Title : Too Late
Author : Minhyuk’s Anae
Length : Oneshoot
Genre : Sad Romance
Rating : T, AU
Main Cast :
-
Kang Min Hyuk
-
Choi Jun Hee (Juniel)
Other Cast :
-
Oh Yeon Seo
-
Other Cast
Disclaimer : Semua cast milik Tuhan dan orang tua mereka
hihi tapi plot milik saya ^^ Kesamaan atau kemiripan dengan cerita lain terjadi
karena ketidak sengajaan
Note : Annyeong! Minhyuk’s Anae kembali dengan ff alur
bolak-balik (ini pertama kalinya aku coba buat plot alur bolak-balik, readers
hehehehe) Don’t forget RCL hehe, jeongmal mianhae kalo ada typo atau ceritanya
kurang bagus dan No BASH. Happy Reading ^^ *bow*
FF ini juga di post di WP author :
minhyukanaefanfic.wordpress.com
------------------------------------------**************------------------------------------------------------
Minhyuk’s POV
Hujan mengiringi pemakamannya. Sahabat
tercintaku.
Air mataku jatuh bercampur dengan
rintikkan air hujan.
“ Minhyuk-ah.” Panggil seorang
wanita menyentuh pundakku. Aku mengusap air mataku sebentar dan menoleh,
“ Ne, ahjumma. Waeyo?” Tanyaku.
“ Sebelum Jun hee pergi, ia
menitipkan ini untukmu. Dia bilang tolong jaga ini baik-baik.” Ujar Choi
Ahjumma dengan suara tenangnya menyerahkan sebuah buku—mungkin buku harian
berwarna putih padaku. Aku yang agak bingung hanya mengambil dan menatap buku
itu dengan bingung.
***
Aku terus menatap buku itu dengan
bingung. Haruskah ku buka? Sejujurnya sedari tadi memang aku sudah penasaran
dengan isinya dan penasaran kenapa Jun Hee menitipkan ini untukku.
Perlahan aku mulai membuka
halaman pertamanya. Terpampang sebuah foto dimana seorang namja kecil sedang
merangkul yeoja yang seumuran dengannya dan mereka tertawa bersama. Lalu aku
menemukan sebuah tulisan di bawah foto itu dan aku sangat mengenal tulisan
tangan itu.
It’s Story About Me and My Lovely Bestfriend.
Tess. Air mataku jatuh lagi. Ok,
mungkin dalam ukuran namja aku memang namja melankolis. Siapa yang tidak
melankolis ditinggal pergi dengan sahabatnya yang sudah sangat dekat dari
kecil.
Aku kembali membaca buku itu.
***
Annyeong, Hyukkie! Apa kabarmu? Maaf jika
membuatmu bingung dengan buku ini. Yang pasti, dari buku ini kau akan tahu
sebuah rahasia terbesar dalam hidupku. Hei, buku ini hanya rahasia antara kau,
aku, dan Tuhan yang Maha Tahu. Walaupun jika kau baca buku ini aku mungkin
sudah tidak ada tapi ku mohon, kau
harus membaca buku ini. Yaaa setidaknya 1 lembar per harinya. Disini juga
tertulis beberapa permintaan terakhirku. Jebal, baca buku ini. Arasseo? J
***
Jun Hee’s POV
White Book, Page 2 “ Perkenalan”
“ Aku ingin kau selalu ingat cerita
bagaimana kita bisa bertemu hingga dekat, Hyukkie. Ku mohon, jangan pernah
lupakan ini”
Aku masih ingat hari itu adalah hari ulang
tahunku ke 2 tahun. Eomma memanggil seluruh sahabatnya. Aneh bukan? Aku yang
ulang tahun malah teman Eomma yang datang. Salah satu dari mereka, Kang Ahjumma
datang dengan anaknya. Seorang namja. Namanya Kang Minhyuk. Kami seumuran. Aku
berkenalan dengannya dan semakin dekat setelah 1 tahun kemudian keluarga Kang
memutuskan untuk pindah rumah di sebelah rumahku. Dia adalah sahabat pertamaku.
Kedua orang tua kami bahkan
menyebutkan bahwa kami susah untuk di pisahkan. Karena itu dari SD, SMP, dan
SMU kami selalu bersama.
Tapi itu bukanlah alasan untuk
bosan bertemu dengan Minhyuk. Justru aku akan sedih jika satu hari ia tak masuk
hihihi. Aneh bukan? Memang persahabatan kami aneh.
***
White Book, Page 3 “ Bi (Hujan)”
“ Aku ingin menjadi hujan. Menyejukkan. Aku
juga ingin kau mengingat bahwa aku selalu menyukai hujan. Kau ingat itu? Hari
dimana kau pertama tahu bahwa aku menyukai hujan. Walaupun kau bukan penyuka
hujan sepertiku, ketika aku sudah tak ada nanti, ku harap hujan akan membuatmu
selalu mengingat aku.”
Aku memandang hujan turun dengan
bahagia. Kalian tahu? Aku sangat menyukai hujan. Karena ketika hujan, aku dapat
mencium baunya yang menyejukkan. Aku menoleh menatap Minhyuk, kulihat mulutnya
berkomat-kamit tak jelas.
“ Kau kenapa, Hyukkie?” Tanyaku.
“ Aaah, aniyo. Aku hanya sebal
kenapa hujan harus turun hari ini. Jadi kita berdua terjebak di sekolah. Eh gak
berdua juga, banyak orang kok ya-__- aaaah kenapa harus hujan.” Jawab Minhyuk
kesal.
“ Kita bisa menunggunya dan
kurasa hujan sebentar lagi reda.” Ujarku menatap langit.
“ Kau kenapa keliatannya
tenang-tenang aja? Gak dingin?” Tanya Minhyuk. Aku menggeleng.
“ Aku justru senang kalau hujan
turun.” Jawabku.
“ Wae?”
“ Karena hujan dapat menyejukkan
hatiku.”
“ Apa kau suka hujan juga?”
Tanyaku dan Minhyuk menggeleng.
“ Tidak. Aku tak suka hujan.
Hujan itu membuat langit gelap. Hujan itu seperti melambangkan sebuah
kesedihan.”
“ Hyukkie, kau tahu? Aku selalu
ingin suatu saat nanti, orang yang ku cintai dan mencintaiku akan selalu
mengingatku ketika hujan turun. Karena ia tahu aku menyukai hujan. Walaupun
pada saat itu, aku mungkin sudah tak ada disampingnya lagi.” Ujarku.
“ Kenapa harus begitu?” Tanya
Minhyuk.
“ Karena jika ia selalu
mengingatku ketika hujan turun, ia tak akan melupakanku. Karena hujan akan
selalu ada, entah sebulan sekali, atau mungkin setahun sekali. Jika ia mengingat
hujan maka ia akan mengingat aku lalu aku akan sulit untuk dilupakan hehehe.”
Jawabku.
“ Permintaan yang cukup aneh dan
menyulitkan, Jun Hee-ya. Bagaimana jika orang itu tak suka hujan?” Tanya
Minhyuk.
“ Yaaa, pokoknya orang itu harus
menyukai hujan.” Jawabku.
“ Itu namanya pemaksaan hahahaha.
Yasudah hujannya sudah reda tuh, ayo kita pulang!” Ujar Minhyuk sambil
mengacak-acak rambutku.
***
White Book, Page 4 “Feeling”
“ Hyukkie, aku tak tahu apa yang harus aku
lakukan. Aku merasa ada yang aneh dari diriku. Hyukkie, kenapa hatiku selalu
berdebar kencang? Kenapa kau membuatku aneh seperti itu? Bisakah kau bilang itu
pertanda apa?”
Aku berlari agak tergesa-gesa
menuju kelas. Hampir saja aku terlambat. Semua gara-gara tugas yang menumpuk
itu. Gila! Baru saja aku masuk kelas 10 selama 1 bulan dan tugas sudah
bertumpuk dimana-mana. Apalagi jalanan tadi cukup macet. Beruntungnya, ketika
aku masuk kelas belum ada guru yang masuk.
“ Kau kenapa? Tumben kesiangan.”
Ucap Minhyuk menatapku bingung.
“ Aku tidur terlalu malam karena
banyak tugas dan tadi jalanan macet.” Jawabku.
“ Mana besok banyak tugas juga
lagi. ku rasa besok aku akan bangun kesiangan lagi.” Lanjutku mengingat bahwa
besok ada tugas kimia, matematika, dan geografi.
“ Bagaimana jika pulang sekolah kita
kerja bersama? Juga besok kau berangkat denganku saja! aku kan bawa sepeda jadi
kemungkinan untuk macet sedikit. Eotteohkae?” Tawar Minhyuk.
Aku berfikir sejenak tapi itu ide
yang cukup bagus. Lagipula, Minhyuk cukup pintar dalam urusan matematika hihi.
Aku mengangguk.
“ Baiklah.” Jawabku dengan senang
hati.
*
Aku memegang ujung baju Minhyuk
untuk berpegangan. Ia melajukan sepedanya cukup kencang dan membuatku takut.
Minhyuk menarik tanganku untuk
membiarkanku memeluknya. Hei? Kenapa jantungku berdetak kencang sekali?
Aku kembali merasakan hal yang
sama di hari-hari berikutnya. Ketika kami berangkat bersama, pulang bersama,
bahkan ketika kami berbincang-bincang. Entahlah ku rasa aku kini agak sedikit
canggung untuk bicara lebih blak-blakan dengan Minhyuk. Aku juga tak tahu
kenapa.
Aku menyadari sesuatu…apa
mungkin….
***
White Book, Page 5 “ Pernyataan”
“ Hyukkie, aku jatuh cinta padamu.”
Aku memang benar-benar menyadari
akan apa yang ku rasakan saat ini. Aku benar-benar jatuh cinta. Mungkin benar
cinta itu indah. Indah apalagi orang yang kau cintai selalu ada buatmu. Seperti
Minhyuk yang selalu ada untukku. Walaupun dalam hatiku tersirat penyesalan
mengapa bisa aku mencintainya. Walaupun dalam hatiku bertanya apakah dia
mencintaiku juga atau tidak. Yang pasti, aku mencintainya karena terbiasa.
Terbiasa dekat dengannya.
***
White Book, Page 6 “ Jealous”
“ Hyukkie, aku cemburu setiap mendengar kau
menyebut nama Yeon Seo dihadapanku. Apakah aku wajar? Mungkin aku wajar jika
mengingat aku mencintaimu. Tapi aku juga bisa dibilang tak wajar jika mengingat
aku bukanlah siapa-siapa. Aku hanya sahabatmu. Tapi aku menyayangimu lebih dari
seorang sahabat. Jadi, wajarkah aku cemburu? Wajarkah aku, Hyukkie?”
“ Jun Hee-ya!!!!” Teriak Minhyuk
setengah berlari ke arahku. Menganggu kegiatanku yang sedang menyirami tanaman
di pekarangan rumahku.
“ Wae? Kenapa harus berteriak
seperti itu-___-.” Tanyaku.
“ Hehehehe. Gapapa siih. Kau tahu
Oh Yeon Seo?” Tanyanya dengan penuh semangat begitu menyebut nama “Oh Yeon Seo”
“ Oh Yeon Seo? Anak kelas X.5?”
Tanyaku mencoba mengingat-ingat nama tersebut.
“ Ya! Anak X.5 hehehehe. Kau
kenal?” Tanya Minhyuk. Aku menggeleng. Bisa ku lihat raut wajah Minhyuk agak
murung.
“ Memangnya kenapa, Hyukkie?”
“ Gapapa hehehehe. Jun Hee-ya,
aku jatuh cinta pada Yeon Seo.” Jawab Minhyuk.
Deg.
Saat itu juga hatiku terasa
sakit. Sakit sekali. Rasanya seperti ada monster yang mencabik-cabik perasaanku.
*
Semenjak hari itu, setiap Minhyuk
menyebut nama Yeon Seo hatiku selalu sakit. Apakah ini wajar?
***
Minhyuk’s POV
Ini sudah hari kelima kepergian
Jun Hee. Seperti permintaannya, aku selalu membaca buku yang ia berikan itu.
“ Hyukkie, aku jatuh cinta padamu.”
Aku tertegun membacanya. Aku
benar-benar tak percaya. Jun Hee. Choi Jun Hee. Sahabat kecilku. Jatuh cinta
padaku. Aku yang semakin penasaran mencoba membuka halaman selanjutnya yang lagi-lagi membuatku tercekat. Ia mengatakan
bahwa ia cemburu pada Yeon Seo. Entah kenapa hatiku ikut sakit membacanya.
Tak pernah terlintas di benakku
bahwa ia jatuh cinta padaku. Aku semakin penasaran untuk membuka tapi ku tahan
untuk membukanya besok. Mungkin sekarang aku mulai mengerti dengan ‘rahasia terbesar
dalam hidup Jun Hee’ dan itu membuatku semakin penasaran untuk mengetahuinya.
***
Jun Hee’s POV
White Book, Page 7 “ Janji”
“ Hyukkie, apakah kau ingat apa yang pernah
kau janjikan padaku? dulu, kau bilang bahwa kau akan selalu membenci orang yang
membuatku menangis. Tapi Hyukkie, hari ini aku menangis. Aku menangis karenamu.
Aku menangis karena mengetahui bahwa kau mencintai yeoja lain dan bukan aku.
Bukan hanya itu juga, tapi karena aku mengetahui sekarang kau milik yeoja itu,
Oh Yeon Seo.”
“ Jun Hee-ya, aku jadian dengan
Yeon Seo.” Ujar Minhyuk dengan wajah yang sumringah. Deg. Aku mencoba menahan
sakitnya perasaanku.
“ Ah, jinjjayo Hyukkie?
Chukkae!!!” Ujarku berusaha ceria.
“ Gomawo, Jun Hee-ya.” Ucap
Minhyuk mengacak-acak rambutku.
“ Hyukkie, permisi aku mau ke
toilet sebentar.” Ucapku meninggalkan Minhyuk yang masih duduk di meja kantin.
Aku menangis. Aku benar-benar tak
kuat. Entahlah mungkin aku terlalu cengeng. Jujur saja, aku memang tak
seharusnya menangis. Bukankah ketika orang yang kita cintai bahagia kita juga
seharusnya ikut bahagia?
Untuk pertama kalinya Minhyuk
membuatku menangis. Aku masih ingat kejadian beberapa tahun lalu ketika ada
seseorang membuatku menangis lalu dia berjanji padaku, “ Jun Hee-ya. Uljima.
Mulai dari sekarang aku berjanji akan selalu melindungimu. Aku tak akan
membiarkan orang membuatmu menangis. Siapapun. Aku mungkin akan selalu membenci
orang yang membuatmu menangis. Uljima.” Dan kini ia sendiri yang membuatku
menangis. Hyukkie, jika kau tahu aku menangis sekarang karenamu, apakah kau
akan membenci dirimu sendiri?
Hyukkie, maafkan aku jika aku
merusak persahabatan kita dengan perasaan konyol ini. Tapi aku tak bisa
menolaknya. Aku tak bisa menolak untuk mencintaimu. Aku sudah jatuh padamu.
Walaupun kini kau sudah menjadi milik Yeon Seo. Walaupun aku tahu kau tak akan
mencintaiku. Karena aku bukan tipe yeoja seperti Yeon Seo yang terlalu popular
dengan segala yang dia punya. Aku bukan dia. Aku hanya Choi Jun Hee. Yeoja yang
terlalu biasa jika dibandingkan Oh Yeon Seo. Yang mungkin bukan tipe yeoja yang
kau sukai.
***
White Book, Page 8 “ Hate”
“ Hyukkie, mianhae bahwa aku membenci Yeon
Seo. Mungkin aku bodoh untuk berfikir bahwa Yeon Seo merebutmu dariku. Tapi
semenjak kau dekat dengan Yeon Seo terlebih setelah kalian berpacaran, kurasa
kau sedikit melupakanku. Sekali lagi, Mianata. Mian karena aku sudah membenci
yeoja yang kau cintai. Mianhae bahwa mungkin setelah kau membaca ini kau akan
membenciku. Mianhae karena aku berfikiran bahwa suatu saat kau akan mencintaiku.
Kini aku sadar, kau tak akan mencintaiku. Karena tipemu adalah yeoja seperti
Yeon Seo, yang popular dan punya segalanya. Dan aku hanyalah yeoja yang terlalu
biasa jika dibandingkan dengan Oh Yeon Seo. Jadi maafkan aku sudah membenci
Yeon Seo. Maaf. Maaf. Maaf.”
***
White Book, Page 9 “ Sick”
“ Hyukkie, aku sakit. Aku tadi pergi ke
dokter bersama Eomma dan dokter bilang penyakit jantung keturunanku dari
haraboji bertambah parah. Hyukkie, dokter bilang umurku mungkin sudah tidak
akan lebih dari 2 bulan lagi. hyukkie, aku ingin menangis. Hyukkie, dokter
bilang penyakitku terlalu berat apalagi ini adalah penyakit keturunan.
Hyukkie…aku bahkan tak pernah menyangka bahwa umurku mungkin hanya bertahan
sampai 17 tahun. Hyukkie, aku ingin tumbuh menjadi lebih dewasa. Bersamamu.
Serta bersama orang-orang yang ku cintai. Hyukkie, aku belum siap untuk
meninggal. Aku masih ingin mengejar cita-citaku untuk menjadi seorang dokter
yang aku impi-impikan sejak aku kecil. Hyukkie, kenapa penyakit haraboji harus
tertular padaku? kenapa Tuhan tak membiarkanku untuk hidup lebih lama lagi?
hyukkie…aku butuh kamu. Hyukkie, aku juga tak tega melihat eomma dan appa.
Bahkan aku belum bisa membanggakan mereka berdua. Hyukkie, aku belum siap untuk
pergi meninggalkan eomma, appa, eonni, kau, dan semua orang yang aku cintai dan
mencintaiku. Hyukkie, katakan padaku bahwa ini hanya mimpi. Hyukkie, aku belum
siap untuk benar-benar pergi.”
***
White Book, Page 10 “Bogoshipeo”
“Hyukkie, aku ingin bercerita denganmu. Tapi
sekarang kau sedang sibuk dengan Yeon
Seo ya? Aku hanya bisa mencurahkan perasaanku kepada buku ini. Hyukkie,
neomu bogoshipeoyo…aku merindukanmu yang dulu, yang selalu ada disaat aku
membutuhkanmu. Tapi kini kau beda, Hyukkie. Kau lebih perhatian dengan
yeojachingumu. Kutahu ini wajar. Tapi aku juga membutuhkanmu. Maafkan aku yang
terlalu bergantung padamu. Bahkan disaat-saat terakhir dalam hidupku aku masih
sangat bergantung padamu. Hyukkie, neomu neomu neomu bogoshipeoyo…aku rindu
untuk selalu bercerita apa yang terjadi padaku. tapi kau kini seakan tak
peduli. Meski kau tau bahwa penyakitku bertambah parah. Walau kau belum tahu
bahwa hidupku katanya tak lebih dari 1 bulan lagi. hyukkie… aku ingin kau
kembali seperti kau yang dulu, seperti 15 tahun yang lalu, seperti Kang Minhyuk
yang selalu ku kenal, Kang Minhyuk sahabatku, Kang Minhyuk yang selalu
perhatian padaku, Kang Minhyuk yang selalu ada untukku. Hyukkie, aku
membutuhkanmu.”
***
White Book, Last Page, “The Last”
“ Hyukkie, ini adalah halaman terakhir dari
buku ini. Setelah ini aku sudah tak menulis lagi. terima kasih sudah
menyempatkan membaca buku ini. Kau sudah tahu apa rahasiaku? Sepertinya tak
usah ku jelaskan lagi. tolong turuti permintaanku, Hyukkie. Hanya itu yang
kuminta darimu. Terima kasih sudah menjadi sahabatku yang paling baik, terima
kasih karena kau selalu mendengarkan ceritaku, terima kasih karena kau selalu
ada untukku selama 15 tahun ini, aku mencintaimu, Hyukkie. Walau aku tak akan
pernah menuntutmu untuk mencintaiku kembali. Maafkan semua kesalahanku,
Hyukkie. Maaf karena selama ini aku tak pernah menyatakan perasaanku yang
sebenarnya. Kututup buku ini. Hyukkie, yeongwonhi saranghaeyo J Oh ya, ada permintaan
satu kali lagi, kumohon dengan amat sangat, jangan pernah melupakanku sebagai
sahabatmu.”
***
Minhyuk’s POV
Aku menutup buku putih itu. Entah
sudah berapa tetes air mata yang menetes membasahi buku itu.
Aku mengutuk diriku sendiri untuk
membiarkan Jun Hee menangis karenaku. Aku juga mengutuk diriku sendiri untuk
membiarkan Jun Hee sakit sendirian. Aku juga membenci diriku sendiri untuk
membiarkan sahabatku yang sedang sakit dan membutuhkanku, aku malah pergi
meninggalkannya. Aku akui, aku memang salah. Bahkan aku lebih memilih Yeon Hee
dibanding Jun Hee yang sakit dan butuh aku untuk ada disampingnya. Aku bahkan
merasa bahwa cinta 2 bulanku itu menghancurkan hubungan persahabatan 15
tahunku. Aku bahkan menyesal sangat menyesal menyadari bahwa aku tak ada di
samping Jun Hee ketika ia menutup mata untuk terakhir kalinya.
Jun Hee, maafkan aku untuk
terlambat mengetahui bahwa kau mencintaiku. Jun Hee, maafkan aku untuk
terlambat mengetahui bahwa aku menyakitimu. Jun Hee, maafkan aku bahwa aku
bukanlah seorang sahabat yang baik.
Jun Hee, kau perlu tahu bahwa aku
tak akan pernah melupakanmu. Walaupun sedetik aku tak akan pernah. Jun Hee,
meski kau tak ada disampingku, tapi kau akan selalu ada dan selalu hidup di
hatiku. Aku akan selalu mengingatmu dan mencintaimu, meski aku tahu ini sudah
terlambat. Jun Hee, aku akan mengingatmu ketika hujan turun. Jun Hee, aku juga
menyayangimu meski ini sudah tak ada artinya lagi.
***
0 comments:
Post a Comment