Ini itu apa? Kyu memberiku kado? Bagaimana jika Sooyoung melihatnya? Meski mereka sudah putus ku tahu dia masih mengharapkan Kyu.
Aku membuka kadonya dan hello kitty semua. Darimana Kyu tahu aku suka hello kitty?
 dan membaca notenya,
Saengil chukkae uri Yuri! ( Selamat ulang tahun, Yuri-ku!), We wishing you all the best! Always success and be better than before!
Yoona, Jiyeon, and Taylor. Maybe with Kyuhyun
Aku terbelalak membaca tulisan akhirnya. Astaga! Aku baru sadar itu tulisan Yoona! Aish anak itu!
“ Yong!” Teriakku.
“ Wae?”
“ Jadi ini kado bukan dari Kyu?”
“ Bukan.”
“ Lalu tadi?”
“ Kita yang beli tapi Kyu yang kasih.” Ujar Yoona santai.
Astaga! Yoonaaaaa! Aku tahu dia itu otak evil, tapi gak sebegininya juga.
“ Kenapa Kyuhyun bisa ngasih? Kau bilang apa ke dia?”
“ Tanya aja sama Kyu-nya sana.”
“ Yoooongggg!”
“ Apasiiih?!”
“ Kyuhyun? Kok bisa?”
“ Bisalah. Siapa dulu Yoona yang ngajak.”
Aish aku penasaran.
*
Sepulang sekolah,
“ Kyu, bisa bicara sebentar?” Ujarku menghampiri Kyuhyun.
“ Ne, noona. Ada apa?”
“ Yoona bilang apa padamu tadi pagi?”
“ Yong Noona menyuruhku untuk memberimu kado.”
“ Lalu? Apa yang dia bilang lagi? kok kamu mau?”
“ Yong Noona bilang….”
Perasaanku gak enak. Awas kau Yoona kalau kenapa-kenapa, mati kau!
“ Yong Noona bilang kalau Yuri Noona ngefans denganku….”
Astaga! Yoonaaaaaa!
“ Aish, mianhae Kyu. Dia berbohong. Jangan percaya.” Ujarku malu. Yaiyalah siapa yang tidak malu coba!
“ Gak apa-apa, Noona. Kalaupun Yong Noona jujur, aku juga gak apa-apa. Santai aja.” Ujar Kyu.
“ Beneran deh dia itu bohong.”
“ Hahaha kalau bener juga gak apa-apa Noona. Bahkan aku senang.”
“….” Aku diam.
“ Noona.” Panggil Kyuhyun.
“ Wae?”
“ Memang noona serius ngefans sama aku?”
“ Enggak! Sudah ku bilang itu bohong!”
“ Yah, padahal ku harap itu nyata, Noona.”
“ Maksudmu?”
“ Noona, saranghae.”
“ MWOOO?”
“ Ne, Yuri Noona, saranghaeyo.” Ujar Kyuhyun santai.
“ Apakah noona mencintaiku juga?”
Astaga, hari ini ada apa sih?!
“ Noona! Jawab aku!!”
“ Ne, Kyu! Nado Saranghaeyo! ( Aku juga mencintaimu!)” Astaga! Aku keceplosan-___-
“ Aaaaa Noona. Apakah sekarang kita pacaran?” Tanya Kyuhyun.
“ Nan molla (Aku tak tahu).”
“ Noona, ayo pacaran saja!”
“ Mwo?”
“ Ayolah noona.”
“ Arraseo, Kyu. Kita pacaran sekarang.”
***
Pada akhirnya, cintaku kepada Kyuhyun terbalas juga.
Ps : Terima kasih Tuhan, hari ini adalah hari ulang tahunku yang paling indah. Kyuhyun, Yoona, Jiyeon, Taylor, dan kadonya. Terima kasih Yoona, karena atas kejahilan dan ke-evilan-mu itu aku bisa jadian dengan Kyu. Dan Kyu, terima kasih kau telah membalas cintaku.
Intinya, aku memiliki 2 sahabat dengan kepribadian aneh. 1, dia men-teman makan teman-kan ku dan 2, dia sangat jahil. Tapi untuk Yoona, kejahilannya berhasil membuat cintaku tak bertepuk sebelah tangan lagi.
***