Title : The Promise
Author : Minhyuk’s Anae
Length : Oneshoot
Rating : PG-16
Genre : Romance, Friendship
Cast :
-
Wu Yi Fan (Kris)
-
Amber Liu
-
Jung Soo Jung (Krystal)
-
Kim Jonghyun
-
Other Cast
Note : Thank you if you read this. I’m so glad if you want
to fill the comment and click the like button. My happiness is when all of you
enjoy the story. Re-post : aninjustanin.blogspot.com . This Fanfiction is belong to Kris-Ber
Shipper.
Summary :
Janji membuat setiap
orang harus menepatinya.
Cinta membuat setiap
orang yang merasakannya mengalami perubahan.
Jika semuanya sudah
berubah, masihkah janji itu bisa ditepati?
-***-
Author’s POV
Seoul, 2013
Gadis itu masih memutar-mutar
ponselnya gelisah. Duduk di depan kaca riasnya dengan khawatir. Lima menit lalu
semuanya tidak seburuk ini sebelum sebuah pesan singkat masuk ke ponselnya.
Liu, kau datang ke acaraku hari ini kan?
Dibacanya kembali kata-kata itu.
Pikirannya berkecamuk dan sedikit berdebat dengan apa kata hatinya. Apakah dia
harus membalas pesan itu dan mengatakan bahwa dia tidak bisa datang dengan
alibi bahwa dia sedang sakit? Toh, senyatanya dia memang sedang sakit sekarang.
Tapi, tubuhnya berkehendak lain dan bergerak meninggalkan kursi tadi ke arah
lemari pakaiannya dan mengambil sebuah gaun yang lama disimpannya.
Aku harus pergi, mungkin.
Kata-kata dalam hatinya
membuatnya yakin bahwa dia memang harus pergi.
Kini dia berdiri sendirian di
sebuah taman yang sudah dirombak menjadi sebuah pesta dengan hiasan-hiasan
bunga lily di sekitarnya.
Wu, aku lebih suka mawar dibanding lily.
Orang-orang sibuk berlalu lalang
di hadapannya dengan beberapa kudapan di tangan mereka. Satu pun diantara
kudapan itu tak menarik perhatiannya padahal di sana ada beberapa makanan
kesukaannya.
Juga kesukaan Wu Yifan, tentu saja.
Matanya tetap melirik ke arah
sebuah panggung yang sudah diubah menjadi altar kosong yang tak jauh dari
tempatnya berdiri. Mungkin sekitar 10 menit lagi hidupnya akan berubah.
Dia tak peduli dengan lingkungan
sekitarnya—siapa saja orang yang ada di sana, apakah ada salah satu temannya
diantara kerumunan ini, atau apapun yang berkaitan dengan orang lain di
sekitarnya. Yang ia pedulikan hanya dirinya sendiri yang apakah masih sanggup
bertahan hidup untuk sepuluh menit ke depan juga kini ia merutuki keputusannya sendiri
yang berubah mendadak untuk tetap datang ke acara ini.
Sebuah lonceng peringatan
berbunyi dan dengan seketika tempat ini menjadi sunyi. Jantungnya semakin
berdetak kencang begitu seseorang yang ia tunggu berjalan di atas altar lalu
menyambut sebuah tangan wanita—yang tentu saja bukan miliknya. Kemudian
semuanya terasa buram dengan linangan air mata yang jatuh tepat di kedua
pipinya. Seorang laki-laki kecil di sampingnya menoleh,
“ Noona, mengapa kau menangis?”
Kemudian semua yang ada di
kepalanya serasa berputar seperti roll
film yang baru saja diputar.
“ Noona, mengapa kau menangis?”
“ Hei, aku bukan Noona-mu!” Ujarku ketus begitu seorang laki-laki
menghampiriku sembari menarik gaunku.
“ Namaku Wu Yi Fan. Kau siapa?” Tanyanya tak takut dengan ucapan
ketusku.
“ Aku Amber Liu.”
“ Lalu…bolehkah aku tahu mengapa
kau menangis?” Lanjut laki-laki bernama Wu Yi Fan itu pelan, mungkin takut aku
marah lagi.
“ Aku selalu terharu dengan acara pernikahan. Eommaku bilang ia
menangis ketika ia menikah.”
“ Memangnya apa rasanya menikah?” Tanya Yi Fan bingung.
“ Aku sendiri tidak tahu bagaimana rasanya.” Jawabku pelan.
“ Bagaimana kalau sudah besar nanti kita menikah?” Ujar Yi Fan asal.
“ Memangnya menikah semudah itu?”
“ Mungkin. Ngomong-ngomong berapa usiamu Nyonya Liu?”
“ Usiaku 5 tahun.” Jawabku.
“ Kita seusia! Kalau begitu, kita tunggu 20 tahun lagi dan aku akan
membuatmu merasakan apa rasanya menikah hehehehe.” Ucap Yi Fan disambut tawaku
lepas.
Dia mengusap air matanya lalu
tersenyum menatap laki-laki kecil itu.
“ Aku tidak apa-apa, sayang. Aku
hanya terharu dengan pernikahan.” Jawabnya pelan sambil berjongkok untuk
menjajarkan posisinya dengan laki-laki kecil itu.
“ Siapa namamu?” Tanya gadis itu
sambil tersenyum menyentuh pipi kecil itu dengan gemas.
“ Wu Fan.” Jawabnya manis.
Wu Fan?
“ Ah, tidak!” Seru laki-laki
kecil itu menutup matanya membuat gadis itu menoleh ke arah altar lagi.
Laki-laki itu mencium pasangannya tepat di bibirnya. Tenggorokan gadis itu
rasanya tercekat dan linangan air mata itu mengalir lagi di pipinya. Laki-laki
itu menatap hadirin yang hadir di pernikahannya kemudian menangkap sepasang
mata yang ia kenal. Dia tersenyum pada gadis itu sebentar.
Apakah dia masih terharu dengan pernikahan?
Pikir laki-laki itu dibenaknya.
Alih-alih membalas senyumnya,
gadis itu justru pergi meninggalkan taman itu dengan tergesa-gesa.
Meninggalkan seluruh perasaan
yang seharusnya ia tinggalkan. Meninggalkan kenangan yang memang seharusnya
terlupakan.
Hidupnya sudah berubah sekarang.
-***-
“ Liu!”
Aku menoleh ke arah panggilan itu berasal. Seorang laki-laki yang sudah
ku kenal berlari dengan tergesa-gesa ke arahku.
“ Aku punya hadiah untukmu!” Lanjutnya masih dengan nafas terengah. Aku
mengernyit memandangnya.
Dikeluarkannya sebuah flowercrown yang terbuat dari rumput ilalang yang indah dan rapi.
“ Ini apa?” Tanyaku masih bingung.
“ Tunggu! Aku punya satu lagi.” Dia membuka tasnya lagi dan
merogoh—entah apa. Lalu dikeluarkannya sebuah lingkaran kecil yang sama-sama
terbuat dari rumput ilalang.
“ Semoga cocok dengan jarimu.” Ujarnya sambil menarik jemariku dan
cincin kecil buatannya pas dengan jari manisku.
Senyum manisnya terpancarkan dan aku sendiri masih tidak mengerti apa
yang dia maksud.
“ Kita sudah menikah sekarang.”Ujarnya bahagia.
“ Hei, Wu! Menikah?”
“ Ya, seperti janji kita tahun lalu. Aku akan menikahimu hehehehe.”
Jawabnya.
“ Aku masih kecil, Wu. Usiaku masih 6 tahun!”
“ Baiklah, anggap saja ini janjiku untuk 19 tahun lagi.”
“ Benarkah? Lalu apa yang harus aku perbuat?” Tanyaku tak kalah
bersemangat.
“ Kau harus berjanji bahwa kau akan menyimpan cincin ini sampai 19
tahun lagi.” Ujarnya.
“ Baiklah. Aku akan menyimpannya.”Ucapku girang disambut riang tawanya.
Sebuah tangan mencengkeram
pergelangan tangan gadis itu dan menahannya untuk tidak pergi.
“ Hyung? Bisakah kau lepaskan tanganku?” Pinta gadis itu sembari
berusaha melepas tangan dari cengkeraman tangan Jonghyun.
“ Untuk apa? Untuk membiarkanmu
lari dan menangisi Yi Fan karena dia sudah menikah? Amber, hidupmu bukan hanya
karena Yi Fan!” Ujar Jonghyun keras membuat gadis itu terdiam.
Jonghyun menarik Amber ke
pelukannya.
“ Aku….bukan menggantungkan
hidupku terhadap Yi Fan. Tapi hidupku menggantungkan harapannya terhadap
janjinya.”
“ Janji? Astaga…Amber. Kalian
masih terlalu kecil waktu itu, mengapa kau anggap semuanya serius?”
“ Liu, mengapa kau selalu memotong rambutmu?”
“ Aku tidak suka berambut panjang. Itu merepotkan.”
“ Tapi seorang gadis lebih cantik jika berambut panjang.”
“ Memangnya tidak ada ya seorang gadis berambut pendek yang cantik?”
Yi Fan diam memandangku dan memikirkan pertanyaanku. Sejujurnya aku
benci diberi pertanyaan seperti ini. Aku memang suka rambut cepak, itu lebih
simple dibanding aku harus memanjangkan rambutku yang terlalu ribet untuk ku
urus.
“ Kau tidak ingin menjawab pertanyaanku?”
“ Tentu saja ada. Kau selalu cantik walaupun berambut pendek.” Jawab Yi
Fan membuat pipiku serasa panas.
“ Liu, kenapa wajahmu memerah?” Tunjuk Yi Fan tepat di kedua pipiku.
“ Benarkah?Mungkin karena panas.” Jawabku asal dan Yi Fan mengernyit,
“ Hei, cuaca sedang dingin, Liu. Kau malu ya aku bilang cantik?”
“ Tidak! Aku biasa saja, Yi Fan! Sungguh!” Sergahku kemudian berlari
menjauh dari Yi Fan. Aku malu.
Tak lama kemudian Yi Fan mengejarku dan menangkapku membuat kami
terjatuh ke padang ilalang sekitar rumah kami. Kami tertawa begitu bahagia.
Amber membuka lemari esnya dan
mengambil sekotak jus jeruk dan menuangkannya di sebuah gelas dalam
genggamannya. Ia menghabiskan minuman itu dalam satu teguk saja. Dirasakannya
peluhnya masih menetes akibat terlalu lelah setelah membereskan segala
barang-barangnya ke dalam koper.
“ Apa masih ada yang tertinggal?”
Tanya Jonghyun membawa seperangkat alat pel dan menaruhnya di samping meja
makan. Amber mengangkat bahunya,
“ Entahlah. Ku rasa tidak.”
Jawabnya masih dengan nada kelelahan.
“ Benar-benar harus pergi?” Kini
Jonghyun menarik kursi untuk duduk di sebelah Amber.
“ Keputusan ini sudah ku pikirkan
semenjak lima bulan lalu, hyung.
Lagipula aku sudah menandatangani kontrak kerjaku di sana.”
“ Berhenti memanggilku hyung, Amber. Kau ini wanita.” Protes
Jonghyun yang disambut dengan tatapan sinis dari Amber.
“ Kau tahu terlalu aneh memanggil
seseorang dengan sebutan oppa. Itu
menjijikkan.” Ujar Amber.
“ Bagaimana seorang laki-laki
akan suka padamu jika kau masih terus seperti ini?” Tanya Jonghyun.
Amber diam dan bergegas pergi,
merasa tidak suka dengan topic pembicaraannya sekarang.
“ Sorry, I don’t mind to make you sad.” Tahan Jonghyun.
Jonghyun mengambil sebuah gelas
dan membuka lemari es milik Amber dan menemukan sebuah kotak kecil yang
tersimpan di ujung lemari esnya.
“ Ini apa?” Tanya Jonghyun. Amber
segera mengambilnya.
“ Bukan apa-apa.” Jawabnya cepat
dan bergegas menuju kopernya sebelum ia lupa lagi bahwa ia telah meninggalkan
kotak itu.
“ Miss Liu, mau kemana?”
“ Aku baru ingat ada suatu barang
yang belum aku masukkan ke koper.” Jawab Amber.
“ Ok. By the way, aku baru sadar kau memakai gaun untuk pertama
kalinya kemarin.” Ucap Jonghyun yang tidak ditanggapi oleh Amber.
Aku tak boleh meninggalkan cincin itu. Walaupun keadaannya sudah tidak
sama lagi.
Suara bising bandara memekakkan
telinganya dan lalu lalang orang-orang membuat kepalanya sedikit pusing. Amber
duduk menunggu Jonghyun yang mungkin sebentar lagi akan datang. Dihadapkannya
tubuhnya ke arah jendela yang memantulkan bayangan dirinya dan ia baru sadar
ada beberapa perubahan yang ia miliki sekarang. Setidaknya ia lebih ‘perempuan’
dengan rambutnya yang hampir menyentuh bahu walaupun dari segi pakaiannya tidak
ada tanda-tanda bahwa ia seorang perempuan.
Kecuali hari itu, tentu saja.
“ Amber, aku sudah menyuruh orang
untuk mengecek apartementmu di sana dan mereka bilang barang-barangmu sudah
siap. Jadi kau hanya perlu berangkat dan sampai sana…nikmati hidupmu yang
baru!”
“ Terima kasih, hyung. Aku sudah terlalu banyak
merepotkanmu.”
“ Tak masalah. Hanya jika kau
sudah sampai di sana, segera hubungi aku. Mungkin jika aku sedang free aku akan menyempatkan main ke
sana.”
Panggilan penumpang sudah
terdengar untuk kedua kalinya dan Amber mengambil beberapa tasnya—yang hanya
berisi makanan dan gadget
kesayangannya lalu berpamitan ke arah Jonghyun.
“ Aku pergi dulu, hyung. Aku akan merindukan tempat ini.
Tolong jaga Eomma dan Appa-ku.”
“ Tenang saja. Ahjumma pasti bisa melepasmu dengan
baik. Kau sukses ya di sana.”
“ Terima kasih, hyung. Juga jika dia menanyakan di mana
keberadaanku, ku mohon jangan beri tahu.” Jonghyun mengangguk.
“ Aku pergi dulu, hyung. Sampai jumpa.”
-***-
Aku bersiap-siap di depan ring basket saat Yi Fan masih men-dribble
bolanya dan menatapku seolah aku adalah mangsanya. Aku bahkan tidak takut meski
di usia kami yang ke 16 ini tingginya sudah menjulang bahkan hampir mendekati
tinggi ring basket, toh walaupun kini ia adalah kapten tim basket sekolah kami,
aku selalu bisa mengalahkan permainannya.
Bukk.
Sebuah hantaman keras mengenai kepala seorang siswi dan aku segera
berlari menghampiri siswi tersebut.
“ Kau tidak apa-apa?” Tanyaku khawatir. Yi Fan justru tenang-tenang
saja di sampingku padahal sudah jelas lemparan bola itu adalah akibat
lemparannya.
Gadis itu mengangguk.
“ Aku tidak apa-apa, Oppa.” Jawabnya pelan.
Hei, aku tidak salah dengar kan?
“ Astaga, apakah dia benar-benar terlihat seperti seorang Oppa?” Tanya
Yi Fan menunjuk wajahku. Gadis itu mengangguk.
Tawa lepas Yi Fan memekak dan gadis yang ada di hadapanku ini justru
hanya diam saja dengan wajah bingungnya dan sesekali ia meraba-raba kepalanya
yang mungkin masih sakit.
“ Kenapa oppadeul tertawa?” Tanya gadis itu dan lagi-lagi tawa Yi Fan
memekakkan telingaku.
“ Dia ini perempuan, nona.” Ujar Yi Fan di sela-sela tawanya dan gadis
itu membungkuk di hadapanku beberapa kali untuk meminta maaf.
“ Tenang saja, kau bukan orang pertama yang mengira aku adalah
laki-laki.” Jawabku cuek dan mencubit keras perut Yi Fan.
“ Aww!” Jerit Yi Fan.
“ Joeseonghamnida.” Ucap gadis itu lagi.
“ Siapa namamu?” Tanyaku.
“ Kim Min Ji. Aku siswi dari 1.5” Jawabnya.
“ Baiklah, akan ku catat kau…”
“ Sebagai orang kesebelas yang mengatakan bahwa Amber Liu tidak
terlihat seperti seorang wanita hahahahahaha.” Ledek Yi Fan memotong
kata-kataku.
Aku kembali mencubit perut Yi Fan tanpa ampun sampai gadis itu berpamitan
kepada kami.
“ Hei, lihat! Kulitku jadi iritasi karena cubitanmu!” Omel Yi Fan
sambil menaikkan kaosnya dan menunjukkan bekas merah akibat cubitanku.
“ Turunkan kaosmu, Yi Fan. Aku risih. Lagipula suruh siapa kau tertawa
seperti itu.” Ujarku.
“ Risih kenapa Liu? Kau kan laki-laki dan… aww!” Jerit Yi Fan lagi
begitu aku mencubit perutnya lagi.
“ Ampun atau aku akan membuat kulitmu berdarah?” Tanyaku galak.
“ Baiklah, aku minta ampun, Liu.” Jawab Yi Fan kesakitan.
“ Amber Liu sekarang sudah dewasa. Sudah mulai merasa risih padahal aku
hanya mengangkat kaosku sedikit. Padahal dulu aku sering topless di hadapannya.”
Aku hanya diam pura-pura tak mendengar kata-katanya.
“ Amber Liu sekarang sudah dewasa. Apa dia sudah pernah jatuh cinta,
ya?” Tanya Yi Fan dan seketika botol plastik bekas air mineralku ku lemparkan
ke tubuhnya.
“ Wah….Amber Liu sudah jatuh cinta?”
“ Wu Yi Fan! Kau bisa menutup mulutmu, kan?!”
“ Wah…kira-kira siapa ya yang bisa mengambil hati seorang Amber Liu?”
“ Wu Yi Fan!!!!!”
-***-
Amber menatap ramainya lalu
lintas dari apartementnya. Suasana Shanghai tidak terlalu berbeda dengan Seoul,
tetap ramai. Sudah setahun semenjak kepergiannya menuju Shanghai dan itu cukup
membuatnya merindukan Seoul.
Ditatapnya desain pakaian yang
baru saja ia buat dan kembali me-revisi beberapa kesalahannya. Semenjak pindah
ke Shanghai, Amber bekerja sebagai seorang designer pakaian dari merk ternama
di Asia.
Matanya menangkap kotak yang
tersimpan di meja kerjanya. Kotak yang dulu selalu tersimpan rapi di lemari es
dengan alasan agar tidak ada satupun orang yang bisa merusak isinya. Sekarang
bukan tanpa pertimbangan ia menaruh kotak itu asal saja, tapi ia sudah tidak
begitu peduli dengan kondisi isinya.
Perasaan naifnya yang
kadang-kadang muncul membuatnya membuka kotak itu dan mengambil isinya
perlahan-lahan. Ia sudah berpikir tak mau peduli dengan kondisinya, tapi toh
senyatanya ia masih begitu menjaga agar barang ini tidak rusak sebelum
kontraknya jatuh tempo.
Diambilnya perlahan-lahan dan ia
mencoba memakaikannya di jari manisnya yang ternyata sudah bertambah besar
semenjak 18 tahun yang lalu. Cincin itu bahkan hanya muat jika ditaruh di
kelingkingnya.
Meski temponya akan habis dua
tahun lagi, tapi apakah segala janji dan harapan yang ia pegang masih berlaku
sampai jatuh tempo?
Hidupnya sudah berubah tapi
apakah janji itu juga sudah berubah?
Ponselnya berdering dan
menunjukkan suatu nama. Ujung bibirnya mengulas senyum menatap nama itu,
“ Ada apa, hyung?”
“ Aku sudah di depan pintu
apartementmu.” Ucap suara Jonghyun dari seberang telepon.
“ Kau ada di Shanghai?”
“ Tentu saja. Kau berpikir aku
ada dimana? Perancis?”
Amber segera berlari menuju pintu
apartementnya dan….
“ Hyung! Bogoshippeoyo!” Pekiknya sambil memeluk lelaki yang ada di
hadapannya.
“ Amber? Benarkah kau Amber Liu?
Astaga, Shanghai sudah merubah seorang Amber Liu!” Ujar Jonghyun kaget.
“ Wu, kau suka perempuan yang seperti apa?”
“ Aku suka perempuan yang cantik, bertubuh proporsional, berambut
panjang…”
“ Berambut panjang?”
“ Ya. Dan feminine.” Tambah Yi Fan sambil tersenyum-senyum.
Berambut panjang dan feminine?
“ Kenapa memangnya, Liu?”
Aku hanya menggeleng pelan.
Tapi dulu Yi Fan bilang, aku tetap cantik meski aku berambut pendek.
“ Apa gadis berambut pendek tidak cantik?” Pertanyaan itu ku lontarkan
secara spontan.
“ Mereka tetap cantik tapi yang berambut panjang jauh lebih cantik.”
Jawab Yi Fan santai dan meneruskan memakan pasta kesukaannya.
Aku hanya mengaduk-aduk pastaku tidak bersemangat. Terkadang aku
merutuki beberapa kesalahan yang aku perbuat hanya karena aku penasaran.
Apa janii itu benar-benar tidak ada?
“ Wu.”
“ Hmm?”
Jika aku mencintaimu, walaupun aku tomboy dan berambut pendek…apa kau
bisa mencintaiku?
“ Tidak jadi.” Ucapku menahan pertanyaanku.
“ Liu, kau kenal gadis itu?”Tunjuk Yi Fan ke arah belakang kantin.
“ Dia Jung Soo Jung. Mahasiswi dari fakultas musik. Dia adik tingkat
kita. Kenapa?”
“ Dia adalah tipe wanita kesukaanku.”
-***-
“ Kau…sejak kapan berubah?
Astaga, aku benar-benar tidak salah melihat kan?”
“ Berhenti berbicara seperti itu,
hyung. Aku tetap Amber Liu.” Ujar
Amber sedikit kesal karena Jonghyun lagi-lagi mempertanyakan perubahan
penampilannya.
“ Black hair, long hair, skirt, pink, dan oh, astaga, aku baru sadar
kalau kau secantik ini, Liu.” Ucap Jonghyun.
Ada rasa yang tidak enak menurut
Amber begitu Jonghyun memanggilnya dengan sebutan Liu. Hanya ada satu orang
yang terbiasa memanggilnya Liu. Orang yang ia harap bisa memujinya selayaknya
Jonghyun.
Tapi orang itu sudah tidak ada
dalam hidupnya lagi.
“ Kau berubah…karena Yi…”
“ Bukan karena dia.” Jawab Amber
memangkas perkataan Jonghyun—tidak mau mendengar nama laki-laki itu lagi.
Sejujurnya Amber terlalu lelah
membohongi dirinya sendiri dengan alibi yang tidak masuk akal jika ia ditanya
siapa penyebab penampilannya berubah.
“ Kau benar-benar tak mau
mendengar kabar tentangnya?”
“ Tidak. Sama sekali.” Jawab
Amber ketus.
“ Hyung, kalau topik pembicaraan kita membahas sosoknya, mungkin aku
lebih baik pergi.”
“ Jonghyun hyung!”
“ Amber, berhenti memanggilku hyung. Kau tampak seperti laki-laki jika
seperti itu.” Omel Jonghyun.
“ Dia memang laki-laki, hyung.” Sahut Yi Fan.
“ Dasar, kalian menyebalkan. Aku benci menyebut orang lain dengan
sebutan Oppa. Itu seperti mengingatkan aku betapa banyaknya wanita menyebutku
Oppa, cih.” Ucapku kesal.
Dia Kim Jonghyun. Ketua himpunan mahasiswa kampusku dan dia cukup dekat
denganku dan Yi Fan.
“ Hyung, berminat ikut makan siang dengan kami?” Ajakku.
“ Yi Fan hari ini ulang tahun, jadi ingin mentraktir kita makan.”
Tambahku.
“ Eum, maaf sekali Yi Fan dan Amber. Hari ini aku ada rapat dengan
dekan sehingga aku tidak bisa ikut ke acara kalian.”
“ Yah, sayang sekali, Hyung.” Tambah Yi Fan.
“ Lain kali, kalian bisa mengajakku lagi. Ngomong-ngomong selamat ulang
tahun ya Yi Fan.”
“ Terima kasih, hyung. Yasudah kami permisi dahulu.” Ucap Yi Fan dan
membawaku pergi.
Kami pergi ke restoran pasta kesukaan kami.
“ Yi Fan, kau mengajakku ke sini bukan untuk sekedar menemanimu bermain
ponsel kan?” Ucapku kesal karena sedari tadi Yi Fan hanya sibuk dengan
ponselnya.
“ Sudah pergi cuma berdua, dikacangin pula.” Gerutuku.
“ Siapa yang bilang kita hanya berdua?”
“ Oppa!” Teriak seorang gadis ke arah kami.
“ Kau terlambat 15 menit, Soo Jung.” Ucap Yi Fan dan kini gadis itu
duduk menempati kursi kosong di sebelah Yi Fan.
“ Annyeong, Eonni.” Sapa Soo Jung kepadaku. Aku hanya membalasnya
senyum tak enak.
Satu jam kemudian, aku tetap duduk di hadapan Yi Fan dan Soo Jung yang
sedari tadi seolah tak menganggapku ada. Cukup kesalnya akhirnya aku berkata
pada Yi Fan,
“ Yi Fan, aku harus pergi duluan. Ada urusan penting. Terima kasih
traktiran pastanya.” Ucapku buru-buru pergi tanpa menunggu keduanya membalas
perkataanku.
Aku duduk di pinggir lapangan basket rumahku sambil sesekali
memukul-mukul bolanya ke arah tanah. Biasanya moodku akan kembali baik jika
sudah bermain basket tapi…
“ Kau cemburu Yi Fan dekat dengan Soo Jung?” Sebuah suara mengagetkanku
dan tanpa disangka Jonghyun Hyung datang dan membawakanku segelas teh hijau
dingin.
“ Apa yang hyung pikirkan?” Jawabku sambil terkekeh untuk menutupi
perasaanku.
“ Aku tahu kalian sudah dekat dari dulu. Tapi, bukan berarti itu harus
membuatmu egois untuk tidak membiarkan Yi Fan untuk dekat dengan gadis lain
kan, Amber?” Ucap Jonghyun hyung mengambil alih bola basketku.
“ Aku tidak pernah merasa begitu. Yi Fan berteman dengan siapa saja itu
bukan masalah untukku.” Jawabku yang kini sudah berdiri bersiap mengambil bola
yang ada di genggaman Jonghyun.
“ Ya, kalau itu bukan Jung Soo Jung, kan?”Ucap Jonghyun mencoba
mengalihkan konsentrasiku.
“ Tidak.” Jawabku singkat.
“ Amber, walaupun kau terlihat seperti laki-laki tapi insting
perempuanmu tetap saja melekat.” Ucap Jonghyun hyung yang tidak ku pedulikan.
Yang ku pedulikan adalah mencetak poin atas permainan basket yang telah kami
mulai.
“ Kau begitu terlihat menyukai Wu Yi Fan. Jelas sekali.” Ucap Jonghyun
membuatku berhenti men-dribble bola basketku. Aku diam menatap Jonghyun hyung.
“ Aku tahu kau menyukainya, mencintainya, atau apapun namanya itu.”
Kini Jonghyun membalas tatapan mataku.
Sejelas itukah?
“ Walaupun hanya beberapa orang yang bisa membaca gerak-gerikmu, Amber.
Bukan semua orang.” Ucap Jonghyun seolah bisa membaca pikiranku.
“ Kau bisa membaca pikiran orang?” Tanyaku kaget.
“ Sedikit. Sedang ku pelajari lebih tepatnya.”
“ Dan aku adalah alat uji cobamu?”
“ Bukan alat uji coba,lebih tepatnya kau dengan mudah ku baca
pikirannya.” Jawab Jonghyun hyung.
Aku melempar bola basketku asal dan kembali duduk di pinggir lapangan.
Suasana sempat hening sebelum Jonghyun hyung berkata,
“ Tenang saja. Rahasia ini tidak akan ku sampaikan kepada siapapun. Kau
bisa memercayaiku.” Jawab Jonghyun memegang pundakku.
“ Janji?”
“ Janji adalah janji, Amber. Dan aku akan menepatinya.” Ucap Jonghyun.
Pada dasarnya, semua wanita pasti punya suatu ciri yang sama. Entah
mereka berbeda fisik dan sifatnya, tapi ciri sama itu pasti muncul juga jika
sudah jatuh cinta.
-***-
“ Aku akan tinggal di Shanghai
untuk beberapa hari ke depan. Setidaknya sampai pekerjaanku tuntas.”
“ Kau akan tinggal di mana?”
“ Tidak jauh dari apartementmu.”
Jawab Jonghyun.
“ Oh ya, Eomma dan Appa baik-baik
saja kan?”
“ Tentu. Aku mengunjungi mereka
tiap minggu. Jika aku sudah kembali ke Seoul lagi, sepertinya berita bagus
tentang perubahanmu akan menjadi topik pembicaraan kami.”
“ Cih, kau menyebalkan.” Jonghyun terkekeh dan mengacak-acak rambut
Amber.
“ Yak, berhenti, hyung! Nanti rambutku berantakan!”
Protes Amber. Jonghyun tertawa,
“ Kau memang sudah berubah.”
Amber hanya tersenyum-senyum.
“ Tapi perasaanmu belum berubah,
kan?” Tanya Jonghyun. Amber menatapnya bingung.
“ Sudah ku bilang jangan bahas
itu.” Jawab Amber.
“ Kau lupa ya kalau aku bisa
membaca pikiranmu?”
“ Kau lupa ya kalau aku tidak mau
membahas tentangnya lagi?”
Kini keduanya diam.
“ Amber.”
“ Ya?”
“ Bagaimana jika aku
mencintaimu?”
“ Liu, kenapa akhir-akhir ini kau menjauh dariku?”
“ Bukan aku. Tapi kau yang menjauh dariku.” Jawabku sedikit ketus.
“ Benarkah?” Tanya Yi Fan bingung.
“ Liu, mau makan siang denganku?”
“ Makan apa?”
“ Pasta.”
“ Aku sedang tidak berminat makan pasta.”
“ Yasudah, kita makan ice cream saja.”
“ Kita? Aku dan kamu atau ada yang lain?”
“ Aku dan kamu lah. Apa yang kau pikirkan?”
“ Tidak.” Jawabku.
Dasar Wu Yi Fan bodoh dan tidak peka. Tuhan, mengapa laki-laki
dilahjrkan dengan tingkat kepekaan yang sangat tinggi?
“ Ah, aku benar-benar merindukanmu. Mengapa kau sibuk sekali sampai
tidak menyempatkan pergi denganku?” Tanya Yi Fan sambil melahap ice cream-nya.
“ Aku hanya sedang malas pergi lagipula kau juga sedang sibuk dengan
teman barumu, kan?” Ucapku sambil sedikit menekan bagian ‘teman barumu’.
Andai saja Wu Yi Fan itu Jonghyun hyung, pasti dia sudah mengerti apa
yang ku maksud.
“ Hei, selalu saja berantakan!” Protes Yi Fan padaku saat mengetahui
ada bekas ice cream di pipiku. Dengan cekatan ia mengambil tissue dan
membersihkannya.
Aku canggung.
Padahal dulu aku biasa saja jika dia melakukan hal yang sama.
“ Liu, kau tidak apa-apa kan?” Tanya Yi Fan. Aku menggeleng.
Yi Fan kembali meneruskan menghabiskan ice creamnya.
“ Mau antarkan aku ke toko bunga dulu gak?” Tanya Yi Fan.
“ Toko bunga?”
“ Iya, aku ingin membeli bunga.” Jawabnya.
Kami berhenti di salah satu toko bunga yang memiliki stok bunga yang
paling lengkap di jalan ini. Aku sibuk melihat-lihat mawar dan …
“ Bagus yang mana, Liu?” Tanya Yi Fan sambil menggenggam dua bouqette
bunga lily.
“ Wu, aku lebih suka mawar dibandingkan lily.” Jawabku sambil menunjuk
bunga mawar berwarna merah muda yang sangat cantik di hadapanku.
“ Hei, siapa juga yang akan membelikannya untukmu? Ini untuk Soo Jung.
Dia sangat suka lily. Lagipula kau lebih cocok membeli mobil-mobilan dibanding
mawar.” Ucap Yi Fan kemudian pergi ke ahjumma pemilik toko untuk meminta
sarannya.
Untuk Soo Jung?
“ Liu! Amber Liu! Tebak apa yang terjadi dengan sahabatmu yang paling
tampan ini!” Teriak Wu Yi Fan begitu aku sedang menulis sebagian skripsiku
untuk kelulusanku lima bulan lagi.
Aku hanya menatapnya bingung. Memberi tatapan—seolah-olah aku penasaran
padanya padahal tidak sama sekali.
“ Soo Jung menerimaku sebagai kekasihnya!”
Aku berhenti menulis dan menatapnya.
“ Kekasih?” Tanyaku sedikit tidak percaya.
“ Selamat jika seperti itu.” Ucapku dengan wajah datar seperti biasanya
lalu kembali menulis sedangkan Yi Fan sibuk bercerita sebuah cerita yang tidak
ingin ku dengar.
Ponselku berbunyi,
Dari : Jonghyun Hyung
Aku sudah memerkirakan kau akan segera tahu tentang kejadian itu.
Aku menaruh ponselku dan tidak menghiraukan apa-apa selain skripsiku.
Amber menatap hyung-nya dengan bingung begitu sebuah
kalimat terucap dari laki-laki yang terpaut umur setahun lebih tua darinya itu.
Bingung harus berkata bagaimana karena senyatanya ia cukup menganggap laki-laki
itu seperti kakaknya sendiri.
“ Aku tidak menuntutmu untuk
menjawabnya. Berani mengatakan padamu saja itu sudah lebih cukup dari
segalanya.” Tambah Jonghyun.
“ Sejak kapan hyung?” Tanya Amber hati-hati.
“ Sejak aku memberimu segelas teh
hijau dingin.” Jawab Jonghyun masih dengan senyumnya yang berkharisma.
“ Maaf hyung…”
“ Aku tidak akan memaafkanmu,
Amber. Tolonglah, penampilanmu sudah berubah dan jangan panggil aku hyung lagi.”
Amber menggerutu kesal.
“ Bagaimana?” Tanya Jonghyun.
“ Baiklah, maafkan aku Oppa.” Ucap Amber kaku. Jonghyun
terkekeh.
“ Kau benar-benar bukan seperti
Amber yang ku kenal hahaha, kau sangat lucu!” Ujar Jonghyun mencubit kedua pipi
Amber.
Amber sempat bergidik tidak suka.
“ Maafkan aku, aku akan
memikirkan jawabannya.” Ucap Amber.
“ Jangan terlalu dipikirkan, aku
tidak menuntutmu untuk itu.”
“ Tapi, aku pasti akan
menjawabnya.” Jawab Amber.
-***-
Shanghai, 2015
Seorang gadis sibuk berputar
menghampiri para model yang sudah siap untuk tampil dan sesekali ia membenahi
beberapa aksesoris yang model itu pakai agar terlihat lebih eye-catchy.
“ Nona Liu, sepertinya kau
terlihat sibuk sekali.” Sahut seorang laki-laki dengan wajah familiar yang
disambut pelukan oleh gadis itu.
“ Oppa, aku begitu tegang. Tentu saja aku harus sibuk untuk
mempersiapkan fashion show pertamaku.”
“ Dalam waktu sibukmu itu…apa kau
merindukanku?”
“ Tentu saja!” Sahut gadis itu
bersemangat. Lalu lelaki itu memberikan seikat bunga mawar merah pada gadisnya.
“ Miss Liu, is he your boyfriend?” Tanya seorang penata rambut.
“ He is my fiancĂ©.” Jawab Amber bahagia.
“ I’m Kino Matsuko.”
“ I’m Kim Jonghyun.” Jawab laki-laki itu.
“ Acara ini pasti berjalan
lancar.” Bisik Jonghyun pada gadis yang sudah resmi menjadi tunangannya
semenjak 5 bulan yang lalu.
Amber menggenggam tangan Jonghyun
erat.
Sorak-sorai hadirin memenuhi
sebuah ballroom yang disulap menjadi
acara fashion show yang sangat mewah.
“ Selamat, Nona Liu. Acaramu
sangat sukses.” Ucap para tamu undangan dan Amber tersenyum bahagia.
Setelah acaranya selesai, Amber
bergegas menuju mobil untuk mengantar Jonghyun kembali ke Seoul.
“ Sayang, maaf sekali aku harus
pulang pada hari ini juga.”
“ Tidak apa-apa, Oppa. Kau bisa hadir di acaraku saja itu
sudah sangat mengesankan bagiku. Terima kasih sudah menyempatkan untuk datang.”
Ujar Amber.
Panggilan untuk penumpang pesawat
sudah berbunyi untuk ketiga kalinya dan Jonghyun benar-benar harus pergi. Ia
mengecup kening Amber sebentar dan berlalu.
Setelah memastikan pesawat yang
ditumpangi Jonghyun benar-benar sudah pergi, Amber bergegas kembali menuju
parkiran mobilnya. Tapi sebuah suara familiar dari seseorang di hadapannya menghentikan
langkahnya.
“ Amber Liu, kau kah itu?”
“ Oppa, aku sudah memutuskan untuk menjawab pertanyaanmu itu.” Ucapku
pada hari terakhir Jonghyun Oppa di Shanghai.
“Aku menerimamu, Oppa.”
“ Kau…tidak terpaksa, bukan?”
“ Aku tidak pernah merasa terpaksa. Hanya saja, aku butuh perubahan
pada beberapa bagian dalam hidupku dan aku ingin kau yang menjadi saksi
bagaimana aku mengalami perubahan pada rasa cinta.” Ucapku.
“ Aku ingin belajar mencintaimu, Oppa. Kau mau kan mengajariku?”
“ Tentu saja. Terima kasih, Amber.” Ucap Jonghyun Oppa memelukku.
Meski apa yang aku rasakan belum terlalu bisa ku terima, tapi pada
tahun terakhir sebelum janji itu jatuh tempo aku melepas semuanya.
Hidupku memang sudah berubah.
Amber duduk menatap lelaki di
hadapannya dengan canggung. Tidak banyak yang mereka lontarkan sepanjang
perjalanan sampai ke café sekitar bandara. Bahkan hanya menanyakan kabar dan
karir masing-masing. Tak sedikitpun Yi Fan membahas perubahan penampilan Amber.
Yi Fan kini bekerja di sebuah
perusahaan advertisement dan menjadi
kepala cabang di Gangnam. Amber tidak ingin membahas kisah Yi Fan dengan Soo
Jung, sama sekali. Kini yang Amber lakukan hanyalah mengaduk-aduk gelas cappucinno-nya dan berusaha menutupi
bagaimana ia ingin memeluk laki-laki yang kini ada di hadapannya itu.
“ Kau berubah sekarang.” Ucap Yi
Fan membuka percakapan lagi. Hal pertama yang ia lontarkan mengenai perubahan.
“ Tentu saja. Manusia perlu
berubah.” Jawab Amber masih menunjukkan sifat dinginnya.
“ Tapi kau tetap dingin.” Tambah
Yi Fan sambil tersenyum lalu menyesap espresso-nya.
Yi Fan tetap tampan. Semakin tampan. Tetap pecinta espresso.
“ Bagaimana berpikiran untuk
memanjangkan rambutmu?” Tanya Yi Fan.
Amber hanya diam, memikirkan
beberapa alibi yang biasa dia buat.
“ Aku sudah bosan dengan rambut
pendek.” Jawabnya dan tentu saja dia berbohong.
“ Juga berambut panjang tidak
seburuk yang aku pikirkan.” Tambahnya.
“ Sejak kapan kau pindah ke
Shanghai?”
“ Semenjak dua tahun lalu.”
“ Bahkan ketika pesta
pernikahanku kau masih sempat datang, kan?” Amber tidak menjawab pertanyaan
terakhir Yi Fan.
Terlalu sakit jika ia mengingat
semua hal yang sudah berusaha ia lupakan. Kalau sudah seperti ini, apa artinya
dia mati-matian menahan sakit waktu itu? Rasanya segala upayanya percuma karena
pada ujungnya dia selalu merasa tidak berdaya jika sudah berhadapan pada Wu Yi
Fan secara langsung.
Tak ada percakapan lagi setelah
itu tapi tidak membuat keduanya berminat untuk berpisah. Hanya saling diam dan
sibuk dengan urusan masing-masing.
“ Apa kabar kau dengan Soo Jung?”
Amber mulai memberanikan diri dengan pertanyaannya barusan. Berusaha sadar diri
bahwa lelaki yang terlalu dicintainya ini sudah milik orang lain dan dia
sendiri dua bulan ke depan sudah akan menjadi milik Jonghyun.
Segala resiko akan dia tanggung
atas pertanyaan buru-buru dan tanpa pertimbangan itu yang mungkin saja akan
membuatnya sakit hati selama bertahun-tahun ke depan.
“ Kami sudah bercerai.” Amber
menatap Yi Fan kaget.
“ Tepat dua bulan setelah
pernikahan kami. Aku terlalu sibuk dengan sebuah penyesalan sehingga dia marah
padaku dan kami memutuskan untuk bercerai.” Jelas Yi Fan dengan nadanya yang
santai seakan tak terjadi apa-apa.
“ Penyesalan?”
Aku menyesal untuk memutus segala aksesku untuk mengetahui segala
berita tentangmu, Wu.
“ Hyung!” Seru Yi Fan begitu sebuah tangan menyentuh pundak Amber
pelan. Amber menoleh dan rasanya jantungnya hampir lepas dari tempat asalnya
begitu menyadari tangan siapa.
Tentu saja Amber mengenal tangan
itu. Apalagi sebuah perhiasan yang tersemat di salah satu jarinya adalah
perhiasan yang sama yang melekat di jari manis tangan kanannya.
“ Aku tidak jadi pergi begitu
melihat Yi Fan, Amber.” Ucap Jonghyun seakan membaca bagaimana Oppa bisa ada di sini.
“ Ada yang perlu aku selesaikan hari ini juga.
Antara janji.” Tambah Jonghyun masih dengan gaya bicaranya yang selalu
bijaksana.
Jonghyun duduk di sebelah Amber
lalu menyentuh tangan Amber. Menggenggamnya lalu melepas cincin yang tersemat
di jarinya.
“ Aku tahu kau sudah belajar tapi
aku juga tahu aku bukan pengajar handal.” Ucap Jonghyun menatap Amber.
Amber tidak menangis, tentu saja
dia gadis yang kuat dan tidak mudah menangis. Hanya saja otaknya bekerja
terlalu lama untuk memahami apa yang terjadi sekarang ini.
Yi Fan yang tidak mengerti juga
hanya menatap keduanya bingung. Menyelaraskan segala yang terjadi dan berdoa
semoga ia bisa menemukan titik terang dari kata-kata yang terlontar dari dua
orang di hadapannya ini.
“ Aku dan Amber bertunangan, Yi
Fan.” Ucap Jonghyun menatap Yi Fan dengan tatapan tenangnya.
Ekspresi Yi Fan terasa kaku
seketika, berusaha menahan amarah dan sedihnya yang muncul secara bersamaan.
“ Tapi hari ini, aku melepasnya.
Amber harus bertemu dengan seseorang yang sudah seharusnya menjadi takdirnya.”
Lanjut Jonghyun.
“ Oppa.” Panggil Amber lirih.
“ Amber, maafkan aku. Aku sudah
menjadi pemegang janji yang buruk karena sekarang aku harus mengatakan yang
sejujurnya kepada Yi Fan bahwa kau mencintai Yi Fan.”
“ Juga Yi Fan, maafkan aku. Aku
harus mengatakan pada Amber bahwa penyebab kau bercerai dengan Soo Jung adalah
kau menyesal karena yang sesungguhnya kau cintai adalah Amber Liu.” Tutur
Jonghyun sambil tetap memancarkan senyumnya.
Kemudian ketiganya diam.
Jonghyun berdiri masih dengan
tangannya memegang tangan Amber menuju Yi Fan dan menyatukan tangan Amber dan
Yi Fan.
“ Bersatulah kembali seperti apa
yang sudah kalian janjikan 20 tahun yang lalu.” Ujar Jonghyun.
“
Meski janji itu hanyalah sebatas janji anak kecil, tapi aku tahu ada
maksud tersembunyi dari Tuhan ketika kalian mengucapkan janji itu.”
-***-
“ Noona, mengapa kau menangis?”
“ Aku bukan Noonamu.”
“ Baiklah, maukah kau menikah
denganku?”
“ Tentu saja kau harus menikah
denganku. Kau sudah berjanji seperti itu 20 tahun yang lalu. Janji adalah janji
dan kau harus menepatinya.” Jawab Amber disambut tawa para tamu undangan
pernikahannya.
20 menit lalu dia baru saja
melangsungkan pernikahan dengan seseorang yang sudah berjanji akan menikahinya.
Dan mereka menikah di sebuah taman ilalang dengan nuansa bunga mawar seperti
apa yang Amber impikan.
“ Liu, mengapa kau menangis lagi?”
Bisik Yi Fan.
“ Kau tahu kan bahwa aku selalu
terharu dengan pernikahan?”
“ Baiklah. Janjiku yang kedua
sudah ku tepati, aku sudah berhasil membuatmu merasakan apa rasanya menikah,
kan?” Amber mengangguk mantap.
“ Liu.”
“ Ya?”
“ Aku mencintaimu.”
-***-
Sorry for unperfect story juga maaf bagi yang susah
membayangkan bagaimana Amber menjadi perempuan beneran (?) Karena author
sendiri masih agak susah bayanginnya hehehe. Hope you like it! Thanks for
reading!
0 comments:
Post a Comment