Saturday, August 17, 2013

[Fanfiction] Honest or Prestige

Title : Honest or Prestige
Author : Minhyuk’s Anae
Length : Oneshoot
Rating : Teenager
Genre : Romance
Cast :
-          Jung Soo Jung (Krystal)
-          Kang Min Hyuk
-          Lee Taemin
-          Jung Yong Hwa
-          Other Cast
Disclaimer : Author’s pure imagination
Note : Thanks if you read this, I’m so glad if you want to fill the comment or click the ‘like’ botton. Re-post : aninjustanin.blogspot.com
-***-
Soo Jung’s POV
Suasana sejuk dan gemericik rintik air hujan membuatku enggan untuk membuka mata. Semakin ku tarik selimut tebalku dan terhanyut lagi dalam buaian tidurku yang seperti candu ini. Namun ponselku tiba-tiba berdering dan siapa pula yang berani mengganggu tidurku ini?
Yeoboseyo.” Ucapku dengan nyawa yang sama sekali belum terkumpul.
“ Nyonya Jung, sekarang sudah pukul berapa? Kau seharusnya sudah datang ke sekolah 15 menit yang lalu dan…”
“ Astaga! Maafkan aku, seonsaengnim, aku lupa kalau aku harus tiba ke sekolah hari ini. 30 menit lagi aku akan datang. Joeseonghaeyo.” Ucapku memutus sambungan telepon dari Han Seonsaengnim—pembina organisasi siswa di sekolahku dan aku langsung berlari menuju kamar mandi.
Ratusan siswa baru sudah berdiri di hadapanku dan rasanya kepalaku masih pusing akibat kehujanan sepanjang perjalanan ke sekolah tadi. Lagipula siapa sih yang berani-beraninya mengadakan acara orientasi pada saat liburan dan juga pada saat musim penghujan datang?
Eonnie, boleh aku meminta tanda tanganmu?” Ujar seorang gadis menghampiriku dengan secarik kertas dan menyuruhku untuk memberinya tanda tangan. Ya, ini adalah salah satu acara rutin sekolahku saat orientasi siswa, meminta tanda tangan ke seluruh pengurus organisasi siswa.
“ Boleh, tapi kau harus menebak namaku dulu.” Jawabku dengan nada sok galak karena memang Han Seonsaengnim menyuruhku untuk lebih tegas dari biasanya.
“ Jung So Jung Eonnie.” Kini seorang gadis lainnya menghampiriku, argh jangan bilang kalau dia akan memberi tahu namaku ke temannya yang tadi itu.
Ne?” Tanyaku.
“ Ini cokelat untukmu.” Ujarnya memberi sepotong cokelat.
“ Kau kelihatan sibuk sekali ya?”
Sunbae!” Ujarku refleks memeluk laki-laki yang bertubuh cukup tinggi itu dan…
“ Hei, kau harus memberi tanda tangan ke mereka dulu.” Ujarnya menunjuk dua gadis yang membawa secarik kertas pada genggaman mereka.
Gamsahamnida, Eonnie.” Ujar kedua gadis itu setelah aku baru saja memberi mereka tanda tanganku.
Sunbae, kenapa tidak bilang mau ke sini? Dan terima kasih cokelatnya.” Ujarku duduk di depan aula.
“ Aku tadi ingin memberikan beberapa berkas raport yang harus diurus untuk kuliahku, Jungie. Lalu aku ingat bahwa kau ada di sini jadi aku membeli cokelat dan kemari.” Jawabnya manis.
Dia Lee Taemin. Sunbae-ku yang terpaut 2 tahun lebih tua dariku dan kini dia sedang mengurus pendidikannya ke bangku universitas. Kami cukup dekat semenjak masa orientasiku dulu dan berhubung aku kurang suka memanggil orang dengan sebutan Oppa maka aku memanggilnya Sunbae.
By the way…sebenarnya aku sedang diet tapi berhubung yang memberiku cokelat adalah Sunbae maka aku akan tetap memakannya.”
“ Hei, kau kan sudah kurus, Jungie. Nanti kalau tambah kurus siapa yang mau suka coba?”
“ Kalau aku gemuk memangnya menjamin ada yang suka juga sama aku? Lagipula jodoh kan harusnya menerima apa adanya.”
“ Hei, anak kecil jangan bicara jodoh-jodohan ah hahahaha.” Kekeh Taemin Sunbae.
“ Aku pergi dulu, ne? Kau pergi makan siang, ya? Awas saja kalau tidak makan.” Ujar Taemin Sunbae kemudian pergi.
-***-
Ini cokelat ke-sepuluh yang dia berikan padaku. Tak satupun aku memakannya. Bukan karena aku tidak suka cokelat hanya saja aku ingin menyimpan segala sesuatu yang pernah ia beri padaku. Sebentar lagi dia akan pergi kuliah di Seoul dan untuk waktu yang tidak singkat dia akan pergi dari Busan. Aku hanya tidak ingin mengisi waktu senggangku tanpanya tanpa ada hal yang berarti. Setidaknya cokelat-cokelat ini akan menjadi salah satu pengobat rinduku saat rindu datang nanti. Jadi aku tidak terlalu kesepian jika sewaktu-waktu dia tidak mengabariku.
Layar ponselku menyala dan deringnya bergetar menunjukkan satu pesan singkat masuk. Aku yang awalnya bersemangat untuk membukanya kemudian langsung menaruh kembali ponsel itu ke posisi awal begitu ku lihat pengirimnya bukanlah orang yang ku tunggu-tunggu. Ini sudah hari kelima semenjak pertemuan di sekolah itu Taemin Sunbae tidak menghubungiku. Ku pikir dia sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan diri untuk masuk kuliah jadi dia tidak sempat menghubungiku.
Ponselku berdering lagi dengan pengirim yang sama dengan pesan sebelumnya.
From : Kang Min Hyuk
Soo Jung, apa kau sudah menyelesaikan tugas biologi-mu?
Dua pesan yang tertulis sama itu tak ku hiraukan. Aku hanya malas dengan pertanyaan seperti itu karena biasanya ujung-ujungnya mereka pasti berkata bolehkah aku melihatnya?
Lagi-lagi ponselku berdering dan kali ini bukan pesan yang masuk melainkan sebuah panggilan masuk. Astaga, bisakah Minhyuk tidak menggangguku?
Yeoboseyo, Soo Jung apa kau sudah membaca pesanku?”
Ne. Wae?”
“ Kenapa tidak membalasnya?”
“ Pentingkah? Jika aku sudah apa kau akan melihat tugasku dan menyalinnya?”
“ Bukan. Bukan itu maksudku. Kau sedang di mana?” Tanya Minhyuk dengan nafas yang terdengar sedikit terengah.
“ Ada urusan apa kau menanyakan aku sedang di mana?”
“ Cepat katakan kau di mana Jung-ah.”
“ Di rumah. Wae?”
“ Kalau begitu cepat kembali ke sekolah. Aku baru dapat kabar kalau tugas biologi harus dikumpulkan hari ini paling lambat jam 4 sore.”
MWO??!!! Jam 4 sore?” Aku melirik ke arah jam dan bodoh ini sudah pukul setengah 4.
-***-
“ Hei, Kang Min Hyuk! Kenapa kau tidak bilang dari tadi kalau tugas biologi harus dikumpulkan sore ini.” Ujarku sambil meneguk sebotol jus jeruk yang diberikan Kang Min Hyuk tadi saat aku terengah begitu sampai di sekolah. Untung aku datang dua menit sebelum jam 4 jadi aku bisa mengumpulkan tugas itu.
“ Aku kan sudah mengirimkanmu pesan dari jam 2 kenapa tidak dibalas?”
“ Aku kira kau ingin melihat pekerjaanku.”
“ Kau kira aku adalah orang yang dengan mudah menyontek pekerjaan orang lain, Hah?” Ujar Minhyuk ketus.
“ Maaf kalau seperti itu.” Jawabku dengan agak sedikit merasa bersalah padanya.
Minhyuk beranjak pergi,
“ Kau mau ke mana?” Tanyaku.
“ Apa urusanmu menanyakan aku ingin pergi ke mana?” Jawab Minhyuk dengan ketus dan terus berjalan menjauh.
“ Minhyuk-ssi!” Dia menoleh,
“ Maafkan aku dan terima kasih jus jeruknya!” Ujarku sedikit mengencangkan suaraku agar terdengar olehnya yang sudah berada cukup jauh dari tempatku duduk.
“ Lupakan saja.” Jawabnya sambil berlalu.
Untuk pertama kalinya aku melihat Minhyuk marah dan ketus pada seseorang. Selama ini yang ku tahu adalah dia begitu manis dan sopan juga penyabar. Maafkan aku, Minhyuk. Aku jadi merasa bersalah.
-***-
Sebulan sudah tak ku dapati kabar dari Taemin Sunbae. Apa dia melupakanku?
“ Kau bodoh, Soo Jung-ah. Kau ini bukan siapa-siapanya Taemin Oppa, kenapa kau berharap kau akan selalu dia hubungi? Lagipula kau dan dia hanya sebatas kakak-adik bukan pasangan kekasih.” Ujar Min Ah.
“ Tapi Min Ah, kami kan dekat sudah lama. Dia sudah memberi aku tanda-tanda bahwa dia membalas perasaanku.”
“ Kapan? Dan apa? Cokelat? Kau pikir hanya kau yang dia beri cokelat? Aku juga pernah diberi dia cokelat. Atau kedekatan? Kau pikir hanya kau satu-satunya perempuan yang dekat dengannya? Soo Jung-ah, aku berkata seperti ini hanya karena aku tak mau kau sakit. Kau sudah beberapa kali menangis karenanya. Sudahi saja, Soo Jung-ah. Aku tidak ingin kau sakit hati terlebih dia memutus kontak denganmu.”
Perkataan Min Ah terngiang di benakku. Setahun ku pendam dan hasilnya hanya seperti ini? Melepas pergi dengan ikhlas tanpa kejelasan apapun?
“ Lagipula kenapa tidak kau saja yang menghubunginya terlebih dahulu?”
“ Aku tidak mau, Min Ah-ya. Selama ini aku selalu menunggu ia menghubungiku dulu, kau tahu aku berpegang teguh pada harga diriku.”
Minhyuk lewat di hadapanku. Semenjak kejadian itu, aku tidak pernah bertegur sapa dengannya. Dia juga sepertinya masih marah denganku.
“ Kang Minhyuk-ssi!” Dia menoleh, ekspresi wajahnya langsung berubah seketika saat tahu aku yang memanggilnya.
“ Aku ingin meminta maaf atas kejadian waktu itu. Aku menyesal sudah membuatmu tersinggung padahal kau bermaksud baik padaku. Joeseonghamnida.”
“ Kau masih memikirkan hal itu? Lupakan saja Soo Jung-ssi. Aku sudah tidak memikirkannya.”
“ Apa kau sudah memaafkanku?”
“ Apa ada hal yang perlu dimaafkan?”
“ Kalau begitu, pulang sekolah aku akan mentraktirmu di kedai kimchi jjiggae kesukaanku.”
“ Kimchi Jjiggae?” Ujar Minhyuk bersemangat.
“ Terima kasih, Soo Jung-ssi. Kimchi jjiggaenya sangat enak!” Ucap Minhyuk yang masih terus melahap semangkuk besar kimchi jjigae.
“ Kau harus tahu kalau ini adalah makanan kesukaanku.” Tambah Minhyuk sambil menaruh bubuk cabai tambahan di mangkuknya.
“ Syukurlah jika seperti itu. Berarti aku tidak salah mentraktir. Hei, kenapa banyak sekali cabai yang kau taruh di situ? Kau bisa sakit perut, Minhyuk-ah.” Tanyaku kaget begitu melihat betapa merahnya mangkuk berisi sup kimchi milik Minhyuk itu.
“ Tenang saja, aku penyuka pedas jadi tidak sakit perut.”
“ Tapi tetap saja tidak boleh.”
“ Kau galak sekali, Soo Jung. Dan hei aku baru sadar bahwa kau memanggilku Minhyuk-ah untuk pertama kalinya setelah setahun kita mengenal.”
Mianhae.”
“ Kenapa harus meminta maaf? Aku senang kau panggil seperti itu, jadi kita tidak terlalu formal dan apa sekarang kita sudah mulai akrab?” Ujar Minhyuk disambut kekehan kecilnya yang bersahabat.
Untuk pertama kalinya aku sadar bahwa Minhyuk adalah sosok yang menyenangkan. Sepulang dari kedai kimchi, Minhyuk mengantarku pulang.
“ Kenapa kau naik sepeda disaat yang lain naik mobil?” Tanyaku.
“ Sepeda itu lebih hemat polusi dan lebih hemat uang hahaha. Lagipula naik sepeda itu menyenangkan.” Jawabnya yang masih terus mengayuh sepedanya kuat.
“ Apa tidak lelah? Apa kau bisa mengendarai motor atau mobil?”
“ Tidak. Bisa dong, kapan-kapan aku akan membawa mobil dan mengajakmu jalan-jalan hahaha. Bagaimana?”
“ Ide yang bagus.” Jawabku senang.
“ Kau pergi denganku seperti ini, apa pacarmu tidak marah?” Tanya Minhyuk dengan nada hati-hati.
“ Pacar? Aku tidak punya pacar.” Jawabku terkekeh.
“ Loh, kau sudah putus dengan Lee Taemin?”
“ Dia bukan pacarku.” Jawabku sedikit kecewa. Guratan luka masuk lagi mengingat aku begitu merindukan nama yang tadi Minhyuk sebut itu.
“ Kenapa kau berpikir dia pacarku?”
“ Kalian dekat dan kau terlihat begitu bahagia jika bersamanya.” Jawabnya.
“ Begitukah? Kami hanya berteman.”
“ Apa kau menaruh rasa padanya?” Tanya Minhyuk.
“ Kita sudah sampai di rumahku. Mau mampir?” Tanyaku memutus pertanyaannya.
“ Tidak, terima kasih.”
“ Kalau begitu sampai jumpa! Lain kali kau harus mentraktirku makanan yang lebih enak.”
“ Sama-sama, bye!” Minhyuk memutar balik sepedanya dan melambaikan tangannya padaku.
Apakah orang-orang dapat dengan mudah melihat bahwa aku menyukai Taemin Sunbae? Kalau begitu apa Taemin Sunbae tahu bahwa aku menyukainya?
-***-
Minhyuk’s POV
Alunan suara merdu memenuhi ruangan musik saat aku ingin masuk ke sana. Langkahku terhenti di pintu menyadari bahwa sang pemilik suara merdu adalah gadis yang sangat cantik. Wajahnya asing mungkin dia seangkatan denganku.
Awalnya aku berminat untuk masuk dan mengambil stik drumku yang tertinggal tapi aku justru terpaku melihat sosok itu. Aku tidak tahu namanya, hanya saja….
“ Permisi, bisakah kau tidak berdiri menghalangi pintu?” Sebuah suara mengganggu konsentrasiku. Laki-laki itu, Lee Taemin Sunbae,masuk mendahuluiku.
Sunbae!” Gadis itu berteriak bersemangat. Ku manfaatkan momen itu untuk mengambil stik drumku.
“ Sudah makan siang?” Tanya Taemin perhatian. Gadis itu menggeleng.
“ Kalau begitu, ayo kita makan siang!” Lanjut Lee Taemin menggenggam pergelangan tangan gadis itu.
Aku menatap sorot matanya yang sempat bertemu dengan mataku. Matanya bersinar indah dan menunjukkan kebahagiaan. Aku rasanya pernah mengenal tatapan seperti itu.
“ Kau tahu siapa dia?” Tanyaku pada Jungshin saat kembali ke kantin dan bertemu gadis itu. Jungshin mengangguk.
“ Dia Jung Soo Jung, siswa kelas 1-7 dan salah satu anggota dari paduan suara.” Jawab Jungshin.
Pantas saja suaranya bagus, dia anak paduan suara.
“ Apakah dia pacar Taemin Hyung?”
Molla. Wae? Johaeyo?”
Ani.” Jawabku cepat.
Aku menatap gerak-gerik gadis itu dan aku ingat tatapannya. Aku pernah mengenal tatapan seperti itu, ya, tatapan jatuh cinta. Gadis itu pasti jatuh cinta dengan Taemin.
-***-
Tanganku memindai daftar nama yang terpampang di papan pengumuman sekolah. Senyumku tercetak jelas begitu tersadar bahwa ada satu nama yang tercantum di daftar yang sama dengan namaku. Aku sekelas dengan Jung Soo Jung!
Aku menaruh tasku di bangku kedua dari kanan dan melihat sekeliling kelas. Aku menemukan tas berwarnah putih yang familiar itu di sebelah kiriku. Itu tas Jung Soo Jung dan dia duduk denganku.
Aku menatapnya begitu ia masuk ke kelas. Wajah cantiknya masih sama seperti setahun lalu saat pertama kali aku menatapnya. Selama di kelas, dia selalu diam dan sedikit dingin. Dia hanya sesekali memanggilku dan itupun karena tugas.
“ Lupakan saja!” Sergahku kesal seraya meninggalkan Soo Jung yang meminta maaf padaku. Bukan,aku bukan marah. Aku hanya kesal kenapa aku harus jatuh cinta pada sosok dingin sepertinya. Sudah untung ku selamatkan dia demi tugas, tapi dia justru seperti itu.
Aku memukul drumku dengan keras dan tidak teratur.
“ Hei, kau kenapa Mr. Kang?” Tanya Yonghwa Hyung yang baru saja masuk ke studio musik milik ayahku. Aku menggeleng.
“ Mau minum?” Tanyanya menawari sebotol air mineral dingin. Aku langsung meneguknya dan hatiku sedikit membaik.
I never see you like this after 2 years. After you let Park Jiyeon loves another man.” Ujar Yonghwa hyung sembari memainkan gitar akustiknya.
Don’t mention her name again, Hyung!” Sergahku lalu bergegas pergi.
Where are you going?”
Go home. I’m not in a good mood to playing drum now.” Ujarku mengambil tasku. Ku dengar dengan jelas Yonghwa hyung berkata,
Don’t love too much, boy. It makes you too hurt.”
Ku rebahkan tubuhku di atas kasur dan mengatur nafasku yang sempat tidak beraturan. Kenapa aku harus mendengarnya lagi? Park Jiyeon, nama itu.
Dia gadis yang ku suka 3 tahun lalu. Kami berpacaran. Ternyata dia menyukai laki-laki lain dan aku memilih pergi dan mengalah.
Aku takut kejadian yang sama terulang dengan Soo Jung. Aku tidak mau seperti itu. Sedikit rasa kesalku padanya perlahan menghilang. Kejadian kemarin, aku sudah tidak terlalu pikirkan.
Hari ini Soo Jung datang menemuiku dan meminta maaf. Kemudian dia mengajakku makan di kedai kimchi. Ada suatu rasa senang begitu kami terlihat sangat akrab dan dia memanggilku dengan panggilan yang lebih informal.
Rasanya aku tidak mau cepat-cepat menghabiskan sup kimchi ini. Kalau ini cepat habis, maka pertemuan kami juga akan cepat habis. Maka ku tambahkan bubuk cabai dengan banyak agar aku memakannya pelan-pelan.
Senyumku terpancar setelah mendengar ucapan bagaimana Soo Jung memerhatikanku. Ini untuk pertama kalinya setelah setahun aku selalu diam memandanginya.
Perlahan, makanannya habis juga. Maka aku berminat mengantarkan Soo Jung pulang. Berminat? Tentu! Sangat berminat.
Jantungku rasanya hilang timbul saat mengayuh sepedaku. Sengaja ku kayuh pelan agar tidak cepat sampai rumahnya. Soo Jung yang sebenarnya ternyata cerewet juga. Dia mengajakku berbicara sepanjang perjalanan. Menunjukkan arah jalan ke rumahnya padahal aku sudah terlebih dahulu tahu di mana rumahnya. Tuhan, rasanya aku ingin hidupku berhenti di sini saja, bahagia bersama Soo Jung, dekat bersama Soo Jung adalah hal yang tidak bisa digantikan oleh apapun.
Soo Jung memegang ujung seragamku pelan begitu sebuah mobil menyalip sepedaku dengan kecepatan tinggi. Bisa ku rasakan setelah itu tangannya tidak kunjung melepas ujung seragamku. Ada hal yang membuatku bahagia dalam hal-hal seperti ini.
“ Apa kau menaruh rasa padanya?” Tanyaku begitu obrolan kami masuk ke topik mengenai hubungannya dengan Taemin.
“ Kita sudah sampai di rumahku. Mau mampir?” Ujarnya mengalihkan pembicaraan. Segera ku rem sepedaku dan dia bergegas turun.
Perlahan ku putar arah sepedaku dan melaju pulang. Sedikit lega mendengar kabar bahwa ternyata dia bukan pacar Taemin. Tapi ada hal yang menelusuk masuk jantungku begitu dengan segera ia mengalihkan topik pembicaraan itu. Aku tahu dia mencintai Taemin, sudah ku bilang tatapan matanya sangat tidak asing saat membicarakan Lee Taemin. Aku menyesal sudah membuat topik pembicaraan yang tidak bagus untuk hatiku. Luka lamaku rasanya kembali.
Tatapan matanya sama seperti tatapan Park Jiyeon yang mengatakan padaku bahwa ia mencintai lelaki lain.
-***-
Soo Jung’s POV
Dentuman suara drum bercampur gitar dan bass dipadu suara yang begitu unik membuatku terkagum. Dia tampak begitu keren dan berkharisma.
“ Kau keren!” Teriakku dari pintu ruang latihannya.
“ Soo Jung? Kau kenapa bisa ada di sini?” Tanya Minhyuk yang terlihat kaget.
 “ Hwaa, Minhyuk. Nuguya?” Tanya seorang laki-laki dengan tubuh paling pendek itu tapi ia acuhkan.
“ Aku penasaran dengan bandmu dan Min Ah memberiku alamat studio ini. Aigoo, ternyata kalian keren sekali.” Jawabku sambil memberinya applause lagi. Minhyuk hanya tersenyum malu seperti biasanya.
Is it a girl that makes you remember about Jiyeon, ha?” Ujar laki-laki itu kepada Minhyuk.
Shut your mouth, Hyung.” Ucap Minhyuk.
Omo, uri Hyukkie…” Ucapan laki-laki itu terputus saat Minhyuk menutup mulutnya. Aku hanya tersenyum melihat tingkah mereka.
“ Kau sudah makan?” Tanya Minhyuk menarik tanganku ke luar studio.
“ Kau tidak baik terlalu lama bersama mereka.” Tunjuk Minhyuk ke arah studio.
“ Aku sudah makan.” Jawabku.
“ Padahal aku ingin melihat kalian tampil lagi loh, Hyukkie.” Tambahku.
“ Hyukkie?” Dia kelihatannya tidak nyaman dengan panggilanku.
“ Ya. Kenapa? Kau tidak suka?”
Ani. Keundae…Kau boleh panggil aku dengan sebutan itu.” Jawabnya sedikit gugup. Aku terkekeh.
Minhyuk mengajakku berkeliling di studio musik milik ayahnya ini. Berbagi beberapa ruang yang ada di sana, kantinnya, dan…
“ Apa kau bisa menyanyi?” Tanyaku pada Minhyuk begitu kami sampai kembali di ruang latihannya.
“ Tidak.” Jawabnya malu-malu sambil menggaruk kepalanya.
“ Bohong, agasshi! Dia bisa bernyanyi!” Sahut seseorang yang sedang memegang gitar.
Hyung!” Lirik Minhyuk tajam.
“ Namaku Lee Jonghyun.” Lanjutnya kemudian memberi salam.
“ Jung Soo Jung.” Balasku sambil tersenyum.
“ Jadi kau bisa bernyanyi atau tidak?” Tanyaku lagi.
“ Bisa, Soo Jung-ssi!” Kali ini yang menyahut adalah Jung Shin, teman baik Minhyuk.
“ Yak, ayolah bernyanyi, Minhyuk. Masa tidak mau bernyanyi di hadapan pacar sendiri.” Ujar laki-laki yang satunya.
“ Kami tidak pacaran!” Sergahku.
“ Kita berteman kan, Minhyuk?” Tanyaku menatap Minhyuk.
“ Ah, ne..tentu saja.” Jawab Minhyuk canggung.
Geurom, aku akan bernyanyi.” Ucap Minhyuk yang kini berjalan ke arah drumnya.
No one ever sees
No one feel the pain, teardrops in the rain
I wish upon a star
I wonder where you are
I wish you coming back to me again
I never think the same like it used to be
I don’t know which way to choose
How can I find a way to go on
I don’t know if I can go on without you
Even if my heart still beating just for you
I really know you are not feeling like I do
And Even if the sun is shining over for me,
How come I still freeze?
No one ever sees
No one feel the pain
I shed teardrops in the rain
( Teardrops in The Rain by CNBLUE)
Aku termenung melihatnya bernyanyi. Suaranya begitu lembut. Dia menutup matanya dan mendalami setiap lirik yang dia nyanyikan. Tangan dan kakinya masih lihai menabuh drum. Kedua matanya kemudian membuka dan memandangku teduh, lalu dia tersenyum dan seakan aku masuk ke dalam dirinya.
“ Bagus kan suaranya?” Suara Jonghyun Oppa mengagetkan lamunanku.
“ Dia terbawa suasana.” Sahut Jungshin.
“ Ah, kau sangat keren, Minhyuk.” Pujiku. Minhyuk hanya tersenyum, tapi kenapa senyumnya berbeda?
“ Kau baik-baik saja?” Tanyaku. Dia mengangguk.
“ Kau pulang naik apa?” Tanya Minhyuk.
“ Bus.” Jawabku berharap dia menawari untuk mengantarkanku pulang.
“ Kalau begitu aku antar kau saja.” Jawab Minhyuk lalu kembali ke studionya sebentar.
Aku mengikutinya dari belakang sambil tersenyum. Minhyuk begitu baik padaku. Langkah kami terhenti di depan sebuah mobil berwarna biru tua.
“ Kau bawa mobil?” Tanyaku. Minhyuk mengangguk lalu membukakanku pintu.
“ Sepedamu kemana?”
“ Ada di rumah.” Jawabnya singkat. Kami terdiam cukup lama.
“ Kau kenapa diam saja?”
“ Gak apa-apa.” Jawabnya.
“ Yakin?”
“ Aku baik-baik saja, Nyonya Jung.” Ia menoleh kepadaku lalu tersenyum.
“ Kau bisa bercerita kepadaku kalau mau.” Ucapku.
“ Kau juga bisa bercerita kepadaku jika kau mau.” Sahut Minhyuk sambil memandangku.
Aku suka tatapan dan senyumannya.
Apa yang baru saja kau pikirkan, Soo Jung? Cintamu bukannya hanya untuk Taemin Sunbae?
“ Hmm…Jiyeon yang tadi temanmu sebut itu…siapa?” Tanyaku dengan hati-hati.
Amugeotdo.” Jawab Minhyuk.
Don’t mention her name.” Lanjutnya lagi. Aku hanya mengangguk.
“ Terima kasih atas tumpangannya, Minhyuk-ah. Lain kali kau harus main ke rumahku.” Jawabku begitu kami sampai di depan rumahku.
“ Soo Jung.” Panggil Minhyuk.
“ Ya?”
“ Aku….” Minhyuk menggantung perkataannya dengan wajah kebingungan.
“ Aku akan main ke rumahmu kapan-kapan.” Lanjut Minhyuk. Aku tersenyum lalu turun dari mobilnya. Perlahan mobilnya menjauh dari pandanganku lalu menghilang.
Ada rasa bahagia yang tercipta hari ini tapi yang aku yakin adalah aku hanya akan mencintai Taemin Hyung.
-***-
Minhyuk’s POV
“ Kami tidak pacaran! Kita berteman kan, Minhyuk?” Ujar Soo Jung sambil menatapku.
“ Ah..ne..tentu saja.” Jawabku sedikit linglung.
Kenapa kau harus kecewa, Minhyuk? Lagipula Soo Jung benar kan kalian hanya berteman? Kenapa aku harus seperti ini.
Aku bernyanyi dengan mendalami liriknya. Lagu ini dulu ku nyanyikan untuk Jiyeon dan sekarang ku nyanyikan untuk Soo Jung. Dia menatapku dalam, hatiku semakin ngilu menatapnya. Dia dekat tapi mengapa menyentuh hatinya lebih susah dari apa yang ku bayangkan?
Aku mengantarnya pulang. Dia sempat menyinggung tentang Jiyeon. Semua gara-gara Yonghwa hyung! Aku jadi seperti orang kelimpungan hanya karena sebuah pertanyaan yang sebenarnya kenyataan.
Tapi aku tidak mau kisahku dengan Soo Jung adalah kisah sad ending. Aku ingin kami bahagia. Aku ingin dia menjadi kekasihku, aku ingin dia yang akan menjadi inspirasiku bermain musik. Aku menginginkannya, tapi rasa takut itu lebih tega membunuh sel-sel syarafku untuk sekedar mengatakan,
“ Soo Jung.”
“ Aku…..(mencintaimu)”
“ Aku akan bermain ke rumahmu kapan-kapan (sebagai pacarmu).” Ujarku kelu. Rongga tenggorokanku seakan tercekat untuk mengatakan jeritan suara hati yang tentu saja kalah akan ketakutan.
Aku terlalu takut akan penolakan.
Hyung..” Aku kembali ke studio dan yang tersisa di sana hanyalah Yonghwa hyung.
“ Kenapa anak manis?”
“ Berhenti memanggilku seperti itu!”
“ Hahahaha baiklah. Kenapa, tuan Kang?”
“ Aku patah hati.”
“ Hahahahaha karena gadis tadi mengatakan bahwa kalian hanya berteman?”
“ Kau tahu itu?”
“ Tentu saja!”
“ Apa aku terlihat dengan jelas bahwa aku kecewa?”
“ Ya kalau orang yang melihatnya adalah aku.” Jawab Yonghwa hyung. Aku memeluknya, memeluk vokalis dari bandku yang sudah ku anggap seperti kakakku sendiri ini. Aku menangis lagi di pelukannya, sama seperti waktu Jiyeon menyakitiku.
“ Aku normal, Minhyuk.”
“ Aku juga masih dan akan selalu normal, Hyung.” Jawabku. Dia terkekeh pelan.
“ Kau bilang kau akan jadi laki-laki yang kuat.”
“ Aku tidak ingin lukaku terulang, hyung.”
“ Maka dari itu kau harus tanggap cepat padanya.”
“ Lidahku kelu untuk mengatakannya, hyung.”
“ Artinya kau belum siap.”
“ Aku yakin kau bisa mendapatkannya, Minhyuk.” Ujar Yonghwa hyung meyakinkanku.
-***-
Soo Jung’s POV
Setahun tanpa kabar dari Taemin Sunbae. Perlahan cokelat-cokelat yang ada di lemari pendingin itu semakin mengeras mungkin juga kadaluarsa. Hatiku juga mungkin mulai mengeras tapi cintaku tak kadaluarsa untuknya.
Seharusnya dia mengabariku barang sebentar. Aku tak menuntutnya lama-lama, paling tidak menanyakan kabarku sebulan sekali. Juga tak pernah ada tanda-tanda dia akan liburan ke Busan padahal sempat ku telusuri sudah ada dua libur panjang yang harusnya dia dapatkan. Apa dia pergi mengambil semester pendek? Sepertinya tidak.
Meski perhatianku akhir-akhir ini sedang teralih tapi tetap saja aku mencintainya. Aku selalu berdoa sewaktu-waktu dia akan pulang, minimalnya mengabariku lalu meminta maaf karena sudah setahun memutus kontak. Apa jangan-jangan dia punya pacar? Lalu aku harus bagaimana? Menunggu lagi?
Ponselku berdering. Dengan semangat aku membukanya.
From : Kang Min Hyuk
Soo Jung, sore ini kau ada waktu? Aku ingin mengajakmu dinner.
Aku tersenyum membacanya. Aku membalasnya
Tentu saja bisa.
Aku mengenakan mini dress berwarna pastel lalu menunggu Minhyuk di depan rumahku.
“ Kita mau ke mana?”
“ Kau lihat saja nanti.” Jawabnya sambil tersenyum.
Dia melajukan mobilnya ke arah pantai dan berhenti di “ Taejongdae?” Minhyuk memandangku sambil tersenyum.
“ Whoa, yeppeuda!” Seruku memandang hamparan laut di Taejongdae yang begitu indah.
Lalu kami sempat berfoto-foto di Mokdo dan kembali mencari restaurant seafood yang enak.
“ Ini sangat enak.” Ujarku sambil memakan satu potong cumi bakar.
“ Aku senang jika kau suka.” Sahut Minhyuk sambil memotong ikan yang ada di piringnya.
“ Kau kenapa berpikir mengajakku ke Taejongdae?”
“ Kenapa? Kau tidak suka Taejongdae?”
“ Tidak! Aku sangat suka suasana di sini. Dulu aku selalu bermimpi ada seseorang yang aku cintai akan menyatakan cintanya ketika kami sedang berada di Taejongdae.” Ucapku seraya mengkhayal.
Minhyuk terkekeh pelan.
“ Soo Jung, ada yang ingin aku katakan.” Ujar Minhyuk.
“ Hmm?”
“ Soo Jung, aku…”
Ponselku berdering,
Yeoboseyo?”
“ Soo Jung, na ya.
“ SUNBAE!”
“ Bisakah kau pulang sekarang? Aku ada di rumahmu. Eomma-mu bilang kau sedang pergi ke luar.”
Ne, aku akan segera pulang.” Jawabku sambil menutup sambungan panggilan.
“ Ada apa?” Tanya Minhyuk.
“ Minhyuk, maafkan aku. Aku harus pulang. Ada sesuatu yang harus aku temui.”
“ Apa perlu aku antar?”
“ Tidak, itu akan merepotkanmu. Aku akan pulang sendiri. Mianhaeyo.”
“ Soo Jung, tunggu sebentar.” Minhyuk merogoh tas kameranya lalu menyerahkan secarik amplop putih.
“ Kau…aku minta kau untuk membaca ini. Tidak perlu cepat-cepat, hanya saat kau ada waktu lenggang saja. Jangan sampai kau tidak baca, ya? Kalau kau tidak membacanya, kau mungkin akan menyesal.”
Ne, aku pasti akan membacanya. Segera. Aku pergi duluan ya, Hyukkie? Annyeong!” Aku setengah berlari untuk pulang.
Maafkan aku, Minhyuk.
Sunbae! Bogosipheoyo!” Jeritku sambil memeluk tubuh Taemin Sunbae. Dia tersenyum.
Nado. Maaf aku baru bisa pulang.”
“ Kenapa tidak pernah mengabariku?”
“ Aku sibuk karena mengambil semester pendek. Kau harus tahu bahwa sekarang kuliahku sudah pada tingkat pengajuan proposal.”
“ Benarkah? Wah, kau keren sekali!”
Kami sibuk berbincang. Mengenang masa lalu, masa sekarang, dan masa di mana aku benar-benar merindukannya. Dia memberiku cokelat lagi. Kali ini aku memakannya di depannya. Senyumnya masih sama.
Rasanya aku sudah lupa bagaimana aku kecewa dengannya beberapa waktu lalu. Rasanya rinduku puas terbalaskan.
“ Tapi aku harus kembali ke Seoul besok. Tapi aku janji minggu depan aku akan pulang ke Busan. Kau harus tetap menungguku, ya?” Ujarnya sambil berpamitan untuk pulang.
Aku mengangguk,
“ Aku akan selalu menunggu Sunbae.”
Dia tersenyum lalu mengacak rambutku.
“ Aku pergi dulu, ya. Bye!
Sunbae, terima kasih sudah datang.
-***-
“ Minhyuk, kau mau langsung pulang?” Tanyaku saat Minhyuk bergegas pergi dari kelas.
“ Tidak. Aku ada latihan band hari ini.” Jawabnya.
“ Aku ingin bercerita padamu.”
“ Cerita saja.”
“  Di kantin, bagaimana?”
“ Sebelumnya aku ingin meminta maaf atas kejadian 6 hari yang lalu karena sudah meninggalkanmu begitu saja. Kedua aku juga ingin bertanya apa kau marah padaku karena kau menjauhiku setelah kejadian sore itu.”
“ Aku tidak marah dan tidak ada yang perlu dimaafkan, Soo Jung. Aku bukan menjauhimu tapi aku sedang menyelesaikan beberapa project lagu bersama CNBLUE. Sudah cukup?”
“ Kenapa kau ketus padaku?”
“ Aku tidak ketus. Aku hanya sedang tidak enak badan.”
“ Kau pulang naik apa?”
“ Soo Jung, apa hanya itu yang kau tanyakan? Kalau sudah aku harus segera pergi. Yonghwa hyung bisa memarahiku kalau aku sampai terlambat.”
“ Ada satu lagi yang ingin aku tanyakan, Hyukkie.”
“ Hyukkie, mencintai orang adalah suatu hak bukan? Menyatakan perasaan seseorang juga hak kan? Lalu wanita itu sebaiknya tidak menyatakan terlebih dahulu kan? Hyukkie, aku mencintai seseorang tapi aku tidak tahu harus bagaimana. Aku dekat dengannya tapi dia tidak tahu perasaanku padanya. Aku ingin mengatakan yang sejujurnya tapi aku malu karena aku perempuan yang rasanya tidak punya harga diri untuk menyatakan perasaannya terlebih dahulu, aku ingin memegang teguh gengsiku tapi aku tidak mau sakit karena memendam terus-terusan. Kalau kau ada di posisiku, atau kalau kau harus memilih, apa yang akan kau pilih di antara jujur dan harga diri?”
Lama kami terdiam lalu Minhyuk berdeham.
“ Kalau aku jadi kau atau aku harus memilih, aku akan memilih jujur. Kenapa? Karena saat jujur, meskipun kau sakit, tapi ada perasaan yang akan membelamu di hati. Lalu jadi perempuan tidak selamanya harus memendam. Setidaknya setiap orang berhak menyatakan perasaannya, maupun itu laki-laki ataupun perempuan.”
“ Aku mengerti. Terima kasih, Minhyuk. Kau boleh pergi sekarang. Maaf sudah mengganggu waktu luangmu.” Ujarku bergegas pergi.
“ Soo Jung.”
“ Ya?”
“ Kau belum membaca surat dari ku?”
“ Astaga, aku lupa! Sore ini akan aku baca, Hyukkie. Aku berjanji.”
“ Baiklah, selamat tinggal kalau begitu.” Ujar Minhyuk beranjak pergi meninggalkanku.
Selamat tinggal?
-***-
“ Aku menepati janjiku, kan?” Ucap Taemin Sunbae seraya memelukku. Aku mengangguk.
Sepulang sekolah tadi Taemin Sunbae datang dan mengajakku pergi ke Taejongdae. Kami berbincang di pinggir Mokdo sambil menikmati hembusan angin yang sejuk.
Sunbae, kalau kau harus memilih, kau lebih pilih jujur atau harga diri?”
“ Hmm….jujur.”
“ Kalau begitu, aku akan jujur. Aku mencintai Sunbae dari kelas 1, aku merindukan Sunbae, aku menyukai Sunbae, aku…”
“ Soo Jungie, mianhae, aku sudah bertunangan.” Ujar Taemin Sunbae sambil memegang tanganku.
“ Bertunangan?”
Taemin Sunbae mengangguk.
Aku menatap kosong hamparan laut,
“ Dengan siapa?”
“ Dengan Min Ah.”
“ Min Ah? Go Min Ah?”
“ Ya, sahabatmu itu.” Tutup Taemin Sunbae.
Minhyuk…aku membutuhkanmu.
Ponselku berdering dengan satu panggilan dari Minhyuk.
Yeoboseyo?
“ Minhyuk-ah, kau di mana?” Tanyaku sambil menangis. Taemin Sunbae sudah pergi dan sekarang aku sendirian di Taejongdae.
“ Maaf, ini bukan Minhyuk. Kau Jung Soo Jung bukan?”
“  Iya, aku Jung Soo Jung. Kau siapa? Minhyuk ke mana?”
“ Tolong segera pergi ke rumah sakit Kang Dong. Kang Minhyuk kecelakaan.” Ujar suara di seberang.
Aku kalap dan langsung berhambur pergi segera ke rumah sakit.
“ Jungshin-ssi, Minhyuk mana?” Tanyaku setiba di rumah sakit dan melihat teman-teman Minhyuk.
“ Minhyuk sudah meninggal, Soo Jung-ssi. Kau puas?” Tanya seseorang yang terlihat paling murung. Dia adalah vokalis bandnya.
“ Meninggal? Kalian bercanda?”
Semua terdiam dan tangisku pecah. Jonghyun Oppa langsung memelukku dan membawaku ke kamar di mana jasad Minhyuk berada.
“ Apa kau sudah membaca surat darinya? Apa kau pernah memikirkan perasaannya? Apa kau pernah tahu bahwa Minhyuk memendam perasaanmu? Hah!” Teriak laki-laki itu.
“ Yonghwa hyung..” Panggil Jungshin lirih.
“ Kau seharusnya tahu bahwa Minhyuk sangat kecewa padamu saat kau meninggalkan dia sore itu padahal sore itu dia akan menyatakan perasaannya padamu. Kau harusnya tahu Minhyuk susah payah membuat lagu untukmu sore itu. Kau seharusnya membaca surat dari Minhyuk sebelum dia meninggal.” Ujar lelaki bernama Yonghwa itu.
Aku segera membuka tasku dan menemukan amplop putih itu. Aku langsung membacanya,
Sore, Jung Soo Jung. Nyonya Jung. Jungie. Dan segala panggilan manis yang ingin aku sampaikan kepadamu.
Ada yang ingin aku katakan. Surat ini berguna untuk mewakili perasaanku karena aku cukup kelu untuk bicara yang sesungguhnya padamu. Meski maaf jika yang ku tulis tidak semanis yang kau pikirkan.
Aku masih ingat siang itu, hari Senin dimana aku bergegas pergi ke ruang musik sekolah untuk mengambil stik drumku yang tertinggal lalu aku bertemu denganmu. Lebih tepatnya mendengar suaramu bernyanyi. Itu sangat indah, wajahmu juga sangat indah. Aku jatuh cinta pada saat itu juga padamu. Saat itu aku sudah tahu bahwa kau mencintai Lee Taemin tapi aku berjuang untuk dekat denganmu.. Tuhan mendengar pintaku dan kita didekatkan.
Aku hanya ingin berkata bahwa aku mencintaimu, Soo Jung. Aku akan mempersembahkan sebuah lagu ciptaanku padamu tapi kau harus bilang padaku dulu jika kau sudah membaca surat ini. Aku tidak peduli jika kau menyukai aku juga atau tidak. Aku hanya ingin cintaku tersampaikan karena jujur membuat lega.
Ps : Kalau kau menyesal karena membaca surat ini terlambat, itu salahmu ya :p
Kang Min Hyuk
“ Dia mencintaimu, Soo Jung. Dia mencintaimu.” Ujar Yonghwa masih dengan suara yang tercekat. Aku terdiam dan tak bisa berkata apa-apa.
Minhyuk, maafkan aku.

0 comments:

Post a Comment