Monday, April 29, 2013

Honest or Prestige?

Jika kau adalah perempuan dan kau mencintai seseorang. Apa yang kau akan pilih diantara jujur dan harga diri?

Kodrat wanita adalah menunggu, sama seperti sifat ovum yang menunggu sperma yang datang bukan menghampiri sperma terlebih dahulu.

Kata-kata itu terngiang begitu jelas di telinga dan otakku saat Mama menceritakan bagaimana sebuah proses menstruasi di hadapan mahasiswa-mahasiswanya. dan aku ada disitu. Mendengarkan dengan baik mengenai sebuah pelajaran penting untuk wanita. 2 hal yang aku terima dari perkataan itu, Kodrat wanita itu menunggu dan proses menstruasi yang terjadi pada setiap wanita.
Semenjak hari itu, aku berjanji pada diriku sendiri, aku akan mewarisi sifat ovum, bagaimana aku tidak akan pernah mengatakan cinta terlebih dahulu kepada laki-laki yang aku sukai sama seperti ovum yang tidak pernah menghampiri sperma terlebih dahulu.
-***-
Setiap orang berhak menyatakan perasaannya terlebih dahulu. Lalu bagaimana dengan kodratku sebagai wanita?

Ini tahun ketigaku mencintai seseorang yang tak kunjung menjadi milikku. Aku tetap pada prinsipku untuk tidak menyatakannya terlebih dahulu bahkan hingga kini orang yang aku sukai jauh dari pandangan mataku. Selalu dan Selamanya, ku kira. 
Tiba-tiba terlintas di benakku mengenai kata-kata Setiap orang berhak menyatakan perasaannya terlebih dahulu . Ini menyakitkan, tentu saja.
Disaat aku harus menuruti prinsipku, maka aku bisa selamanya tersakiti. Tapi jika aku harus menyatakannya duluan, oh tidak...dimana harga diriku sebagai perempuan? 
Pada akhirnya, prinsip tetap prinsip.
-***-
Laki-laki itu seperti ikan. Ia akan datang saat dipancing dan akan diam saja jika tidak ada pancingan. 

Aku tetap menjalani hidupku dengan rasa sakit yang masih dengan amat sangat menjalar di setiap hirupan nafas yang ku jalani setiap detiknya. Tiba-tiba sahabatku berkata, Laki-laki itu seperti ikan. Ia akan datang saat dipancing dan akan diam saja jika tidak ada pancingan. Bagaimana jika ia akan menyukaimu jika kau sendiri tidak pernah memancingnya?
Baiklah, aku mengakui aku cukup pengecut dalam hal ini. Gengsiku terlampau tinggi untuk hanya mengirimnya pesan terlebih dahulu, menanyakan kabarnya terlebih dahulu, dan terus-terusan menunggunya menghubungiku terlebih dahulu. Baiklah, ku kira itu salah satu penyebab mengapa dia tak kunjung sadar bahwa aku ada disini untuk mencintainya. Tapi, hei, gengsi dan sekali lagi aku bicara gengsi.
Aku bukan tipe perempuan yang dengan mudahnya dekat dengan laki-laki disaat sifatku sendiri, well, cukup dingin. Ditambah lagi kekurangan dalam tubuhku minder untuk hanya jauh lebih mendekat kepadanya. Aku takut bahwa dia cepat sadar disaat dia tidak mencintaiku dan ujungnya aku tersakiti walaupun aku juga tahu kini aku tetap jadi yang tersakiti.
Lalu, bagaimana dengan pendapat tadi? Rasanya terlambat aku mengetahui karena sekarang tidak ada lagi ruang untukku untuk membuat pancingan. Rasanya, kolamku sudah kekeringan.
-***-
Mana yang lebih baik diantara jujur dan harga diri?

Prinsipku goyah seketika disaat sebuah pertanyaan meluncur begitu saja dari mulut sahabatku. Jujur atau harga diri?
Well, mungkin aku egois untuk memilih harga diri tapi aku tidak cukup berani untuk memilih jujur. Jujur itu begitu baik tapi harga diri itu penting. Walau aku tahu segala yang baik itu penting dan segala yang penting itu tidak selamanya baik. 
Maka, jika kau ada di posisiku, apa yang akan kalian pilih, Jujur atau Harga Diri?

0 comments:

Post a Comment