Selamat sore kau yang tak kunjung hadir,
Suatu kisahan mengenai aku dan kamu yang tak bisa menjadi kita yang menyebabkan sebuah luka membuatku menyimpulkan sesuatu,
Luka di hati mungkin sama dan sejenis dengan luka sehabis kecelakaan. Sakitnya mungkin hilang namun tidak untuk bekasnya.
Rasanya luka di hatiku sudah mulai mengering perlahan. Setidaknya, hari-hariku sudah mulai terbiasa tanpamu. Aku mulai membiasakan diri tanpamu, tanpa rasa sakit yang biasanya menggumam di dadaku, tanpa rasa mulai untuk merindukanmu lagi.
Setidaknya itu hanya sesaat.
Bekas itu masih ada. Bekas cinta beserta lukanya. Membawa kembali hadirmu di pikiranku setiap mengenang memori-memori berharga tentang kita. Ah, aku salah lagi. Aku lupa kalau aku dan kamu tidak pernah menjadi kita. Maksudku, mengenang memori-memori berharga tentang aku dan kamu yang hanya bisa dikenang olehku. dan kenangan itu membawaku kembali ke masa dimana aku hanya bisa melihatmu.
Sekiranya yang kuingat hari ini adalah kisah mengenai jendela kelas satu tahun lalu. Mungkin kau sudah lupa tapi aku tak akan pernah lupa. Bagaimana kau memanggil namaku dengan jelas dan mengalami sedikit perbincangan di jendela itu. Aku merindukan itu. Merindukan kau memanggilku.
Sekiranya hidupku selalu begitu. Terbayang-bayangi oleh memori penuh kasihan. Memori yang mengulas harapan tanpa batasan. Memori yang hanya bisa dikenang oleh satu orang. dan aku adalah orangnya.
Ini memori tentang aku dan kamu yang hanya bisa dikenang olehku. Setidaknya memori ini yang ku sebut dengan Bekas.
Ketika bekas luka sehabis kecelakaan berbentuk dengan jelas, maka bekas luka hatiku berbentuk memori-memori kecil yang memenuhi ruang otakku.
Ketika bekas luka sehabis kecelakaan menimbulkan luka lagi setelah kau melihatnya, maka memori-memori itu yang menimbulkan luka lagi setelah aku mengingatnya.
Saturday, February 2, 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment