Wednesday, March 13, 2013

Kopi

Aku dapat menyimpulkan bahwa cinta dan kopi memiliki persamaan yang cukup signifikan.

Aku mencintaimu sama seperti aku mencintai kopi. Dimana aku terhanyut dalam harum kopi yang menenangkan dan alunan harapan cintamu yang membuatku tenang. Dimana akhirnya aku selalu menyesap secangkir kopi setiap harinya, sama dengan aku selalu mencintaimu setiap harinya. Tiada hari tanpa kopi di hidupku dan tiada hari tanpa mencintaimu di hidupku.
Cappucinno. Secangkir cappucinno mengubah hidupku. Rasa manisnya menggila dan membuatku lupa bahwa tetap ada rasa pahit dalam secangkir cappucinno. Sama seperti mencintaimu. Aku lupa bahwa cinta tidak selamanya indah. Cinta selalu punya rintangan. Dan kini aku mulai menyesap rasa pahitnya.
Kopi memiliki caffeine yang membuat candu pada setiap penikmatnya. Dan cintamu sudah menjadi candu dalam kehidupanku. Sekali lagi, aku tak bisa hidup tanpa kopi. Dan aku tak bisa hidup tanpamu. Setidaknya, aku memang sudah menjadi pecandumu. 
Kemudian aku sadar, dalam kehangatan cappucinno aku lupa bahwa kopi punya banyak jenis lain. Aku mulai teringat dengan pahitnya espresso. Sayangnya aku tak suka. Aku lebih menyukai cappucinno. Tapi sepertinya espresso mulai memaksaku untuk mulai menikmatinya. Sama seperti ketika aku sedang terhanyut oleh kehangatan yang kau beri tiba-tiba kau hempaskan aku ke rasa pahit yang melebihi semua jenis espresso yang pernah ku cicipi. Setidaknya, semua kopi tidak semuanya manis dan semua cinta tidak semuanya bahagia.
Kopi membuatku kehilangan rasa kantukku. Membuat mataku terbuka sepanjang malam. Sama sepeti dimana aku selalu mengingatmu sepanjang malam yang membuat rasa kantukku lenyap entah kemana.
Kemudian orang di sekelilingku mulai menasehati bahwa kopi tidak baik untukku. Kopi perlahan merusak lambung serta jantungku. Membuat debaran jantungku seakan berdetak kencang di atas normal. Kopi perlahan merusak tubuhku. Sama seperti cintamu yang perlahan merusak kejiwaanku. Tapi aku tetap dalam suatu pendirian dimana aku tetap menyukai kopi walaupun itu merusak. dan aku tetap menyukaimu walaupun itu menusuk relung hatiku. 
Sesungguhnya kopi membahayakan jiwaku. Aku tahu itu. Kecanduan kopi berbahaya sama seperti aku kecanduan akan cintamu. Akan rasa cintaku kepadamu.
Sejujurnya, aku tetap mencintai kopi. Aku tetap bertahan dengan caffeine yang sudah mulai masuk dalam tubuhku, meracuniku. Sama seperti aku bertahan pada cintamu yang mulai menusuk jantungku, membuat jantungku sakit di atas batas normal. Tapi bodohnya, aku masih akan tetap bertahan.
Mungkin jika aku meninggal nanti. Aku baru sadar akan bahaya kopi mencintaimu. 

Sekiranya, kini aku mulai menyukai Espresso. Aku mulai meninggalkan Cappucinno. Karena sekarang cintaku kepadamu bukan layaknya cappucinno lagi. Kisahku dan kisahmu sama seperti secangkir espresso. Rasanya pahit. Aku tidak suka. Tapi perlahan aku mulai bertahan di atas kepahitannya.

0 comments:

Post a Comment