Wednesday, May 29, 2013

Fatamorgana

Aku berjalan di ruang yang sepi tanpa henti. Aku sendiri disini, tanpa tahu arah berjalan tanpa henti. Kemudian dari kejauhan tampak sosok yang begitu sangat ku kenal. Aku melihatmu. Berdiri disana dengan tegas memandangku sembari tersenyum. Dengan tulus hati, ku balas senyumanmu. Kau lambaikan jemarimu memintaku untuk mendekat. Tentu saja, dengan senang hati, aku mendekat.
Kemudian kedua alisku mengerut tidak mengerti. Mengapa sosokmu semakin menjauh? Kau terus memintaku mendekat, tapi disaat aku mencoba mendekat mengapa kau mengambil langkah ke depan untuk jarak yang lebih jauh? Aku terus mencoba dan tak mengerti. Ku kira akhirnya kau akan berhenti dan membiarkanku berjalan mendekatimu.
Lama-lama kakiku lelah juga. Kau terus seperti itu. Melambai, meminta, dan menjauh.
Namanya fatamorgana.
Aku tersadar bahwa sosokmu yang ada di jauh sana hanya fatamorganaku. Sama seperti genangan air pada gurun pasir yang panasnya lekat. Terlihat nyata padahal hanya sebuah fiksi;tidak nyata. Akhirnya aku berhenti. Masih memandangmu lekat kemudian aku berkedip dan kau menghilang begitu saja dari pandanganku.
Aku berbalik menatap tapakan jalan yang telah ku lewati sebelumnya. Aku pulang lagi menyusuri jalan itu dan tidak mau meneruskan lagi perjalanan anehku. Namun suaramu membuat nyaliku ciut lagi. Suara nyaringmu terus memanggil namaku. Aku sempat berpikiran untuk kembali mengejarmu namun tidak. Kau hanya sebuah fatamorgana.
Aku kemudian terus melanjutkan langkahku pulang sebelum pikiranku berubah dan semakin gila mengejar bayangan fatamorganamu yang tidak pernah jadi nyata.

0 comments:

Post a Comment