Title : Honest or Prestige
Author : Minhyuk’s Anae
Length : Oneshoot
Rating : Teenager
Genre : Romance
Cast :
-
Jung Soo Jung (Krystal)
-
Kang Min Hyuk
-
Lee Taemin
-
Jung Yong Hwa
-
Other Cast
Disclaimer : Author’s pure imagination
Note : Thanks if you read this, I’m so glad if you want to
fill the comment or click the ‘like’ botton. Re-post :
aninjustanin.blogspot.com
-***-
Soo Jung’s POV
Suasana sejuk dan gemericik
rintik air hujan membuatku enggan untuk membuka mata. Semakin ku tarik selimut
tebalku dan terhanyut lagi dalam buaian tidurku yang seperti candu ini. Namun
ponselku tiba-tiba berdering dan siapa pula yang berani mengganggu tidurku ini?
“ Yeoboseyo.” Ucapku dengan nyawa yang sama sekali belum terkumpul.
“ Nyonya Jung, sekarang sudah
pukul berapa? Kau seharusnya sudah datang ke sekolah 15 menit yang lalu dan…”
“ Astaga! Maafkan aku, seonsaengnim, aku lupa kalau aku harus
tiba ke sekolah hari ini. 30 menit lagi aku akan datang. Joeseonghaeyo.” Ucapku memutus sambungan telepon dari Han Seonsaengnim—pembina organisasi siswa di
sekolahku dan aku langsung berlari menuju kamar mandi.
Ratusan siswa baru sudah berdiri
di hadapanku dan rasanya kepalaku masih pusing akibat kehujanan sepanjang
perjalanan ke sekolah tadi. Lagipula siapa sih yang berani-beraninya mengadakan
acara orientasi pada saat liburan dan juga pada saat musim penghujan datang?
“ Eonnie, boleh aku meminta tanda tanganmu?” Ujar seorang gadis
menghampiriku dengan secarik kertas dan menyuruhku untuk memberinya tanda
tangan. Ya, ini adalah salah satu acara rutin sekolahku saat orientasi siswa,
meminta tanda tangan ke seluruh pengurus organisasi siswa.
“ Boleh, tapi kau harus menebak
namaku dulu.” Jawabku dengan nada sok
galak karena memang Han Seonsaengnim menyuruhku
untuk lebih tegas dari biasanya.
“ Jung So Jung Eonnie.” Kini seorang gadis lainnya
menghampiriku, argh jangan bilang kalau dia akan memberi tahu namaku ke
temannya yang tadi itu.
“ Ne?” Tanyaku.
“ Ini cokelat untukmu.” Ujarnya
memberi sepotong cokelat.
“ Kau kelihatan sibuk sekali ya?”
“ Sunbae!” Ujarku refleks memeluk laki-laki yang bertubuh cukup
tinggi itu dan…
“ Hei, kau harus memberi tanda
tangan ke mereka dulu.” Ujarnya menunjuk dua gadis yang membawa secarik kertas
pada genggaman mereka.
“ Gamsahamnida, Eonnie.” Ujar kedua gadis itu setelah aku baru saja
memberi mereka tanda tanganku.
“ Sunbae, kenapa tidak bilang mau ke sini? Dan terima kasih
cokelatnya.” Ujarku duduk di depan aula.
“ Aku tadi ingin memberikan
beberapa berkas raport yang harus diurus untuk kuliahku, Jungie. Lalu aku ingat
bahwa kau ada di sini jadi aku membeli cokelat dan kemari.” Jawabnya manis.
Dia Lee Taemin. Sunbae-ku yang terpaut 2 tahun lebih tua
dariku dan kini dia sedang mengurus pendidikannya ke bangku universitas. Kami
cukup dekat semenjak masa orientasiku dulu dan berhubung aku kurang suka
memanggil orang dengan sebutan Oppa
maka aku memanggilnya Sunbae.
“ By the way…sebenarnya aku sedang diet tapi berhubung yang memberiku
cokelat adalah Sunbae maka aku akan
tetap memakannya.”
“ Hei, kau kan sudah kurus,
Jungie. Nanti kalau tambah kurus siapa yang mau suka coba?”
“ Kalau aku gemuk memangnya
menjamin ada yang suka juga sama aku? Lagipula jodoh kan harusnya menerima apa
adanya.”
“ Hei, anak kecil jangan bicara
jodoh-jodohan ah hahahaha.” Kekeh Taemin Sunbae.
“ Aku pergi dulu, ne? Kau pergi makan siang, ya? Awas saja
kalau tidak makan.” Ujar Taemin Sunbae
kemudian pergi.
-***-
Ini cokelat ke-sepuluh yang dia
berikan padaku. Tak satupun aku memakannya. Bukan karena aku tidak suka cokelat
hanya saja aku ingin menyimpan segala sesuatu yang pernah ia beri padaku.
Sebentar lagi dia akan pergi kuliah di Seoul dan untuk waktu yang tidak singkat
dia akan pergi dari Busan. Aku hanya tidak ingin mengisi waktu senggangku
tanpanya tanpa ada hal yang berarti. Setidaknya cokelat-cokelat ini akan
menjadi salah satu pengobat rinduku saat rindu datang nanti. Jadi aku tidak
terlalu kesepian jika sewaktu-waktu dia tidak mengabariku.
Layar ponselku menyala dan
deringnya bergetar menunjukkan satu pesan singkat masuk. Aku yang awalnya
bersemangat untuk membukanya kemudian langsung menaruh kembali ponsel itu ke
posisi awal begitu ku lihat pengirimnya bukanlah orang yang ku tunggu-tunggu.
Ini sudah hari kelima semenjak pertemuan di sekolah itu Taemin Sunbae tidak menghubungiku. Ku pikir dia
sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan diri untuk masuk kuliah jadi dia tidak
sempat menghubungiku.
Ponselku berdering lagi dengan
pengirim yang sama dengan pesan sebelumnya.
From : Kang Min Hyuk
Soo Jung, apa kau sudah menyelesaikan tugas biologi-mu?
Dua pesan yang tertulis sama itu
tak ku hiraukan. Aku hanya malas dengan pertanyaan seperti itu karena biasanya
ujung-ujungnya mereka pasti berkata bolehkah
aku melihatnya?
Lagi-lagi ponselku berdering dan
kali ini bukan pesan yang masuk melainkan sebuah panggilan masuk. Astaga,
bisakah Minhyuk tidak menggangguku?
“ Yeoboseyo, Soo Jung apa kau sudah membaca pesanku?”
“ Ne. Wae?”
“ Kenapa tidak membalasnya?”
“ Pentingkah? Jika aku sudah apa
kau akan melihat tugasku dan menyalinnya?”
“ Bukan. Bukan itu maksudku. Kau
sedang di mana?” Tanya Minhyuk dengan nafas yang terdengar sedikit terengah.
“ Ada urusan apa kau menanyakan
aku sedang di mana?”
“ Cepat katakan kau di mana
Jung-ah.”
“ Di rumah. Wae?”
“ Kalau begitu cepat kembali ke
sekolah. Aku baru dapat kabar kalau tugas biologi harus dikumpulkan hari ini
paling lambat jam 4 sore.”
“ MWO??!!! Jam 4 sore?” Aku melirik ke arah jam dan bodoh ini sudah
pukul setengah 4.
-***-
“ Hei, Kang Min Hyuk! Kenapa kau
tidak bilang dari tadi kalau tugas biologi harus dikumpulkan sore ini.” Ujarku
sambil meneguk sebotol jus jeruk yang diberikan Kang Min Hyuk tadi saat aku
terengah begitu sampai di sekolah. Untung aku datang dua menit sebelum jam 4
jadi aku bisa mengumpulkan tugas itu.
“ Aku kan sudah mengirimkanmu
pesan dari jam 2 kenapa tidak dibalas?”
“ Aku kira kau ingin melihat
pekerjaanku.”
“ Kau kira aku adalah orang yang
dengan mudah menyontek pekerjaan orang lain, Hah?” Ujar Minhyuk ketus.
“ Maaf kalau seperti itu.”
Jawabku dengan agak sedikit merasa bersalah padanya.
Minhyuk beranjak pergi,
“ Kau mau ke mana?” Tanyaku.
“ Apa urusanmu menanyakan aku
ingin pergi ke mana?” Jawab Minhyuk dengan ketus dan terus berjalan menjauh.
“ Minhyuk-ssi!” Dia menoleh,
“ Maafkan aku dan terima kasih
jus jeruknya!” Ujarku sedikit mengencangkan suaraku agar terdengar olehnya yang
sudah berada cukup jauh dari tempatku duduk.
“ Lupakan saja.” Jawabnya sambil
berlalu.
Untuk pertama kalinya aku melihat
Minhyuk marah dan ketus pada seseorang. Selama ini yang ku tahu adalah dia
begitu manis dan sopan juga penyabar. Maafkan aku, Minhyuk. Aku jadi merasa
bersalah.
-***-
Sebulan sudah tak ku dapati kabar
dari Taemin Sunbae. Apa dia
melupakanku?
“ Kau bodoh, Soo Jung-ah. Kau ini
bukan siapa-siapanya Taemin Oppa,
kenapa kau berharap kau akan selalu dia hubungi? Lagipula kau dan dia hanya
sebatas kakak-adik bukan pasangan kekasih.” Ujar Min Ah.
“ Tapi Min Ah, kami kan dekat
sudah lama. Dia sudah memberi aku tanda-tanda bahwa dia membalas perasaanku.”
“ Kapan? Dan apa? Cokelat? Kau
pikir hanya kau yang dia beri cokelat? Aku juga pernah diberi dia cokelat. Atau
kedekatan? Kau pikir hanya kau satu-satunya perempuan yang dekat dengannya? Soo
Jung-ah, aku berkata seperti ini hanya karena aku tak mau kau sakit. Kau sudah
beberapa kali menangis karenanya. Sudahi saja, Soo Jung-ah. Aku tidak ingin kau
sakit hati terlebih dia memutus kontak denganmu.”
Perkataan Min Ah terngiang di
benakku. Setahun ku pendam dan hasilnya hanya seperti ini? Melepas pergi dengan
ikhlas tanpa kejelasan apapun?
“ Lagipula kenapa tidak kau saja
yang menghubunginya terlebih dahulu?”
“ Aku tidak mau, Min Ah-ya.
Selama ini aku selalu menunggu ia menghubungiku dulu, kau tahu aku berpegang
teguh pada harga diriku.”
Minhyuk lewat di hadapanku. Semenjak
kejadian itu, aku tidak pernah bertegur sapa dengannya. Dia juga sepertinya
masih marah denganku.
“ Kang Minhyuk-ssi!” Dia menoleh,
ekspresi wajahnya langsung berubah seketika saat tahu aku yang memanggilnya.
“ Aku ingin meminta maaf atas
kejadian waktu itu. Aku menyesal sudah membuatmu tersinggung padahal kau
bermaksud baik padaku. Joeseonghamnida.”
“ Kau masih memikirkan hal itu?
Lupakan saja Soo Jung-ssi. Aku sudah tidak memikirkannya.”
“ Apa kau sudah memaafkanku?”
“ Apa ada hal yang perlu dimaafkan?”
“ Kalau begitu, pulang sekolah
aku akan mentraktirmu di kedai kimchi jjiggae kesukaanku.”
“ Kimchi Jjiggae?” Ujar Minhyuk
bersemangat.
“ Terima kasih, Soo Jung-ssi. Kimchi
jjiggaenya sangat enak!” Ucap Minhyuk yang masih terus melahap semangkuk besar
kimchi jjigae.
“ Kau harus tahu kalau ini adalah
makanan kesukaanku.” Tambah Minhyuk sambil menaruh bubuk cabai tambahan di
mangkuknya.
“ Syukurlah jika seperti itu.
Berarti aku tidak salah mentraktir. Hei, kenapa banyak sekali cabai yang kau
taruh di situ? Kau bisa sakit perut, Minhyuk-ah.” Tanyaku kaget begitu melihat
betapa merahnya mangkuk berisi sup kimchi milik Minhyuk itu.
“ Tenang saja, aku penyuka pedas
jadi tidak sakit perut.”
“ Tapi tetap saja tidak boleh.”
“ Kau galak sekali, Soo Jung. Dan
hei aku baru sadar bahwa kau memanggilku Minhyuk-ah untuk pertama kalinya
setelah setahun kita mengenal.”
“ Mianhae.”
“ Kenapa harus meminta maaf? Aku
senang kau panggil seperti itu, jadi kita tidak terlalu formal dan apa sekarang
kita sudah mulai akrab?” Ujar Minhyuk disambut kekehan kecilnya yang
bersahabat.
Untuk pertama kalinya aku sadar
bahwa Minhyuk adalah sosok yang menyenangkan. Sepulang dari kedai kimchi,
Minhyuk mengantarku pulang.
“ Kenapa kau naik sepeda disaat
yang lain naik mobil?” Tanyaku.
“ Sepeda itu lebih hemat polusi
dan lebih hemat uang hahaha. Lagipula naik sepeda itu menyenangkan.” Jawabnya
yang masih terus mengayuh sepedanya kuat.
“ Apa tidak lelah? Apa kau bisa
mengendarai motor atau mobil?”
“ Tidak. Bisa dong, kapan-kapan
aku akan membawa mobil dan mengajakmu jalan-jalan hahaha. Bagaimana?”
“ Ide yang bagus.” Jawabku
senang.
“ Kau pergi denganku seperti ini,
apa pacarmu tidak marah?” Tanya Minhyuk dengan nada hati-hati.
“ Pacar? Aku tidak punya pacar.”
Jawabku terkekeh.
“ Loh, kau sudah putus dengan Lee
Taemin?”
“ Dia bukan pacarku.” Jawabku
sedikit kecewa. Guratan luka masuk lagi mengingat aku begitu merindukan nama
yang tadi Minhyuk sebut itu.
“ Kenapa kau berpikir dia
pacarku?”
“ Kalian dekat dan kau terlihat
begitu bahagia jika bersamanya.” Jawabnya.
“ Begitukah? Kami hanya
berteman.”
“ Apa kau menaruh rasa padanya?”
Tanya Minhyuk.
“ Kita sudah sampai di rumahku.
Mau mampir?” Tanyaku memutus pertanyaannya.
“ Tidak, terima kasih.”
“ Kalau begitu sampai jumpa! Lain
kali kau harus mentraktirku makanan yang lebih enak.”
“ Sama-sama, bye!” Minhyuk memutar balik sepedanya dan melambaikan tangannya
padaku.
Apakah orang-orang dapat dengan
mudah melihat bahwa aku menyukai Taemin Sunbae?
Kalau begitu apa Taemin Sunbae tahu
bahwa aku menyukainya?
-***-
Minhyuk’s POV
Alunan suara merdu memenuhi
ruangan musik saat aku ingin masuk ke sana. Langkahku terhenti di pintu
menyadari bahwa sang pemilik suara merdu adalah gadis yang sangat cantik.
Wajahnya asing mungkin dia seangkatan denganku.
Awalnya aku berminat untuk masuk
dan mengambil stik drumku yang tertinggal tapi aku justru terpaku melihat sosok
itu. Aku tidak tahu namanya, hanya saja….
“ Permisi, bisakah kau tidak
berdiri menghalangi pintu?” Sebuah suara mengganggu konsentrasiku. Laki-laki
itu, Lee Taemin Sunbae,masuk mendahuluiku.
“ Sunbae!” Gadis itu berteriak bersemangat. Ku manfaatkan momen itu
untuk mengambil stik drumku.
“ Sudah makan siang?” Tanya
Taemin perhatian. Gadis itu menggeleng.
“ Kalau begitu, ayo kita makan
siang!” Lanjut Lee Taemin menggenggam pergelangan tangan gadis itu.
Aku menatap sorot matanya yang
sempat bertemu dengan mataku. Matanya bersinar indah dan menunjukkan
kebahagiaan. Aku rasanya pernah mengenal tatapan seperti itu.
“ Kau tahu siapa dia?” Tanyaku
pada Jungshin saat kembali ke kantin dan bertemu gadis itu. Jungshin
mengangguk.
“ Dia Jung Soo Jung, siswa kelas
1-7 dan salah satu anggota dari paduan suara.” Jawab Jungshin.
Pantas saja suaranya bagus, dia
anak paduan suara.
“ Apakah dia pacar Taemin Hyung?”
“ Molla. Wae? Johaeyo?”
“ Ani.” Jawabku cepat.
Aku menatap gerak-gerik gadis itu
dan aku ingat tatapannya. Aku pernah mengenal tatapan seperti itu, ya, tatapan
jatuh cinta. Gadis itu pasti jatuh cinta dengan Taemin.
-***-
Tanganku memindai daftar nama yang
terpampang di papan pengumuman sekolah. Senyumku tercetak jelas begitu tersadar
bahwa ada satu nama yang tercantum di daftar yang sama dengan namaku. Aku
sekelas dengan Jung Soo Jung!
Aku menaruh tasku di bangku kedua
dari kanan dan melihat sekeliling kelas. Aku menemukan tas berwarnah putih yang
familiar itu di sebelah kiriku. Itu tas Jung Soo Jung dan dia duduk denganku.
Aku menatapnya begitu ia masuk ke
kelas. Wajah cantiknya masih sama seperti setahun lalu saat pertama kali aku
menatapnya. Selama di kelas, dia selalu diam dan sedikit dingin. Dia hanya
sesekali memanggilku dan itupun karena tugas.
“ Lupakan saja!” Sergahku kesal
seraya meninggalkan Soo Jung yang meminta maaf padaku. Bukan,aku bukan marah.
Aku hanya kesal kenapa aku harus jatuh cinta pada sosok dingin sepertinya.
Sudah untung ku selamatkan dia demi tugas, tapi dia justru seperti itu.
Aku memukul drumku dengan keras
dan tidak teratur.
“ Hei, kau kenapa Mr. Kang?”
Tanya Yonghwa Hyung yang baru saja
masuk ke studio musik milik ayahku. Aku menggeleng.
“ Mau minum?” Tanyanya menawari
sebotol air mineral dingin. Aku langsung meneguknya dan hatiku sedikit membaik.
“ I never see you like this after 2 years. After you let Park Jiyeon loves another man.” Ujar Yonghwa hyung sembari memainkan gitar
akustiknya.
“ Don’t mention her name again, Hyung!” Sergahku lalu bergegas pergi.
“ Where are you going?”
“ Go home. I’m not in a good mood to playing drum now.” Ujarku
mengambil tasku. Ku dengar dengan jelas Yonghwa hyung berkata,
“ Don’t love too much, boy. It makes you too hurt.”
Ku rebahkan tubuhku di atas kasur
dan mengatur nafasku yang sempat tidak beraturan. Kenapa aku harus mendengarnya
lagi? Park Jiyeon, nama itu.
Dia gadis yang ku suka 3 tahun
lalu. Kami berpacaran. Ternyata dia menyukai laki-laki lain dan aku memilih
pergi dan mengalah.
Aku takut kejadian yang sama
terulang dengan Soo Jung. Aku tidak mau seperti itu. Sedikit rasa kesalku
padanya perlahan menghilang. Kejadian kemarin, aku sudah tidak terlalu
pikirkan.
Hari ini Soo Jung datang
menemuiku dan meminta maaf. Kemudian dia mengajakku makan di kedai kimchi. Ada
suatu rasa senang begitu kami terlihat sangat akrab dan dia memanggilku dengan
panggilan yang lebih informal.
Rasanya aku tidak mau cepat-cepat
menghabiskan sup kimchi ini. Kalau ini cepat habis, maka pertemuan kami juga
akan cepat habis. Maka ku tambahkan bubuk cabai dengan banyak agar aku
memakannya pelan-pelan.
Senyumku terpancar setelah
mendengar ucapan bagaimana Soo Jung memerhatikanku. Ini untuk pertama kalinya
setelah setahun aku selalu diam memandanginya.
Perlahan, makanannya habis juga.
Maka aku berminat mengantarkan Soo Jung pulang. Berminat? Tentu! Sangat
berminat.
Jantungku rasanya hilang timbul
saat mengayuh sepedaku. Sengaja ku kayuh pelan agar tidak cepat sampai
rumahnya. Soo Jung yang sebenarnya ternyata cerewet juga. Dia mengajakku
berbicara sepanjang perjalanan. Menunjukkan arah jalan ke rumahnya padahal aku
sudah terlebih dahulu tahu di mana rumahnya. Tuhan, rasanya aku ingin hidupku
berhenti di sini saja, bahagia bersama Soo Jung, dekat bersama Soo Jung adalah
hal yang tidak bisa digantikan oleh apapun.
Soo Jung memegang ujung seragamku
pelan begitu sebuah mobil menyalip sepedaku dengan kecepatan tinggi. Bisa ku
rasakan setelah itu tangannya tidak kunjung melepas ujung seragamku. Ada hal
yang membuatku bahagia dalam hal-hal seperti ini.
“ Apa kau menaruh rasa padanya?”
Tanyaku begitu obrolan kami masuk ke topik mengenai hubungannya dengan Taemin.
“ Kita sudah sampai di rumahku.
Mau mampir?” Ujarnya mengalihkan pembicaraan. Segera ku rem sepedaku dan dia
bergegas turun.
Perlahan ku putar arah sepedaku
dan melaju pulang. Sedikit lega mendengar kabar bahwa ternyata dia bukan pacar
Taemin. Tapi ada hal yang menelusuk masuk jantungku begitu dengan segera ia
mengalihkan topik pembicaraan itu. Aku tahu dia mencintai Taemin, sudah ku
bilang tatapan matanya sangat tidak asing saat membicarakan Lee Taemin. Aku
menyesal sudah membuat topik pembicaraan yang tidak bagus untuk hatiku. Luka
lamaku rasanya kembali.
Tatapan matanya sama seperti
tatapan Park Jiyeon yang mengatakan padaku bahwa ia mencintai lelaki lain.
-***-
Soo Jung’s POV
Dentuman suara drum bercampur
gitar dan bass dipadu suara yang begitu unik membuatku terkagum. Dia tampak
begitu keren dan berkharisma.
“ Kau keren!” Teriakku dari pintu
ruang latihannya.
“ Soo Jung? Kau kenapa bisa ada
di sini?” Tanya Minhyuk yang terlihat kaget.
“ Hwaa, Minhyuk. Nuguya?” Tanya seorang laki-laki dengan tubuh paling pendek itu
tapi ia acuhkan.
“ Aku penasaran dengan bandmu dan
Min Ah memberiku alamat studio ini. Aigoo,
ternyata kalian keren sekali.” Jawabku sambil memberinya applause lagi. Minhyuk hanya tersenyum malu seperti biasanya.
“ Is it a girl that makes you remember about Jiyeon, ha?” Ujar
laki-laki itu kepada Minhyuk.
“ Shut your mouth, Hyung.” Ucap Minhyuk.
“ Omo, uri Hyukkie…” Ucapan laki-laki itu terputus saat Minhyuk
menutup mulutnya. Aku hanya tersenyum melihat tingkah mereka.
“ Kau sudah makan?” Tanya Minhyuk
menarik tanganku ke luar studio.
“ Kau tidak baik terlalu lama
bersama mereka.” Tunjuk Minhyuk ke arah studio.
“ Aku sudah makan.” Jawabku.
“ Padahal aku ingin melihat
kalian tampil lagi loh, Hyukkie.” Tambahku.
“ Hyukkie?” Dia kelihatannya
tidak nyaman dengan panggilanku.
“ Ya. Kenapa? Kau tidak suka?”
“ Ani. Keundae…Kau boleh
panggil aku dengan sebutan itu.” Jawabnya sedikit gugup. Aku terkekeh.
Minhyuk mengajakku berkeliling di
studio musik milik ayahnya ini. Berbagi beberapa ruang yang ada di sana,
kantinnya, dan…
“ Apa kau bisa menyanyi?” Tanyaku
pada Minhyuk begitu kami sampai kembali di ruang latihannya.
“ Tidak.” Jawabnya malu-malu
sambil menggaruk kepalanya.
“ Bohong, agasshi! Dia bisa bernyanyi!” Sahut seseorang yang sedang memegang
gitar.
“ Hyung!” Lirik Minhyuk tajam.
“ Namaku Lee Jonghyun.” Lanjutnya
kemudian memberi salam.
“ Jung Soo Jung.” Balasku sambil
tersenyum.
“ Jadi kau bisa bernyanyi atau
tidak?” Tanyaku lagi.
“ Bisa, Soo Jung-ssi!” Kali ini
yang menyahut adalah Jung Shin, teman baik Minhyuk.
“ Yak, ayolah bernyanyi, Minhyuk.
Masa tidak mau bernyanyi di hadapan pacar sendiri.” Ujar laki-laki yang
satunya.
“ Kami tidak pacaran!” Sergahku.
“ Kita berteman kan, Minhyuk?”
Tanyaku menatap Minhyuk.
“ Ah, ne..tentu saja.” Jawab Minhyuk canggung.
“ Geurom, aku akan bernyanyi.” Ucap Minhyuk yang kini berjalan ke
arah drumnya.
No one ever sees
No one feel the pain, teardrops in the rain
I wish upon a star
I wonder where you are
I wish you coming back to me again
I never think the same like it used to be
I don’t know which way to choose
How can I find a way to go on
I don’t know if I can go on without you
Even if my heart still beating just for you
I really know you are not feeling like I do
And Even if the sun is shining over for me,
How come I still freeze?
No one ever sees
No one feel the pain
I shed teardrops in the rain
(
Teardrops in The Rain by CNBLUE)
Aku termenung melihatnya
bernyanyi. Suaranya begitu lembut. Dia menutup matanya dan mendalami setiap
lirik yang dia nyanyikan. Tangan dan kakinya masih lihai menabuh drum. Kedua
matanya kemudian membuka dan memandangku teduh, lalu dia tersenyum dan seakan
aku masuk ke dalam dirinya.
“ Bagus kan suaranya?” Suara
Jonghyun Oppa mengagetkan lamunanku.
“ Dia terbawa suasana.” Sahut
Jungshin.
“ Ah, kau sangat keren, Minhyuk.”
Pujiku. Minhyuk hanya tersenyum, tapi kenapa senyumnya berbeda?
“ Kau baik-baik saja?” Tanyaku.
Dia mengangguk.
“ Kau pulang naik apa?” Tanya
Minhyuk.
“ Bus.” Jawabku berharap dia
menawari untuk mengantarkanku pulang.
“ Kalau begitu aku antar kau
saja.” Jawab Minhyuk lalu kembali ke studionya sebentar.
Aku mengikutinya dari belakang
sambil tersenyum. Minhyuk begitu baik padaku. Langkah kami terhenti di depan
sebuah mobil berwarna biru tua.
“ Kau bawa mobil?” Tanyaku.
Minhyuk mengangguk lalu membukakanku pintu.
“ Sepedamu kemana?”
“ Ada di rumah.” Jawabnya
singkat. Kami terdiam cukup lama.
“ Kau kenapa diam saja?”
“ Gak apa-apa.” Jawabnya.
“ Yakin?”
“ Aku baik-baik saja, Nyonya
Jung.” Ia menoleh kepadaku lalu tersenyum.
“ Kau bisa bercerita kepadaku
kalau mau.” Ucapku.
“ Kau juga bisa bercerita
kepadaku jika kau mau.” Sahut Minhyuk sambil memandangku.
Aku suka tatapan dan senyumannya.
Apa yang baru saja kau pikirkan,
Soo Jung? Cintamu bukannya hanya untuk Taemin Sunbae?
“ Hmm…Jiyeon yang tadi temanmu
sebut itu…siapa?” Tanyaku dengan hati-hati.
“ Amugeotdo.” Jawab Minhyuk.
“ Don’t mention her name.” Lanjutnya lagi. Aku hanya mengangguk.
“ Terima kasih atas tumpangannya,
Minhyuk-ah. Lain kali kau harus main ke rumahku.” Jawabku begitu kami sampai di
depan rumahku.
“ Soo Jung.” Panggil Minhyuk.
“ Ya?”
“ Aku….” Minhyuk menggantung
perkataannya dengan wajah kebingungan.
“ Aku akan main ke rumahmu
kapan-kapan.” Lanjut Minhyuk. Aku tersenyum lalu turun dari mobilnya. Perlahan
mobilnya menjauh dari pandanganku lalu menghilang.
Ada rasa bahagia yang tercipta
hari ini tapi yang aku yakin adalah aku hanya akan mencintai Taemin Hyung.
-***-
Minhyuk’s POV
“ Kami tidak pacaran! Kita
berteman kan, Minhyuk?” Ujar Soo Jung sambil menatapku.
“ Ah..ne..tentu saja.” Jawabku sedikit linglung.
Kenapa kau harus kecewa, Minhyuk?
Lagipula Soo Jung benar kan kalian hanya berteman? Kenapa aku harus seperti
ini.
Aku bernyanyi dengan mendalami
liriknya. Lagu ini dulu ku nyanyikan untuk Jiyeon dan sekarang ku nyanyikan
untuk Soo Jung. Dia menatapku dalam, hatiku semakin ngilu menatapnya. Dia dekat
tapi mengapa menyentuh hatinya lebih susah dari apa yang ku bayangkan?
Aku mengantarnya pulang. Dia
sempat menyinggung tentang Jiyeon. Semua gara-gara Yonghwa hyung! Aku jadi seperti orang kelimpungan hanya karena sebuah
pertanyaan yang sebenarnya kenyataan.
Tapi aku tidak mau kisahku dengan
Soo Jung adalah kisah sad ending. Aku
ingin kami bahagia. Aku ingin dia menjadi kekasihku, aku ingin dia yang akan
menjadi inspirasiku bermain musik. Aku menginginkannya, tapi rasa takut itu
lebih tega membunuh sel-sel syarafku untuk sekedar mengatakan,
“ Soo Jung.”
“ Aku…..(mencintaimu)”
“ Aku akan bermain ke rumahmu
kapan-kapan (sebagai pacarmu).” Ujarku kelu. Rongga tenggorokanku seakan
tercekat untuk mengatakan jeritan suara hati yang tentu saja kalah akan
ketakutan.
Aku terlalu takut akan penolakan.
“ Hyung..” Aku kembali ke studio dan yang tersisa di sana hanyalah
Yonghwa hyung.
“ Kenapa anak manis?”
“ Berhenti memanggilku seperti
itu!”
“ Hahahaha baiklah. Kenapa, tuan
Kang?”
“ Aku patah hati.”
“ Hahahahaha karena gadis tadi
mengatakan bahwa kalian hanya berteman?”
“ Kau tahu itu?”
“ Tentu saja!”
“ Apa aku terlihat dengan jelas
bahwa aku kecewa?”
“ Ya kalau orang yang melihatnya
adalah aku.” Jawab Yonghwa hyung. Aku
memeluknya, memeluk vokalis dari bandku yang sudah ku anggap seperti kakakku
sendiri ini. Aku menangis lagi di pelukannya, sama seperti waktu Jiyeon
menyakitiku.
“ Aku normal, Minhyuk.”
“ Aku juga masih dan akan selalu
normal, Hyung.” Jawabku. Dia terkekeh
pelan.
“ Kau bilang kau akan jadi
laki-laki yang kuat.”
“ Aku tidak ingin lukaku
terulang, hyung.”
“ Maka dari itu kau harus tanggap
cepat padanya.”
“ Lidahku kelu untuk
mengatakannya, hyung.”
“ Artinya kau belum siap.”
“ Aku yakin kau bisa
mendapatkannya, Minhyuk.” Ujar Yonghwa hyung
meyakinkanku.
-***-
Soo Jung’s POV
Setahun tanpa kabar dari Taemin Sunbae. Perlahan cokelat-cokelat yang
ada di lemari pendingin itu semakin mengeras mungkin juga kadaluarsa. Hatiku
juga mungkin mulai mengeras tapi cintaku tak kadaluarsa untuknya.
Seharusnya dia mengabariku barang
sebentar. Aku tak menuntutnya lama-lama, paling tidak menanyakan kabarku
sebulan sekali. Juga tak pernah ada tanda-tanda dia akan liburan ke Busan
padahal sempat ku telusuri sudah ada dua libur panjang yang harusnya dia
dapatkan. Apa dia pergi mengambil semester pendek? Sepertinya tidak.
Meski perhatianku akhir-akhir ini
sedang teralih tapi tetap saja aku mencintainya. Aku selalu berdoa
sewaktu-waktu dia akan pulang, minimalnya mengabariku lalu meminta maaf karena
sudah setahun memutus kontak. Apa jangan-jangan dia punya pacar? Lalu aku harus
bagaimana? Menunggu lagi?
Ponselku berdering. Dengan
semangat aku membukanya.
From : Kang Min Hyuk
Soo Jung, sore ini kau ada waktu? Aku ingin mengajakmu dinner.
Aku tersenyum membacanya. Aku
membalasnya
Tentu saja bisa.
Aku mengenakan mini dress berwarna pastel lalu menunggu
Minhyuk di depan rumahku.
“ Kita mau ke mana?”
“ Kau lihat saja nanti.” Jawabnya
sambil tersenyum.
Dia melajukan mobilnya ke arah
pantai dan berhenti di “ Taejongdae?” Minhyuk memandangku sambil tersenyum.
“ Whoa, yeppeuda!” Seruku memandang hamparan laut di Taejongdae yang begitu
indah.
Lalu kami sempat berfoto-foto di
Mokdo dan kembali mencari restaurant seafood yang enak.
“ Ini sangat enak.” Ujarku sambil
memakan satu potong cumi bakar.
“ Aku senang jika kau suka.”
Sahut Minhyuk sambil memotong ikan yang ada di piringnya.
“ Kau kenapa berpikir mengajakku
ke Taejongdae?”
“ Kenapa? Kau tidak suka
Taejongdae?”
“ Tidak! Aku sangat suka suasana
di sini. Dulu aku selalu bermimpi ada seseorang yang aku cintai akan menyatakan
cintanya ketika kami sedang berada di Taejongdae.” Ucapku seraya mengkhayal.
Minhyuk terkekeh pelan.
“ Soo Jung, ada yang ingin aku
katakan.” Ujar Minhyuk.
“ Hmm?”
“ Soo Jung, aku…”
Ponselku berdering,
“ Yeoboseyo?”
“ Soo Jung, na ya.”
“ SUNBAE!”
“ Bisakah kau pulang sekarang?
Aku ada di rumahmu. Eomma-mu bilang
kau sedang pergi ke luar.”
“ Ne, aku akan segera pulang.” Jawabku sambil menutup sambungan
panggilan.
“ Ada apa?” Tanya Minhyuk.
“ Minhyuk, maafkan aku. Aku harus
pulang. Ada sesuatu yang harus aku temui.”
“ Apa perlu aku antar?”
“ Tidak, itu akan merepotkanmu.
Aku akan pulang sendiri. Mianhaeyo.”
“ Soo Jung, tunggu sebentar.”
Minhyuk merogoh tas kameranya lalu menyerahkan secarik amplop putih.
“ Kau…aku minta kau untuk membaca
ini. Tidak perlu cepat-cepat, hanya saat kau ada waktu lenggang saja. Jangan
sampai kau tidak baca, ya? Kalau kau tidak membacanya, kau mungkin akan
menyesal.”
“ Ne, aku pasti akan membacanya. Segera. Aku pergi duluan ya,
Hyukkie? Annyeong!” Aku setengah
berlari untuk pulang.
Maafkan aku, Minhyuk.
“ Sunbae! Bogosipheoyo!” Jeritku sambil memeluk tubuh Taemin Sunbae. Dia tersenyum.
“ Nado. Maaf aku baru bisa pulang.”
“ Kenapa tidak pernah
mengabariku?”
“ Aku sibuk karena mengambil
semester pendek. Kau harus tahu bahwa sekarang kuliahku sudah pada tingkat
pengajuan proposal.”
“ Benarkah? Wah, kau keren
sekali!”
Kami sibuk berbincang. Mengenang
masa lalu, masa sekarang, dan masa di mana aku benar-benar merindukannya. Dia
memberiku cokelat lagi. Kali ini aku memakannya di depannya. Senyumnya masih
sama.
Rasanya aku sudah lupa bagaimana aku
kecewa dengannya beberapa waktu lalu. Rasanya rinduku puas terbalaskan.
“ Tapi aku harus kembali ke Seoul
besok. Tapi aku janji minggu depan aku akan pulang ke Busan. Kau harus tetap
menungguku, ya?” Ujarnya sambil berpamitan untuk pulang.
Aku mengangguk,
“ Aku akan selalu menunggu Sunbae.”
Dia tersenyum lalu mengacak
rambutku.
“ Aku pergi dulu, ya. Bye!”
Sunbae, terima kasih sudah datang.
-***-
“ Minhyuk, kau mau langsung
pulang?” Tanyaku saat Minhyuk bergegas pergi dari kelas.
“ Tidak. Aku ada latihan band
hari ini.” Jawabnya.
“ Aku ingin bercerita padamu.”
“ Cerita saja.”
“
Di kantin, bagaimana?”
“ Sebelumnya aku ingin meminta
maaf atas kejadian 6 hari yang lalu karena sudah meninggalkanmu begitu saja.
Kedua aku juga ingin bertanya apa kau marah padaku karena kau menjauhiku
setelah kejadian sore itu.”
“ Aku tidak marah dan tidak ada
yang perlu dimaafkan, Soo Jung. Aku bukan menjauhimu tapi aku sedang
menyelesaikan beberapa project lagu
bersama CNBLUE. Sudah cukup?”
“ Kenapa kau ketus padaku?”
“ Aku tidak ketus. Aku hanya
sedang tidak enak badan.”
“ Kau pulang naik apa?”
“ Soo Jung, apa hanya itu yang
kau tanyakan? Kalau sudah aku harus segera pergi. Yonghwa hyung bisa memarahiku kalau aku sampai terlambat.”
“ Ada satu lagi yang ingin aku
tanyakan, Hyukkie.”
“ Hyukkie, mencintai orang adalah
suatu hak bukan? Menyatakan perasaan seseorang juga hak kan? Lalu wanita itu
sebaiknya tidak menyatakan terlebih dahulu kan? Hyukkie, aku mencintai
seseorang tapi aku tidak tahu harus bagaimana. Aku dekat dengannya tapi dia
tidak tahu perasaanku padanya. Aku ingin mengatakan yang sejujurnya tapi aku
malu karena aku perempuan yang rasanya tidak punya harga diri untuk menyatakan
perasaannya terlebih dahulu, aku ingin memegang teguh gengsiku tapi aku tidak
mau sakit karena memendam terus-terusan. Kalau kau ada di posisiku, atau kalau
kau harus memilih, apa yang akan kau pilih di antara jujur dan harga diri?”
Lama kami terdiam lalu Minhyuk
berdeham.
“ Kalau aku jadi kau atau aku
harus memilih, aku akan memilih jujur. Kenapa? Karena saat jujur, meskipun kau
sakit, tapi ada perasaan yang akan membelamu di hati. Lalu jadi perempuan tidak
selamanya harus memendam. Setidaknya setiap orang berhak menyatakan
perasaannya, maupun itu laki-laki ataupun perempuan.”
“ Aku mengerti. Terima kasih,
Minhyuk. Kau boleh pergi sekarang. Maaf sudah mengganggu waktu luangmu.” Ujarku
bergegas pergi.
“ Soo Jung.”
“ Ya?”
“ Kau belum membaca surat dari
ku?”
“ Astaga, aku lupa! Sore ini akan
aku baca, Hyukkie. Aku berjanji.”
“ Baiklah, selamat tinggal kalau
begitu.” Ujar Minhyuk beranjak pergi meninggalkanku.
Selamat tinggal?
-***-
“ Aku menepati janjiku, kan?”
Ucap Taemin Sunbae seraya memelukku.
Aku mengangguk.
Sepulang sekolah tadi Taemin Sunbae datang dan mengajakku pergi ke
Taejongdae. Kami berbincang di pinggir Mokdo sambil menikmati hembusan angin
yang sejuk.
“ Sunbae, kalau kau harus memilih, kau lebih pilih jujur atau harga
diri?”
“ Hmm….jujur.”
“ Kalau begitu, aku akan jujur.
Aku mencintai Sunbae dari kelas 1,
aku merindukan Sunbae, aku menyukai Sunbae, aku…”
“ Soo Jungie, mianhae, aku sudah bertunangan.” Ujar
Taemin Sunbae sambil memegang
tanganku.
“ Bertunangan?”
Taemin Sunbae mengangguk.
Aku menatap kosong hamparan laut,
“ Dengan siapa?”
“ Dengan Min Ah.”
“ Min Ah? Go Min Ah?”
“ Ya, sahabatmu itu.” Tutup
Taemin Sunbae.
Minhyuk…aku membutuhkanmu.
Ponselku berdering dengan satu
panggilan dari Minhyuk.
“ Yeoboseyo?”
“ Minhyuk-ah, kau di mana?”
Tanyaku sambil menangis. Taemin Sunbae
sudah pergi dan sekarang aku sendirian di Taejongdae.
“ Maaf, ini bukan Minhyuk. Kau
Jung Soo Jung bukan?”
“
Iya, aku Jung Soo Jung. Kau siapa? Minhyuk ke mana?”
“ Tolong segera pergi ke rumah
sakit Kang Dong. Kang Minhyuk kecelakaan.” Ujar suara di seberang.
Aku kalap dan langsung berhambur
pergi segera ke rumah sakit.
“ Jungshin-ssi, Minhyuk mana?”
Tanyaku setiba di rumah sakit dan melihat teman-teman Minhyuk.
“ Minhyuk sudah meninggal, Soo
Jung-ssi. Kau puas?” Tanya seseorang yang terlihat paling murung. Dia adalah
vokalis bandnya.
“ Meninggal? Kalian bercanda?”
Semua terdiam dan tangisku pecah.
Jonghyun Oppa langsung memelukku dan
membawaku ke kamar di mana jasad Minhyuk berada.
“ Apa kau sudah membaca surat
darinya? Apa kau pernah memikirkan perasaannya? Apa kau pernah tahu bahwa
Minhyuk memendam perasaanmu? Hah!” Teriak laki-laki itu.
“ Yonghwa hyung..” Panggil Jungshin lirih.
“ Kau seharusnya tahu bahwa
Minhyuk sangat kecewa padamu saat kau meninggalkan dia sore itu padahal sore
itu dia akan menyatakan perasaannya padamu. Kau harusnya tahu Minhyuk susah
payah membuat lagu untukmu sore itu. Kau seharusnya membaca surat dari Minhyuk
sebelum dia meninggal.” Ujar lelaki bernama Yonghwa itu.
Aku segera membuka tasku dan
menemukan amplop putih itu. Aku langsung membacanya,
Sore, Jung Soo Jung. Nyonya Jung. Jungie. Dan segala panggilan manis
yang ingin aku sampaikan kepadamu.
Ada yang ingin aku katakan. Surat ini berguna untuk mewakili perasaanku
karena aku cukup kelu untuk bicara yang sesungguhnya padamu. Meski maaf jika
yang ku tulis tidak semanis yang kau pikirkan.
Aku masih ingat siang itu, hari Senin dimana aku bergegas pergi ke
ruang musik sekolah untuk mengambil stik drumku yang tertinggal lalu aku
bertemu denganmu. Lebih tepatnya mendengar suaramu bernyanyi. Itu sangat indah,
wajahmu juga sangat indah. Aku jatuh cinta pada saat itu juga padamu. Saat itu
aku sudah tahu bahwa kau mencintai Lee Taemin tapi aku berjuang untuk dekat
denganmu.. Tuhan mendengar pintaku dan kita didekatkan.
Aku hanya ingin berkata bahwa aku mencintaimu, Soo Jung. Aku akan
mempersembahkan sebuah lagu ciptaanku padamu tapi kau harus bilang padaku dulu
jika kau sudah membaca surat ini. Aku tidak peduli jika kau menyukai aku juga
atau tidak. Aku hanya ingin cintaku tersampaikan karena jujur membuat lega.
Ps : Kalau kau menyesal karena membaca surat ini terlambat, itu salahmu
ya :p
Kang Min Hyuk
“ Dia mencintaimu, Soo Jung. Dia
mencintaimu.” Ujar Yonghwa masih dengan suara yang tercekat. Aku terdiam dan
tak bisa berkata apa-apa.
Minhyuk, maafkan aku.
0 comments:
Post a Comment