Sunday, March 24, 2013

Pesan Waktu Itu

Hari itu tiba-tiba ponselku bergetar--yang membuat hatiku juga ikut bergetar; dan membuat sebuah ulasan senyuman tercetak jelas di bibirku. Sedikit kurang percaya bahwa pengirimnya adalah laki-laki yang ku tunggu sudah lama. Aku mulai membuka pesannya dan terlibat sedikit perbincangan dengannya.

Akhirnya, setelah 9 bulan lamanya dia mengirimku pesan lagi. Aku masih ingat pesan terakhirnya adalah ketika dia berpamitan akan pergi dari Cirebon dan berjanji tak akan melupakanku--aku juga berjanji tidak akan melupakannya; dan kini namanya tertera lagi di ponselku. Untuk pertama kalinya, setelah 9 bulan yang lalu.

Kami mengalami perbincangan yang cukup sederhana. Menanyakan kabar dan sekolah masing-masing sampai akhirnya membuatku cukup kehilangan kata untuk membalas pesannya itu. Sebenarnya banyak pertanyaan di benakku seperti, "Bagaimana sekolah disana?" "Apa kau merindukan Cirebon?" "Apa kau merindukanku?" "Apa kau punya kekasih yang baru sekarang?" dan "Apa kau mencintaiku?"  Hahaha lucu memang tapi benakku bertanya seperti itu. Tidak, aku tidak benar-benar bertanya padanya. Itu lebih dinamakan interogasi kecil-kecilan dibandingkan sekedar bertanya. Well, sejujurnya aku tidak cukup berani.

Kemudian perbincangan kami terhenti dengan keadaan aku tidak membalas pesannya lagi. Aku bingung harus bicara apa. Lalu aku menatap layar ponselku dalam, berharap itu bergetar lagi dan menunjukkan nama pengirimnya adalah dia.

Oh, manusia memang tidak pernah puas dan aku memang tidak pernah puas akan perbincangan yang pernah kami alami meski akhirnya aku selalu mengalah dan memutus perbincangan itu dengan satu alasan aku kehilangan kata-kata.

Setidaknya, terima kasih hari itu sudah mengirimku sebuah pesan. Sudah cukup untuk menguapkan seluruh rasa rinduku yang ku pendam akhir-akhir ini. Meski kini rasa rindu itu mulai menyeruak paksa untuk masuk ke dalam hatiku lagi. Tapi, terima kasih. Terima kasih untuk masih mengingatku sebagai temanmu. Setidaknya, aku masih punya status denganmu walau sebatas teman. Setidaknya, sedari awal memang hanya aku yang punya rasa berlebihan di pertemanan kita. Setidaknya, kapan kita bertemu lagi?

Aku akhiri surat kecilku hari ini. Sekali lagi, terima kasih untuk sudah menghubungiku. Meski pesan sederhana tapi punya efek luar biasa--kau seharusnya tahu bahwa aku selalu menganggapmu luar biasa dari kesederhanaanmu; Kapan-kapan hubungi aku lagi. Kapan-kapan kita bertemu lagi. Terima kasih. Aku mencintaimu.

0 comments:

Post a Comment