Tuesday, January 22, 2013

Tiga

Ini kisahku yang jatuh pada tiga hati. Pada dia yang kini tak ada disisi, padanya yang bahkan tak ku kenal sama sekali, serta pada dia yang kini ada disisi. Hatiku bergemuruh, bukan tak setia, mungkin hanya butuh siapa yang sesungguhnya.

Mungkin jiwaku hanya terpaut padanya. Pada ia yang kini tak tahu dimana. Pada sosok siswa baru pada kenangan putih biru tua. Pada kenangan terpendam pada kelas pertama di koridor kelas delapan. tiga belas juli dua ribu sepuluh. Mengingat wajahnya pun kini agak ragu, mungkin ia berubah setelah tujuh bulan yang lalu. Bukan. Dia bukan mantan kekasihku. Melainkan seseorang yang kucinta sejak dua tahun lalu. Yang membuatku sedikit gila menanggapi cinta. Bermain dengan harapan yang tidak pernah ada batasnya.

Namun semua sedikit berubah sekitar lima bulan lalu. Pertemuan kecil pada sebuah tempat keramaian membuatku tersanjung. Kenangan kecil yang memalukan dan tak akan terlupakan. Terlebih ketika mimpi menghampiri, apakah aku jatuh cinta lagi?
Sedikit kabar baik mendengarnya, membuatku berharap bahwa dia bisa membuatku lupa kepada sosok siswa baru itu. Lagi-lagi aku hanya berharap.
Impianku jatuh dua minggu kemudian. Mengetahui bahwa dia sudah punya kekasih dan itu bukan aku. Namun rasaku terkadang masih sama ketika aku melihatnya lagi. Meski terbesit rasa menyesal sudah pernah memendam rasa padanya. Meski aku tahu, pada akhirnya aku jatuh lagi pada sosok siswa baru itu.

Di tengah kegundahan aku menemukannya. Sesosok laki-laki yang sekarang terlihat begitu dekat denganku. Membuatku nyaman walau aku tak jatuh cinta pada pandangan pertama. Membuatku tenang meskipun terkadang hal menyebalkan ia lontarkan. Membuatku bahagia untuk hanya berada disisinya.
Namun, aku meragu. Apakah aku jatuh hati padanya? Sedang pikiranku masih bercabang kepada dua sosok lelaki terdahulu. Namun, aku tak yakin. Perasaanku goyah setiap saat. Meragu. Aku ragu pada lelaki ini.

Ini kisahku yang jatuh pada tiga hati. Pada mereka yang tidak mencintaiku sama sekali. Bukan merasa paling tahu, namun aku memang tahu. Aku mencinta tanpa mereka mencinta. Aku mencinta pada mereka yang sudah mencinta. Aku mencinta pada ia yang sudah tak ada. Aku mencinta pada dia yang sudah ada yang punya. Aku mencinta pada ia yang tak punya rasa yang sama.

Ini kisahku yang jatuh pada tiga hati.

Monday, January 21, 2013

Us

Untukmu yang tak pernah aku miliki,

Kisah ini berawal dari aku dan kamu yang tidak bisa menjadi kita. Mengenai aku dan kamu yang terpaut milyaran jarak jauhnya. Bukan, bukan jarak antar kota ataupun jarak antar negara. Melainkan jarak antar perasaanku dan perasaanmu. Jarak yang memisahkan rasaku dan rasamu yang tak akan pernah sama.

Hatiku sakit, nyeri menusuk relung sampai meresap ke dalam. Aku mencinta tapi tidak dicinta. Aku berharap tanpa tahu kapan terwujud. Aku terjebak ke suatu masa dimana aku tak bisa kembali.

Aku lupa bagaimana rasanya untuk tidak memikirkanmu. Aku lupa bagaimana rasanya untuk tidak menyukaimu. Aku lupa bagaimana aku sebelum dua tahun lalu. Sebelum pertemuan kecil itu mempertemukan aku dan kamu, yang membuatku jatuh tanpa bisa terbangun kembali.

Aku lelah untuk selalu menunggumu. Aku lelah menunggu kapan aku dan kamu akan berubah menjadi kita. Aku lelah menunggu kapan rasaku terbalas olehmu. Aku lelah memendam mati-matian mengenai perasaan ini. Aku lelah akan beban yang tertimbun dalam hati.

Aku ingin berpindah hati layaknya mereka, mereka yang mudah menaruh hati pada siapa saja. Jangan pikir aku belum mencoba. Berulang kali kucoba namun hasilnya tetap tak ada. Aku tetap terjebak. Aku ingin berpindah hati layaknya mereka. Tak seperti aku, dua tahun menunggu tanpa pernah membuahkan hasil.

Aku tahu aku tidak dicinta. Lantas, mengapa hati tetap bertahan disisi ini?
Aku tahu kau tak punya rasa yang sama. Lantas, mengapa aku tetap setia menunggu disini?
Menunggu sisi keajaiban datang. Membawa kembali hadirmu yang kini hilang. Membawamu dengan secercah kebahagiaan. Membawa kabar bahwa kau jatuh hati padaku juga. Membawa kabar bahwa aku dan kamu sudah tak ada lagi. Membawa kabar bahwa kini yang ada hanyalah kita. Tanpa dia dan tanpa mereka. Tanpa orang yang kini kau cinta dan hanya ada kita.

Mungkin kau layak disebut bintang. Terlalu jauh untuk kugapai.
Mungkin kau layak disebut rembulan. Sinarmu bersinar, tapi bukan untukku saja.

Kuharap kau akan membaca tulisan ini. Membuat aku dan kamu berangsur-angsur menjadi kita.

Orang bilang aku seorang gadis dalam cinta satu sisi,
A R P